Home / CEO / Istri Tangguh Tuan Angkuh / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Istri Tangguh Tuan Angkuh : Chapter 231 - Chapter 240

265 Chapters

Bab 232

"Hiks hiks hiks hiks," Kiara menangis keras karena merasa dibohongi oleh Dinda. Sedangkan Chandra tentu saja bingung melihat keadaan Kiara saat ini. Membuatnya jadi bertanya-tanya apakah saat ini Kiara telah sadar tentang apa yang barusan mereka lakukan? Jika demikian artinya Kiara sejak beberapa hari ini benar-benar terkena gangguan mental!? Kemudian, kini sudah kembali pulih dan telah menyadari bahwa dirinya sudah tidak suci? Wah, ini masalah! Chandra terus saja berdebat dengan pikirannya sendiri karena bingung dengan Kiara yang tiba-tiba menangis. "Kenapa menangis? Kamu menyesal?" tanya Chandra. Kiara pun sejenak menghentikan tangisannya sambil melihat Chandra. Tetapi sesaat kemudian malah kembali menangis histeris. "Kiara, kamu baik-baik saja?" Chandra makin panik karena Kiara malah semakin menangis keras. Bahkan Chandra sendiri bingung apa yang bisa dia lakukan agar bisa membuat Kiara meredakan tangisnya. "Kamu menyesal?" tanya Chandra menebak penyebab Kiara menangis,
Read more

Bab 233

Saat pagi harinya Kiara pun terbangun dengan tubuh yang letih dan rambut yang acak-acakan. Kamar terlihat sangat berantakan tapi dimana keberadaan Chandra? "Kemana dia?" gumam Kiara. Kiara pun kini mendudukkan tubuhnya dengan susah payahnya. Rasanya remuk dan sangat tidak nyaman bahkan tidur juga saat hari hampir menjelang pagi. Kemudian dia pun mulai berpikir sesuatu yang mengejutkan. "Apa jangan-jangan dia udah pergi? Dia pergi nggak tanggung jawab!" gumam Kiara lagi dengan segala pikirannya yang penuh dengan kecurigaan-kecurigaan yang tidak jelas. Ah, iya. "Iya, mungkin aja. Buktinya kenapa dia tidak ada di sini? Kemana dia perginya? Aku sudah ternoda." Kiara pun mengacak rambutnya sesaat kemudian mulai menangis keras dengan pikirannya yang benar-benar kacau. "Aaaaaa! Hiks hiks hiks!" Kiara pun menangis histeris seperti sedang berada pada sebuah kondisi yang sangat mengerikan. "Kamu kenapa?" tanya Chandra yang ke luar dari kamar mandi merasa bingung dengan Kia
Read more

Bab 234

Hati Kiara mendadak jadi berbunga-bunga karena mendapatkan bunga dari Chandra. Meskipun bukan Chandra yang memberikan secara langsung tetapi cukup membuatnya bahagia. Ting! Ponsel Kiara pun berbunyi ternyata sebuah pesan dari Chandra. [Udah nggak marah lagi kan?] Chandra. Kiara pun segera menuliskan pesan balasan. [Makasih, Kia suka] Kiara. Kiara pun kembali melihat bunga yang begitu indah dan wangi di tangannya. Kemudian menghirup aroma wangi yang menyeruak. Ting! Kiara kembali mendapatkan pesan dan dia pun segera melihatnya. [Suka apanya?] Chandra. [Bunganya Kia suka. Terima kasih, Mas] Kiara. [Mas pikir kamu suka yang semalam] Chandra. Kiara memilih untuk tidak membalasnya lagi, karena dirinya malu jika membahasnya. "Mau tidur ah, ngantuk," gumam Kiara. Tapi belum juga bergerak menuju kamar lagi-lagi terdengar suara bell yang berbunyi. Kiara pun segera membukanya, ternyata seorang wanita yang berusia mungkin sekitar 35 tahun. Tidak dikatakan muda
Read more

