Mendengar itu, Moza sontak berbalik. "Papi?" paniknya."Apa yang kamu lakukan di sini, Moza?" tanya Dimas."A--aku," ucap Moza sembari memikirkan kebohongan pada ayahnya ini.Tak mungkin, ia bilang bahwa dirinya baru saja menyakiti perempuan yang dinikahi sang papi, kan?Bisa-bisa, Dimas akan berpikir dirinya begitu kejam."Aku hanya ingin menyapa 'ibu' baruku," lanjutnya pada akhirnya, "tapi, dia tak sengaja terpleset."Ada keheningan di sana.Namun, Dimas akhirnya mengangguk, menerima alasan sang putri.Melihat itu, kekhawatiran Moza sirna.Dia pun menyembunyikan senyumnya. "Kalau gitu, Moza pergi dulu, ya, Pi," ucapnya berlalu.Namun sebelum benar-benar pergi, ia mendekati sahabat yang sudah jadi istrinya ayah itu sebentar. "Adinda, kupastikan mulai hari ini kehidupanmu akan seperti di neraka karena tetap memilih jadi istri ayahku!" desisnya pelan--meninggalkan Adinda yang menahan gemetar di tubuhnya.‘Apakah ini benar-benar Moza yang dulu menjadi sahabat baiknya?’ batin Adinda ped
Read more