Home / CEO / Istri Tangguh Tuan Angkuh / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Tangguh Tuan Angkuh : Chapter 21 - Chapter 30

265 Chapters

Bab 21

Dimas pun memilih untuk pergi dari sana.Adinda bingung saat tiba-tiba saja Dimas pergi meninggalkan dirinya di tengah-tengah tamu lainya.Tanpa kata, tanpa bicara untuk membuat alasan apapun juga.Dengan segera dia pun menyusul Dimas.Ternyata Dimas menuju toilet dan Adinda menunggu di luar saja karena dia bingung ada apa dengan pria aneh itu.Tapi ini tidak juga membuatnya merasa lucu.Sebab, dia sudah tahu sikap Dimas memang aneh dan suka semena-mena terhadap orang lain terutama dirinya.Sedangkan Dimas mulai mencuci wajahnya hingga berulangkali.Dia melihat wajahnya melalui pantulan cermin.Sambil berusaha mendinginkan otak yang mulai panas karena pikirannya yang tidak beres."Wanita itu seperti racun saja!" Geram Dimas sambil membayangkan wajah Adinda penuh dengan kekesalan.Kesal karena terus saja membuatnya merasa tidak nyaman.Sesaat kemudian dia pun merasa lebih baik, kemudian segera keluar dari kamar mandi."Tiga puluh menit!" kata Adinda yang berdiri di depan pintu kamar m
Read more

Bab 22

Beberapa saat kemudian Dimas tak lagi mendengar suara Adinda.Dia pun melihat ke samping ternyata sudah terlelap.Pantas saja Adinda tak lagi berbicara ngaur, ternyata minuman itu sudah membuatnya tertidur."Baru segitu sudah teler, dasar gembel!" umpat Dimas.Jangankan untuk menghabiskan satu botol seperti saat ini, satu gelas saja sudah membuatnya mabuk.Adinda tidak pernah meneguk minuman itu, dan kini terpaksa dia teguk.Nasib malang.*****Kini keduanya sampai di rumah.Dimas langsung turun dari mobilnya tapi saat itu matanya tanpa sengaja melihat Laras yang berdiri di balkon kamarnya dan melihat dirinya.Laras memang menantikan kepulangan Dimas dan Adinda.Hatinya merasa tenang saat melihat kedua orang itu sudah pulang.Artinya Adinda tak lagi diturunkan di jalanan seperti sebelumnya.Bahkan tanpa Dimas tahu jika dirinya mengirim orang untuk memata-matai Dimas saat membawa Adinda.Meskipun tidak diberitahu, Laras tahu kemana perginya Dimas membawa Adinda.Mungkin Dimas tak tahu
Read more

Bab 23

Adinda melihat wajahnya di cermin.Dia kini memakai handuk di tubuhnya dan seperti biasanya pula, itu adalah handuk milik Dimas.Sepertinya Adinda benar-benar tak perduli dengan apapun ucapan yang akan dia terima saat sang pemilik melihatnya.Apa lagi saat ini dia sibuk melihat dirinya di depan cermin meja rias.Mengamati satu persatu tanda merah keunguan yang masih menjadi misteri itu."Tanda ini?" tanya Adinda sambil mengingat sesuatu.Kemudian dia pun mulai menyimpulkan sesuatu yang ada di benaknya."Apa mungkin?" tanya Adinda lagi.Dia pun menepis pikirannya karena tak mungkin pula Dimas yang mencetak tanda itu.Karena, saat beberapa hari yang lalu pun dia pernah melihat tanda itu di tubuhnya.Dan itu setelah Dimas menyentuhnya.Dan kini muncul lagi.Apa mungkin?Ah, Adinda atau yang lebih sering di panggil Dinda itu semakin pusing dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya sendiri.Saat itu bertepatan dengan Dimas yang masuk ke dalam kamar.Dia melihat Dinda sedang berada d
Read more