Bab 245

"Bukan aneh, itu nyata," terang Chandra. Kiara pun tersenyum mengejek mendengar jawaban Chandra. Tetapi, mendadak perasaanya semakin tidak karuan karenanya. Entah penyebabnya adalah ucapan Chandra atau bagaimana, Kiara sendiri tidak bisa menyimpulkan dengan pasti. Hingga terasa ada tangan yang mulai melingkar di pinggangnya. Tentu saja itu tangan Chandra hingga membuat Kiara merasa sangat nyaman. Nyaman? Entahlah. Semakin lama semakin sulit untuk menyimpulkan sendiri tentang apa yang sebenarnya dia rasakan saat-saat sedekat ini dengan Chandra.Kiara baru merasakan kehangatan pelukan ini. "Kamu nggak kangen sama, Mas," bisik Chandra. Kiara pun hanya bisa menelan ludah pahit sambil melepaskan diri. Berusaha untuk menjauh agar perasaan aneh itu tidak terus menguasai dirinya. Ini mengerikan dan sulit rasanya untuk mengkondisikan keadaan yang seharusnya baik-baik saja seperti dulunya. "Kiara, masak dulu ya, Mas," kata Kiara. "Nanti saja," Chandra pun langsung saja menahan Kia
Read more

Bab 246

"Mas, laper," rengek Kiara. Sejak tadi Kiara tidak makan apapun, ditambah lagi Chandra yang tak mengijinkan dirinya untuk memasak. Akhirnya hanya duduk sambil berdebat dan membuat perutnya semakin lapar. Seharusnya sudah siap memasak jika saja Chandra tak mengijinkannya. "Kiara masak dulu ya," kata Kiara lagi. "Nggak usah, kita pesan saja," Chandra pun menahan Kiara agar tak pergi. "Ya udah, pesan sekarang. Udah lapar banget," kata Kiara lagi. "Iya," Chandra pun segera memesan makanan dari restoran yang menurutnya sangat lezat. Tanpa perlu memasak karena memasak hanya membuang-buang energi dan waktu untuk Kiara yang membutuhkan waktu untuk beristirahat. Agar apa? Agar tenaga tidak terkuras dan semakin kelelahan dan membuat Chandra harus menunggu lagi. Tidak. Hingga saat makanan datang Kiara pun segera memindahkan pada piring dan keduanya makan bersama. "Tidur yuk," ajak Chandra. "Tidur? Baru selesai makan, Mas!" Kiara pun menunjuk sisa makanan yang masih ter
Read more

Bab 247

"Mas, mau ke rumah Dimas. Kamu mau ikut?" tanya Chandra yang berdiri tak jauh dari Kiara yang tengah duduk di sofa sambil bermain ponsel. "Ikut," jawab Kiara. "Kamu tidak capek?" "Capek, tapi bosen di rumah terus," jelas Kiara. "Baiklah kalau begitu, ayo kita pergi. Dan, besok orong tua mu kembali," kata Chandra Seketika itu bibir Kiara pun tersenyum mendengar ucapan Chandra yang begitu membahagiakan bagi seorang Kiara. Rasa rindunya terhadap kedua orang tuanya begitu besar. Beberapa hari ini tak bertemu sungguh membuatnya menyimpan kerinduan yang mendalam. Apa lagi ini adalah kali pertama berjauhan, bahkan dengan keadaan ibunya yang tak baik-baik saja. Tidak ada komunikasi sama sekali. Sungguh sangat menyedihkan. Akan tetapi tak lama berselang bibir Kiara yang sebelumnya tersenyum lebar berubah menjadi murung. Perasaan bahagianya berubah menjadi perasaan was-was. Apakah mungkin kedua orang tuanya masih mau bertemu dengan dirinya? Apakah mungkin kebencian itu
Read more

Bab 247

"Hay," sapa Dinda saat melihat wajah Kiara. Kiara yang baru saja melangkahkan kakinya di ruang tamu pun membalas senyuman Dinda. "Hay, kamu apa kabar," Kiara pun seketika itu menghambur memeluk Dinda. Ada kerinduan yang tersimpan setelah beberapa hari ini tidak bertemu. "Hay," seru Moza dengan refleks saat melihat Dinda dan Kiara tengah berpelukan.Bahkan hampir saja Moza melompat-lompat kegirangan jika saja tidak Kiara tidak menunjukkan bagian perut buncitnya. "Kamu tambah gembul ya," ujar Kiara. "Hehe," Moza pun tersenyum malu dan akhirnya ketiganya pun berpelukan dengan erat. Sedangkan Dimas dan Chandra segera pergi ke ruang kerja. Sehingga keduanya akan berbicara di sana untuk urusan pekerjaan. Membiarkan ketiga bocah itu tengah bertemu untuk melepas kerinduan.Bercerita tentang banyak hal yang mungkin menurut mereka sangat bermakna tapi tidak bagi orang lain. "Udah ketahuan perempuan atau laki-laki?" tanya Kiara sambil memegang perut buncit Moza. "Kata dokte
Read more

