Share

BTL ~ 33

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2024-01-26 17:48:08
“Kamu … ngapain?” Dandi memperlambat langkahnya ketika menuruni tangga. Sebenarnya, tanpa ditanya pun, Dandi sudah tahu yang dilakukan Rumi saat ini.

“Bersih-bersih rumah, Mas.” Rumi hanya menoleh sebentar pada Dandi, kemudian kembali menyapu lantai. “Oia, jam sembilanan saya mau ke kantor mau ambil surat referensi sama ngajarin anak baru sebentar. Habis makan siang, saya pulang.”

“Sudah ada orang yang datang dua atau tiga kali seminggu untuk bersih-bersih rumah.” Dandi tidak melangkah ke mana pun, ketika kakinya sudah berada di lantai satu. Ia hanya melihat pergerakan Rumi yang gesit dan tidak memedulikannya sejak tadi. “Jadi, habis ini kamu nggak perlu lagi nyapu, ngepel, atau … kamu nggak perlu ngerjain kerjaan rumah.”

Rumi berhenti mengayunkan sapunya, kemudian menatap Dandi. “Rumah ini memang kelihatan selalu bersih, tapi saya nggak pernah lihat ada orang datang terus—”

“Karena kamu selalu berangkat ke kantor terlalu pagi, Rumi,” putus Dandi kemudian beranjak menuju sofa dan m
Kanietha

Ciyee, suami istri katanya ~~

| 11
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Elly Sunarjati
mas Dandi msh kaku makanya Rumi nggak yakin ... mesraan dikit napa mas
goodnovel comment avatar
virnaputriberliani
mas dandi i love u.. jalanin aja rum, jalankan peran sbg istri yg baik.. ga usah insecure..
goodnovel comment avatar
Mar Ni
aku suka gayamu, mas Dandi ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Accidentally Married   BTL ~ 34

    “Dan!” Qai mempercepat langkahnya, karena Dandi sama sekali tidak mengacuhkan panggilannya. Pria itu hanya menoleh, tetapi terus berjalan dan tidak memperlambat langkahnya sama sekali. “Hei, Dan! Tunggu sebentar!” “Aku buru-buru!” Dandi akhirnya berhenti, ketika ia berada di depan lift. Melihat jam tangannya sebentar, kemudian menoleh pada Qai yang baru saja berhenti di sebelahnya. “Ada masalah?” “Kalian belum bilang ke Rafa kalau—” “Belum.” Dandi segera masuk ke dalam lift, ketika pintunya terbuka. Ia tahu apa yang akan dikatakan oleh Qai, karena itu Dandi segera memberi jawaban. “Memangnya siapa dia?” Qai menghela sembari mengikuti Dandi. Melihat pria itu menekan tombol menuju lobi, maka Qai hanya berdiam diri karena tujuan mereka sama. “Dia nelpon aku. Dua kali hari ini, karena dia nggak bisa nelpon Rumi.” “Aku suruh Rumi blokir semua yang berhubungan dengan Rafa.” Kedua alis Qai sontak terangkat begitu tinggi. Hampir-hampir tidak percaya dengan ucapan Dandi barusan. Bahkan, Q

    Last Updated : 2024-01-27
  • Accidentally Married   BTL ~ 35

    “Kenapa belum tidur?” Dandi membelokkan langkahnya menuju sofa di ruang tengah, ketika melihat Rumi masih duduk sembari menonton televisi. Malam itu, Dandi memang sudah mengabarkan akan pulang larut karena harus pergi bersama Qai. Namun, ia tidak menduga jika Rumi belum juga tidur padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Rumi tersenyum kecil dan masih diliputi rasa canggung. “Saya nggak enak mau tidur di kamar Mas Dandi sendirian.” Karena semua barang-barang Rumi sudah berada di kamar Dandi, maka malam ini mereka akan mulai berbagi kamar. Namun, Rumi masih sungkan untuk berada di kamar tersebut, tetapi ia juga tidak enak pada Dandi jika harus kembali ke kamarnya sendiri. “Nggak enak kenapa?” Dandi menghempaskan tubuhnya di sofa yang sama dengan Rumi. Namun, ia tetap menjaga jarak. Perasaannya pada Rumi semakin tidak karuan, karena banyak hal yang tidak dimengerti Dandi ketika berada bersama gadis itu. Lagi-lagi, Dandi mengingat ucapan Qai mengenai “cinta”. Apa bena