Bab 24

Dimas pun menghentikan langkah kakinya setelah mendengar suara itu.Ternyata ibunya di sana dan tersenyum padanya."Jangan terlalu menutup diri, hanya dalam hitungan hari dia sudah membuat mu seperti ini. Dia hebat, 'kan?" Laras pun tersenyum pada putra tunggalnya itu, karena sepertinya keinginannya untuk memisahkan anaknya dengan Megan akan segera tercapai.Sesaat kemudian Dimas pun memilih kembali melanjutkan langkah kakinya menuju meja makan.Tanpa menjawab perkataan Laras sama sekali.Begitu juga dengan Dinda yang menyusul."Nyonya, maksudnya Ibu," sapa Dinda melihat Laras berdiri tak jauh di depan pintu kamarnya."Urus suamimu!" tegas Laras.Adinda pun mengangguk kemudian Laras pun segera pergi.Perasaannya benar-benar bahagia dan berharap Dinda bisa segera mengandung cucunya.Dengan begitu dia akan memiliki keturunan dari Dimas.Dia butuh cucu yang mengalir darah anaknya langsung.Dan Dinda bisa mengandung cucunya, karena wanita itu tak lepas dari pengawasannya sudah dipastikan
Read more

Bab 25

Sesaat kemudian Kiara juga masuk.Chandra pun tersenyum melihat wajah yang cukup dia rindukan itu.Tapi tidak dengan Kiara yang tak ingin perduli sama sekali."Aku permisi, pekerjaan itu akan aku kerjakan," pamit Chandra.Sesaat kemudian dia pun melangkah ke luar melewati Kiara.Akan tetapi dia tampak biasa saja, namun lihat saja apa yang akan terjadi pada wanita itu yang sudah berusaha untuk terus menjauh darinya.Meskipun demikian tidak akan ada kata menyerah untuk bisa mendapatkan wanita tersebut.Hingga pintu pun tertutup rapat dan Chandra benar-benar pergi.Dimas kini mengetahui jika Chandra menyukai wanita yang tidak lain adalah sahabat Dinda.Kemudian dia pun kembali melihat wajah Dinda."Buatkan kopi!" titah Dimas."15 menit lagi ada meeting, Pak Presdir," Dinda menunjuk jam di pergelangan tangannya."Lalu kenapa?" tanya Dimas."Ya ampun, itu saja tidak mengerti. Artinya, anda harus segera bersiap-siap untuk berangkat ke ruang rapat sekarang!" terang Dinda dengan sedikit kesal.
Read more

Bab 26

Siapapun yang kini melihat Dinda tampaknya tidak akan bisa beralih pada yang lain.Bahkan wanita sekalipun akan merasa iri dengan kecantikan Adinda.Matanya hitam pekat dan bulu matanya yang melentik.Kulit putih dan mulus meskipun tanpa perawatan kecantikan yang mahal.Apa lagi laki-laki.Dinda yang hanya diam sambil berdiri di belakang kursi Dimas tampak menjadi perhatian yang lain.Bahkan salah seorang karyawan tengah berbicara menjelaskan tentang materi rapat namun yang lainnya justru hanya melihat wajah wanita yang kini menjadi asisten Dimas.Mereka bukan hanya kagum dengan kecantikan Adinda, mereka juga bingung mengapa bisa Dinda setuju menjadi asisten Dimas.Karena sejauh ini semua orang menolak meskipun dengan tawaran gaji tinggi."Ehem!" Dimas berdehem karena melihat yang lainya hanya melihat Dinda saja.Membuat yang lainya pun mulai tersadar dan mereka pun ketakutan menyadari kesalahan mereka.Akhirnya rapat pun selesai.Dinda kembali mengikuti langkah kaki Dimas menuju rua
Read more

Bab 27

"Kakanda, ini belepotan," Dinda mengambil tisu dan membersihkan sudut bibir Dimas.Sedangkan yang sebenarnya adalah tidak ada noda sama sekali di sana.Tapi Dinda sangat menjiwai perannya saat ini.Lagi pula siapa yang menyadari jika dia hanya sedang bersandiwara saja.'Apa lagi ini?' batin Dimas pun lagi-lagi berbicara.Panggilan Dinda benar-benar aneh dan membuatnya merasa jijik.Belum lagi perlakukan Dinda yang terus membuatnya kesal bukan main."Kakanda?" Megan menahan tawa mendengarnya.Membuat Dimas menahan amarah merasa dipermalukan oleh Adinda."Kenapa? Itu panggilan sayang aku sama suami aku," jelas Dinda.Huuueekkk....Dinda merasa mual dengan apa yang dia ucapkan sendiri.Tapi sudahlah ini demi perang yang tengah terjadi antara dirinya dengan Ferdi.Di saat Dimas merasa dirinya sedang bekerja untuk membuat Megan cemburu.Saat itu Ferdi pun mencium tangan Megan.Membuat Megan bahagia karena merasa apa yang dilakukan oleh Ferdi sangat tepat.Dia melihat wajah Dimas yang menah
Read more