Bab 249

"Ahahahhaha." Ketiganya lagi-lagi tertawa lepas karena apa yang mereka pikirkan sendiri dan sepertinya isinya semuanya sama. Isi otak bocah itu telah di cuci miring oleh suami mereka yang dewasa dan benar-benar membuat ketiganya akhirnya menjadi dewasa dengan begitu cepat. "Ya, begitu ya, pengantin baru," celetuk Moza. "Kamu kayak nggak pernah," balas Kiara. "Aku ya, begitulah," balas Moza sambil tersenyum pada akhirnya ketiganya pun tertawa terbahak-bahak lagi. "Ahahahhaha....." Tidak pernah terpikirkan oleh ketiganya akan sampai pada titik ini, titik di mana mereka akan bercerita tentang banyak hal. Hal yang berbau dewasa. Sebelum sarjana. Tapi gelar istri telah diberikan oleh masing-masing pria yang mereka nikahi dengan paksa! "Apa lagi, Dinda," kini Kiara pun tersenyum ke arah Dinda. "Aku kenapa?" tanya Dinda penasaran. "Kamu yang duluan dewasa di antara kami!" ujar Kiara. "Iya bener!" Moza juga membenarkan apa yang dikatakan oleh Kiara. "Aku terpaksa
Read more

Bab 250

"Mas, dengar ada yang ketagihan sama malam pertama," kata Chandra. Kiara yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah pun menoleh pada Chandra. Kini keduanya sudah kembali ke rumah dan baru saja sampai malah mendengar pertanyaan konyol. "Kenapa? Mas, bertanya jawab!" kata Chandra sebab Kiara hanya diam saja. "Apanya?" tanya Kiara yang merasa tidak yakin akan apa yang dia dengar barusan. "Katanya ada yang ketagihan sama malam pertama," Chandra pun mengulangi pertanyaannya. Bibir Kiara pun seketika tersenyum miring, "Siapa bilang? Nggak jelas!" gerutu Kiara menepis anggapan Chandra. Chandra pun segera mengikuti langkah kaki Kiara yang kini telah masuk ke dalam kamar. Tampak Kiara tengah mencari pakaian ternyaman yang akan dia gunakan di dalam rumah untuk tidur. "Kamu dan teman-teman mu," kata Chandra. "Apaan sih? Nggak usah aneh-aneh!" omel Kiara. Chandra tersenyum mendengar jawaban Kiara karena telinganya sebelumnya jelas mendengar apa yang tengah dibi
Read more

Bab 241

"Ibu mu sudah sampai di rumah, pergilah ke sana," kata Chandra. Kiara pun terkejut mendengarnya. Ibu? Ayah? Keduanya sudah kembali ke rumah? Rasanya ini sangat mengejutkan meskipun sebelumnya juga Chandra mengatakan bahwa orang tuanya akan kembali di hari ini. Tapi saat ini jauh lebih membahagiakan dirinya. Artinya dia bisa bertemu kedua orang yang sangat dia sayangi itu. "Kenapa diam?" Chandra bingung melihat Kiara yang hanya diam tanpa mengatakan ataupun bertanya hal kepadanya. "Kia cuman terkejut aja, tapi syukurlah kalau begitu Kia bisa bertemu mereka lagi," jelas Kiara yang kini tampak begitu bahagia. "Katanya keadaan Ibu mu sudah sangat baik, hanya tinggal pemulihan saja," terang Chandra. "Benarkah?" "Iya, pergilah ke sana, kamu merindukan mereka bukan?" Kiara pun mengangguk pelan dengan raut wajah yang kini jelas sangat berubah dari sebelumnya. "Ada apa?" tanya Chandra lagi yang penasaran akan raut wajah Kiara yang mendadak berubah dalam waktu yang
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status