    Last Updated : 2024-01-28
  • Accidentally Married   BTL ~ 36

    “Tidurmu nyenyak?”Sejenak, Rumi yang baru saja berbalik setelah menutup lemari pendingin membeku. Tatapannya bersirobok dengan Dandi dan hal tersebut langsung membuat jantungnya berdebar kencang.Setelah semalam pria itu membuat Rumi hampir tidak bisa tidur, pagi ini Dandi bersikap seolah tidak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka. Pria itu masih tetap cuek dan santai seperti biasa. Dandi bahkan langsung menarik kursi di meja makan, lalu duduk di sana tanpa rasa canggung sama sekali.“Nyenyak, Mas.” Rumi mengangguk salah tingkah. Ada hal yang tidak biasa, tetapi Rumi tidak bisa berbuat apa-apa. Hubungannya dengan Dandi, tidak seperti jalinan kasih yang sempat dijalaninya dengan Alpha. Rumi tidak melihat ada romantisme yang membara, seperti hubungannya sebelumnya. Jadi, Rumi masih saja merasa seperti orang asing di depan Dandi. “Kenapa … Mas Dandi sudah di dapur? Biasanya—”“Jam berapa kamu bangun, Rum?” sela Dandi seraya memangku wajah dan melihat semua pergerakan Rumi di dapur.

    Last Updated : 2024-01-29
  • Accidentally Married   BTL ~ 37

    “Rafa … ada ngomong apa?” Intonasi Agnes memelan, karena melihat wajah sendu putrinya. Hera memang memberi senyum, tetapi Agnes tahu benar ada kesedihan yang terpancar dari sorot mata putrinya. Sementara itu, Rafa baru saja pergi dan Agnes tidak bicara hal lain kecuali masalah pekerjaan dengan pria itu. Hera menggeleng pelan sembari melihat paper bag pemberian Rafa, yang ia letakkan di kitchen island. Rafa sempat membacakan beberapa halaman dari salah satu buku yang dibawa, persis seperti dahulu kala. Rafa juga menceritakan beberapa hal yang sungguh berada di luar prediksinya. Rafa patah hati. Gadis yang dicintai pria itu, ternyata baru saja menikah dengan orang lain. Ada tawa yang tersemat ketika Rafa menceritakan hal tersebut, tetapi, Hera tahu benar jika tawa tersebut penuh dengan luka. “Mas Rafa …” Hera menghela panjang. “Dia cuma … berkunjung. Nggak ada yang berubah, dia sama seperti dulu. Tetap baik.” Agnes tersenyum tipis. Ia tahu, ada yang disembunyikan Hera darinya. “Cuma

    Last Updated : 2024-01-30
  • Accidentally Married   BTL ~ 38

    “Kenapa baru ke kamar?” Hampir setengah jam Dandi menunggu di kamar seorang diri dan akhirnya Rumi muncul juga. Apa sebenarnya yang dilakukan gadis itu di bawah, sehingga butuh waktu lama untuk kembali ke kamar. “Anu, Mas.” Padahal, Rumi sudah mengulur waktu sebisa mungkin, tetapi Dandi ternyata belum juga tidur. Lampu di kamar pria itu masih terang benderang dan televisi yang langsung berhadapan dengan tempat tidur pun sedang menyala. “Saya bersihin dapur sebentar.” Dandi tahu Rumi berbohong. Memangnya, apa yang gadis itu bersihkan jika kondisi dapur sama sekali tidak berantakan. Piring kotor di wastafel pun tidak menumpuk dan Rumi hanya perlu mencuci piring bekas makannya saja. “Ke sini.” Dandi menepuk sisi kosong di sampingnya. Ia tidak ingin membahas masalah kebohongan Rumi, karena gadis itu benar-benar terlihat canggung. Tidak hanya Rumi yang merasakan hal tersebut, tetapi Dandi pun sama saja. Ada rasa yang tidak biasa, karena kondisi yang harus mereka jalani saat ini. Mungkin,