Bab 28

Dimas pun meletakkan Dinda di atas meja kerjanya.Dia ingin mencekik leher Dinda karena sudah berani memerintah dirinya dengan sesukanya.Dimas merasa dipermainkan oleh Dinda.Sehingga wanita itu harus diberi pelajaran agar tak lagi bersikap seperti ini.Ini sudah melewati batas.Dimas merasa Dinda selalu mengambil kesempatan untuk membuatnya seperti sedang dibodohi."Kau menjengkelkan, rasakan ini," Dimas pun mulai memegang leher Dinda.Tapi apa yang terjadi saat itu dilakukan oleh Dimas pada Dinda?"Ayo kalau berani!" Dengan cepat Dinda menahan tubuhnya dengan menopang kedua tangannya pada meja.Sedangkan sebelah kakinya berada di dada Dimas.Sepatu hak tingginya dia tusukan pada dada Dimas.Membuat Dimas menatap sepatu Dinda yang berwarna hitam pekat yang berada di dadanya dengan tajam.Merasa wanita itu semakin berani dan kurang ajar padanya.Kemudian dia pun kembali melihat wajah Dinda.Lalu tatapan mata Dimas turun pada tengkuk leher Dinda.Tanda itu masih tampak jelas di sana
Read more

Bab 30

Chandra melihat Dinda yang sudah pergi.Dia pun segera masuk ke ruangan Dimas tidak lupa menutup pintu.Melihat Dimas yang masih berdiri di sana dalam diamnya."Sepertinya wanita tadi cukup menantang," Chandra pun duduk di sofa sambil melihat Dimas.Chandra ingat jelas seperti apa wanita yang barusan itu.Dimas pun akhirnya kembali duduk di kursi kebesarannya.Kepalanya serasa ingin pecah memikirkan satu orang wanita yang sampai detik ini tidak bisa tunduk padanya.Lalu ia meneguk kopi yang masih tersisa di sana.Namun, sesaat kemudian dia pun tersadar kopi tersebut adalah sisa dari Dinda."Menjengkelkan!" gumam Dimas.Mengapa malah kembali meneguk kopi itu?Dimas pun melemparkan cangkirnya pada lantai hingga hancur berantakan.Menjengkelkan!Keinginan ingin membuat diri lebih baik malah semakin pusing bukan main.Adinda!Wanita ini benar-benar sangat menguras tenaga dan emosi seorang Dimas Hermawan."Ada apa? Ada yang salah dengan mu?" tanya Chandra yang melihat bahwa Dimas sedang ti
Read more

Bab 31

Dimas memarkirkan mobilnya dengan asal.Kemudian turun dari mobilnya dan tampak Laras sedang membaca majalah di teras."Apa wanita ja--" Dimas tidak mengucapkan kata kasar yang ingin dia ucapkan itu.Entah mengapa dia malah mengingat wajah Dinda yang penuh kemarahan beberapa saat lalu saat dia mengatakan itu."Wanita ja?" tanya Laras yang bingung dengan maksud dari putranya itu."Apa Dinda sudah kembali?" Akhirnya Dimas pun menyebutkan nama wanita itu dengan benar."O," Laras pun mengangguk, "sudah, baru saja," belum juga Laras selesai berbicara tapi Dimas sudah pergi.Membuat Laras hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku putranya tersebut.Tapi sesaat kemudian Laras pun tersenyum mengingat Dimas pulang-pulang langsung bertanya tentang Dinda.Ini adalah sebuah hal yang cukup baik tentunya dia pun kembali duduk dan melanjutkan kembali membaca majalah.*****Saat Dimas masuk ke dalam kamar tepat Dinda juga keluar dari kamar mandi.Dimas berdiri di depan daun pintu yang sud
Read more
PREV
123456
...
27
DMCA.com Protection Status