Home / CEO / Istri Tangguh Tuan Angkuh / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri Tangguh Tuan Angkuh : Chapter 41 - Chapter 50

265 Chapters

Bab 42

Ssstttt.Dimas merasa sedikit sakit pada dahinya karena terbentur dasbor mobil.Mobil yang akhirnya menabrak pembatas jalan demi menghindari tabrakan dengan mobil dari arah yang berlawanan.Namun, saat itu Dinda pun mulai menjauh dari Dimas.Karena tanpa sadar saat kecelakaan itu Dimas malah berusaha melindungi Dinda.Hingga dia yang cidera walaupun tidak terlalu parah."Tuan Dimas, kepala anda berdarah," kata Dinda yang melihat ada darah yang mengalir dari dahi Dimas.Dimas pun memegang dahinya dan ternyata ada cairan merah yang menempel di tangannya.Bersamaan dengan itu pengguna jalanan lainnya melihat kejadian itu langsung menolong keduanya untuk segera dilarikan ke rumah sakit.Setelah diperiksa dokter tidak ada yang harus dikhawatirkan pada Dinda.Hanya Dimas yang harus diperban pada bagian kepalanya.Sesaat kemudian Laras pun tiba di rumah sakit untuk melihat keadaan Dimas dan Dinda."Syukurlah tidak ada yang serius," Laras merasa lega setelah melihat keduanya baik-baik saja.*
Read more

Bab 43

"Sejak kapan Dimas suka mengunci pintu kamarnya?"Laras yang memegang gagang pintu dan berulangkali berusaha untuk membukanya tetapi tidak juga bisa.Dia bingung karena itu tidak biasanya terjadi pada anaknya.Tapi Laras mendadak tersenyum karena sepertinya Dimas tidak mau lagi ada yang keluar masuk kamarnya dengan leluasa.Mengingat Dimas kini sudah memiliki seorang istri tentunya ada hal yang tak mungkin bisa diperlihatkan pada orang lain.Laras benar-benar merasa bahagia dan berjanji jika memasuki kamar anaknya setelah ini harus mengetuk pintu terlebih dahulu.Mau dikunci ataupun tidak.Karena semua orang butuh privasi.*****Dimas memang sengaja mengunci pintu kamarnya.Dia mulai tidak nyaman jika ada yang masuk saat dia dan Dinda tengah dalam keadaan yang tak seharusnya dilihat oleh orang lain.Seperti saat Moza masuk dan melihat dimana dirinya tengah berada di atas tubuh Dinda.Itu terjadi tanpa ada kesengajaan sama sekali.Begitu juga dengan Moza yang tiba-tiba muncul membuatny
Read more

Bab 44

Moza berdiri di sudut ruangan.Dia juga menunggu hasil pemeriksaan ini.Meskipun harapannya saat ini Dinda tidak mengandung tapi cukup membuatnya penasaran.Hingga dia pun memutuskan untuk menyaksikan secara langsung.Lantas bagaimana dengan Dinda?Dinda masih dalam keadaan takut.Dia tidak ingin ada janin di rahimnya karena nantinya pasti hanya akan mendapatkan masalah.Karena kenyataannya Dimas sendiri tidak menginginkan anak darinya."Dinda, ayo berbaring," kata Laras lagi.Mungkin dari semua anggota keluarga hanya Laras yang mengharapkan kehamilan Dinda.Dia ingin membuat posisi Dinda semakin kuat dalam pernikahannya.Bahkan Laras akan langsung memberikan warisannya pada anak yang akan dilahirkan oleh Dinda nantinya.Baik laki-laki maupun perempuan.Agar Dimas tidak bisa berpisah dengan Dinda dan pastinya juga tidak dapat kembali pada Megan.Itulah keinginan Laras saat ini yang tidak diketahui oleh siapapun juga."Kenapa tegang sekali?" tanya Vina.Vina adalah sepupu Dimas yang be
Read more