    Last Updated : 2024-01-31
  • Accidentally Married   BTL ~ 39

    Pagi itu, Rumi terbangun dengan senyum yang tersemat di wajah begitu saja. Tangan Dandi yang masih melingkar di tubuhnya pun, semakin membuat sudut bibir Rumi tertarik lebar. Terlebih-lebih, ketika Rumi kembali mengingat semua yang telah mereka lakukan tadi malam.Semuanya begitu indah. Dandi benar-benar melakukannya dengan … sempurna. Semua terjadi begitu saja dan Rumi pun tidak mampu menolaknya sama sekali.“Mau ke mana?”Rumi mengerjap, ketika suara berat itu memecah keheningan dan memeluknya semakin erat. Padahal, Rumi sudah berusaha menyingkirkan tangan besar itu dengan amat perlahan dari tubuhnya. Namun, kali ini Dandi lebih dulu terjaga dan seolah enggan melepaskankan Rumi.“Ke … kamar mandi.”“Ngapain?” Dandi membuka mata dan melirik ke sisi ruangan yang bisa ia gapai.“Mandi, Mas.”“Ini masih gelap.” Dandi semakin merapatkan tubuhnya yang memeluk Rumi dari belakang. Kemudian, Dandi membenamkan wajah pada ceruk leher Rumi dan kembali memejam.Ada senyum tipis yang tersungging

    Last Updated : 2024-02-01
  • Accidentally Married   BTL ~ 40

    “Hei, Dan!” Qai yang berniat pergi ke ruangan Dandi, tiba-tiba melihat pria itu keluar dari koridor lift. Untuk itu, Qai segera menyamakan langkahnya dengan Dandi, yang berjalan ke arah ruangan pria itu. “Kamu serius, Rumi mau kerja di sini?” “Ya.” Dandi mengangguk tanpa menoleh. Ia baru saja membereskan sesuatu dengan pihak IT dan personalia, perihal Rumi yang akan mulai bekerja dengannya mulai besok. “Dia asistenku, Qai, dan nggak ada hubungannya sama sekali dengan perusahaan. Semua yang berkaitan dengan Rumi, langsung aku yang handle. Begitu juga sebaliknya. Jadi, jangan pernah suruh-suruh Rumi ngerjain urusan yang bukan kapasitas dia. Apalagi urusan Angkasa.” “No comment.” Kedua tangan Qai terangkat dan matanya pun agak melebar melihat Dandi. Sampai saat ini pun, Qai masih tidak bisa memahami pemikiran Dandi dalam bertindak. Pria itu sangat spontan dalam melakukan sesuatu, tetapi Dandi bisa dengan cepat memperhitungkan semua hal. Sungguh sebuah tingkat pemikiran yang harus Qai pe

    Last Updated : 2024-02-02
  • Accidentally Married   BTL ~ 41

    “Gas!” Melihat Bagas berjalan tergesa di lobi menuju pintu keluar, Rafa yang baru saja datang segera menghampiri pria itu. “Ayo bicara sebentar.”“Lima menit,” ujar Bagar terburu sembari melihat jam tangannya sekilas. “Aku sudah janjian sama orang, Mas.”Rafa mengusap wajah lelahnya. Tidak hanya lelah tubuh, tetapi pikirannya pun sudah teramat penat karena semua yang direncanakannya tiba-tiba berantakan. Kabar pernikahan Dandi dan Rumi, sungguh membuat Rafa harus menata ulang semua hal, terutama hatinya.“Siang tadi, waktu aku di ruang iklan.” Rafa menghela singkat sebentar. “Aku dengar kamu minta laporan omset selama tiga bulan terakhir.”“Itu, bu Agnes yang minta.”“Apa ada masalah?” Jika Agnes yang meminta, apakah wanita itu akan memeriksa laporan yang banyak itu seorang diri? Rasanya, sungguh tidak masuk akal. Apa gunanya Bagas, jika Agnes masih harus memeriksa semua laporan dengan detail?Di samping itu, Agnes juga meminta semua laporan setelah pertemuan Rafa dengan Hera. Rafa me

    Last Updated : 2024-02-03

Latest chapter

  • Accidentally Married   BonChap Lagi

    Alpha mematung, ketika pelukan hangat Anges menyambutnya di saat ia melewati pintu penjara. Ia tidak melihat siapa pun, selain Agnes yang mulai menangis haru ketika memeluknya. Ke mana perginya Hera? Kenapa adiknya itu tidak ikut menjemputnya? “Mama sendiri?” tanya Alpha akhirnya bersuara, ketika Agnes mengurai pelukannya. Agnes mengangguk-angguk dan mengerti dengan maksud Alpha. “Nanti, Mama jelasin sambil jalan.” Yang bisa Alpha lakukan, hanya mengangguk. Tanpa bertanya lagi, Alpha segera memasuki mobil bersama Agnes. Dua tahun lebih berada di balik jeruji, membuat Alpha mendapat banyak pelajaran. Ia bertemu dengan berbagai macam orang, dari berbagai tingkat sosial dan pendidikan yang berbeda. Semua itu, membuatnya lebih banyak memahami tentang kesakitan yang ada di dunia lebih luas lagi. “Jadi, ke mana Hera?” “Cairo mendadak demam kemarin sore.” Agnes bercerita tentang putra Rafa dan Hera yang berusia tiga bulan. “Tadi malam sudah dibawa ke dokter, jadi, Hera nggak bisa ikut

  • Accidentally Married   BonChap

    “Kamu yakin nggak mau ngadain resepsi?” Rafa kembali mengulang pertanyaannya pada Hera, setelah mereka masuk ke dalam kamar. Tepatnya, di kamar Hera yang berada di rumah Agnes. Beberapa waktu lalu, mereka sudah melangsungkan ijab kabul di kediaman Soerapraja dan digelar dengan tertutup. Tidak hanya pernikahan mereka yang dirahasiakan, tetapi kedatangan Alpha ke kediaman Soerapraja pun dilakukan secara diam-diam. Semua bisa dilaksanakan, karena koneksi Hermawan dengan beberapa petinggi terkait. Tidak ada yang mengetahui hal tersebut, kecuali pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.Bahkan, Agnes sama sekali tidak mengabari Qai, untuk menghindari gesekan yang mungkin saja terjadi sewaktu-waktu. “Mas Rafa mau ngadain resepsi?” Hera bertanya balik, karena sudah kesekian kalinya Rafa mempertanyakan hal tersebut padanya.“Aku ikut kamu.” Rafa menarik lengan Hera yang hendak pergi menjauh darinya. Kemudian, Rafa mengalungkan kedua tangan di tubuh Hera dan tidak membiarkan wanitanya pergi ke

  • Accidentally Married   BTL ~ 104

    “Akhirnya!” Dandi berseru lega, sambil menghampiri Rumi yang duduk di ruang tengah. Istrinya itu sedang menonton televisi, sambil makan martabak seorang diri. “Akhirnya, tidur juga.” Rumi terkekeh, lalu menepuk sisi kosong di sebelahnya. “Haduuh!” Dandi menghempaskan tubuhnya, kemudian menyomot satu potong martabak yang ada di pangkuan Rumi. “Dia bolak balik nanyain kamu terus dan nggak berhenti ngoceh.” “Aku nggak tega sebenernya, Mas.” Rumi semakin merapatkan tubuhnya, lalu bersandar pada tubuh Dandi. “Tapi, Dirga kalau nggak diginiin, nggak bakal lepas-lepas ASI. Sudah dua tahun lebih, tapi masih aja nempel.” Putra mereka yang diberi nama Dirgantara Sebastian, memang masih saja menyesap ASI meskipun usianya sudah dua tahun lebih dua bulan. Rumi sudah melakukan segala cara, tetapi selalu berujung sia-sia. Tingkahnya benar-benar seperti Dandi yang selalu menempel, ketika Rumi masih hamil. Sampai akhirnya, Dandi memutuskan untuk memisahkan kamarnya dengan kamar putranya, karena

  • Accidentally Married   BTL ~ 103

    “Rumi.”Dandi kembali memasuki rumah, karena Rumi tidak kunjung keluar sedari tadi. Mobil sudah selesai di panasi, tetapi sang istri masih berada di dalam. Dandi memasuki kamar mereka terlebih dahulu dan berdecak ketika melihat Rumi ternyata tengah duduk di sofa.“Ayo—”“Perutku mules,” potong Rumi mengangkat satu tangan, agar Dandi tidak meneruskan ucapannya. “Baru aja berhenti.”Detik itu juga, wajah datar Dandi berubah semringah. Senyum lebar langsung menghiasi bibirnya, sembari menghampiri Rumi dengan segera. Dandi berlutut di depan sang istri lalu menempelkan telinganya di perut Rumi, sambil mengusapnya.“Keluar hari ini, oke!” telunjuk Dandi mengetuk perut Rumi dua kali. “Dan nggak usah pake drama.”“Apa, sih, Mas.” Rumi terkekeh sambil mengusap kepala Dandi. “Kalau sudah waktunya keluar, dia pasti keluar.”Dandi menarik diri, tetap kedua tangannya masih menempel di perut Rumi. “Apa perlu dijenguk lagi, biar makin—”“Maaas!” Tawa Rumi semakin keras. “Ini, tuh, sudah mulai mules,

  • Accidentally Married   BTL ~ 102

    Hari pertama di awal tahun sudah terlewat. Namun, Rumi belum menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rumi masih mengerjakan beberapa hal seperti biasa, meskipun pergerakannya sudah tidak segesit dulu. Ia gampang lelah, cepat gerah, sehingga terkadang malas melakukan apa-apa.Namun, saat mengingat ucapan ibunya, Rumi harus memaksakan diri untuk bergerak agar bisa melahirkan dengan mudah. Begitulah salah satu ucapan sang ibu, di antara banyak wejangan yang kadang membuat Rumi hanya geleng-geleng, tetapi tidak berani membantah.“Rumi, gimana kalau kita telpon dokter dan minta operasi.” Dandi jadi uring-uringan sendiri, karena belum bisa menjumpai buah hatinya secara langsung. Terlebih ketika mengingat Alaska yang semakin gembul dan mulai belajar membalikkan tubuhnya.“Mas, tanggal HPL baru lewat dua hari.” Rumi mencuci tangan, sesudah beres menyiram tanaman di halaman depan. Setelahnya, Rumi menghela dan terdiam sambil mengusap punggungnya yang pegal. Dandi yang sejak tadi hanya mondar

  • Accidentally Married   BTL ~ 101

    “Dandi! Balikin, Dan!” Thea melotot dan menghardik sepupunya. Pria itu baru saja masuk ke kamar Thea dan bersikap seenaknya. Tanpa izin, Dandi mengeluarkan bayi yang tengah tertidur pulas di boksnya, lalu menggendongnya. Meskipun Dandi terlihat sangat hati-hati, tetapi Thea tetap saja merasa ngeri.“Mamamu berisik!” desis Dandi sambil berbalik memunggungi Thea. Ia berjalan santai menuju sofa sambil menggendong keponakannya, lalu duduk dengan perlahan.Dandi sengaja menunggu Thea pulang ke rumah terlebih dahulu, barulah ia menjenguk sepupunya agar bisa lebih bebas. Andai Rumi lelah karena terlalu lama menjenguk Thea, istrinya bisa beristirahat bebas di kamar tamu.“Dandiii!” Thea hendak bangkit dari tempat tidur, tetapi tidak jadi, mengingat jahitan di jalan lahirnya masih terasa sedikit nyeri.“Aku belum beli kado,” ujar Dandi lalu melihat ke arah pintu. Ia melihat Rumi masuk menghampirinya, setelah pergi ke toilet terlebih dahulu. “Aku bingung mau ngasih apa, karena Alaska sudah puny

  • Accidentally Married   BTL ~ 100

    “Jangan mentang-mentang istriku pintar masak, kamu jadi seenaknyammpp—”“Apasih!” Thea yang baru berada di teras, langsung membekap mulut Dandi dengan tangan kanannya. “Kamu itu jadi cowok berisik banget! Ini urusan bumil, jadi nggak usah ikut campur.”Dandi melepas tangan Thea dan berdecak. “Untung kamu lagi hamil. Coba kal—”“Sudah.” putus Qai dengan membawa beberapa paper bag dan kantong plastik di kedua tangan. “Cobalah sehari aja kalian ini nggak ribut. Masa’ nggak bisa?”“Nggak bisa!” seru Thea dan Dandi bersamaan.Qai tercengang, tetapi tidak menghentikan langkahnya memasuki rumah Dandi, meskipun belum dipersilakan. Daripada mendengar kedua orang itu ribut, lebih baik Qai duluan masuk dan merebahkan diri di sofa.“Ngapain lagi kamu ke sini?” Dandi berbalik dan segera menyusul Qai.“Aku mules dari pagi,” ujar Thea berjalan di belakang Dandi, sambil mengusap perutnya. “Sudah ke rumah sakit, tapi ternyata belum bukaan.”Dandi menoleh dan memperlambat langkahnya. “Memang sudah wakt

  • Accidentally Married   BTL ~ 99

    “Ngapain senyum-senyum lihat hape.” Merasa curiga dan penasaran, Dandi merampas ponsel dari tangan Rumi, hingga istrinya itu langsung berteriak protes.“Mas!”“Apa ini?” Dahi Dandi mengerut, melihat deretan foto yang dikirimkan oleh Thea. Ternyata, istrinya sedang berkirim pesan dengan istri Qai yang semakin menyebalkan. “Ini—”“Buat bayi!” Rumi kembali merampas ponselnya. “Emang Mas kira aku ngapain?”“Selingkuh,” jawab Dandi dengan entengnya, lalu duduk di samping Rumi. Namun, baru saja bokongnya itu menyentuh sofa, Rumi langsung memberi cubitan pada sisi perut dengan Dandi dengan keras. “RUMI!”“APA!” Rumi balas menghardik, karena tidak suka dengan tuduhan Dandi. “Aku nggak suka dituduh-tuduh gitu! Aku nggak selingkuh!”Untuk beberapa saat, Dandi terngaga sambil mengusap sisi perutnya. Ini kali pertama, Dandi mendengar Rumi meninggikan suara di depannya dan bersikap bar-bar. Istrinya itu terlihat benar-benar marah, dengan kedua mata yang melotot kesal.“Bercanda, Rum,” desis Dandi

  • Accidentally Married   BTL ~ 98

    “Ini masih jam 11 kurang, Ra.” Rafa membuka pintu pagar dan mempersilakan Hera masuk. Ia melihat sebuah tas spunbond yang ditenteng Hera dengan kedua tangan dan tidak bisa menebak-nebak isi di dalamnya. “Mama yang nyuruh datang cepat, biar bisa bantuin mas Rafa nyiapin makan siang.” Hera menyerahkan tas yang dibawanya pada Rafa. “Ini dibawain mama, sate sama kari ayam. Biar nggak ngerepotin.” “Oh ...” Rafa terkekeh sambil mengambil alih tas spunbond berwarna merah dari tangan Hera. “Kalau begini, aku yang jadi ngerepotin. Oia, masuk dulu.” “Nggak ngerepotin,” ujar Hera sembari berjalan masuk ke rumah Rafa. “Sekalian masak buat di rumah soalnya.” “Kamu yang masak?” selidik Rafa. “Nggak mungkin.” Hera meringis malu. “Saya nggak jago masak.” “It’s okay.” Rafa tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. “Aku cari istri, bukan cari tukang masak.” Langkah Hera terhenti tepat di ruang tamu yang bernuansa hitam putih. “Mas, saya nggak bi—” “Bercanda, Ra.” Rafa terus berjalan masuk dan

DMCA.com Protection Status