Bab 45

Dimas berulangkali memijat pelipisnya.Sudah cukup lama dia sampai di kantor tapi tidak dengan Dinda.Membuatnya merasa berapi-api karena terlalu lama menunggu.Sampai akhirnya wanita itu pun tiba, tatapan Dimas langsung saja tertuju padanya dengan tajam."Selamat pagi Pak Presdir," sapa Dinda.Dinda tak ingin lagi sama seperti sebelumnya saat mereka berdua sudah cukup baik berteman.Setelah pagi ini Dinda benar-benar kesal pada Dimas. Ucapan pria itu seakan tak memiliki rasa kemanusiaan sama sekali.Sedangkan Dimas yang duduk di kursinya kini melihat Dinda.Melihat penampilan wanita dihadapannya itu dengan penuh intimidasi."Jadwal anda hari ini, menghadiri acara peluncuran produk terbaru. Kemudian, melihat langsung ke lokasi pembangunan hotel, dan setelah itu rapat di kantor cabang," jelas Dinda.Tapi Dimas tidak perduli dengan apa yang dijelaskan oleh Dinda.Saat ini pikirannya sedang tidak baik-baik saja dan itu karena Dinda yang jauh lebih memilih berangkat ke kantor bersama Gil
Read more

Bab 46

"Padahal aku masih punya waktu istirahat sekitar 20 menit lagi," gerutu Dinda.Tapi apa daya karena dia kini sudah kembali ke ruangan Dimas.Menjengkelkan sekali bukan?Tentu!Bahkan sangat menjengkelkan."Kenapa kau murahan sekali?" tanya Dimas secara langsung.Dinda yang berdiri di hadapan Dimas pun mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan Dimas."Murahan?" tanya Dinda kembali.Rasanya pertanyaan Dimas cukup membingungkan."Apa kau tuli?!""CK!" Dinda pun memilih untuk tidak perduli pada ucapan Dimas.Kesal rasanya jika pria itu sudah berbicara.Setiap kata yang keluar dari mulutnya pasti hanya berupa cacian dan makian tanpa berpikir sama sekali perasaan orang lain."Pagi tadi Gilang, sekarang manager pemasaran --""--Namanya Mas Deri!" Dinda pun langsung menimpali.Tapi apa yang dikatakan oleh Dinda malah membuat Dimas semakin kesal."Mas? Apa kau dan dia sudah sedekat itu? Pertahankan sedikit harga diri mu!" kata Dimas.Dinda pun mendekati Dimas kemudian dia berjinjit agar
Read more

Bab 47

"Yang barusan itu Pak Boss kan?" tanya seorang karyawan."Iya!" yang lainya mengangguk karena juga menyaksikan itu."Deri, kayaknya saingan kamu Pak Bos," yang lain menimpali.Deri pun kebingungan dan tak tahu harus bicara apa.Tampaknya masih shock dengan apa yang dia saksikan."Masih mau maju apa mundur, Der?""Tau lah, keringatan aku," jawab Deri yang juga masih begitu tegang."Mundur lebih bagus Der, selamatkan nyawa dulu."Deri pun mengangguk setuju.Dia masih memilih hidup dari pada mati mendadak karena berurusan dengan Dimas Hermawan.Presiden direktur.*****Kini Dimas sudah memarkirkan mobilnya di salah satu mall.Kemudian melihat Dinda yang duduk di sampingnya.Dinda tampak melihat dirinya juga."Anda yakin hanya ingin mengganti ponsel ku?" tanya Dinda dengan malas.Karena jika harus dengan membayar seperti biasanya dia sedang tidak berminat."Iya," Dimas pun segera turun.Dinda masih saja ragu dengan ucapan Dimas, bahkan sampai Dimas sudah membukakan pintu mobil untuknya sa
Read more

Bab 48

"Dinda apa kau tidak bisa tersenyum manis walaupun sudah berbelanja?" tanya Dimas.Kini mereka sudah kembali ke kantor karena Dimas harus bekerja kembali.Namun, Dinda masih saja tampak murung membuat Dimas bingung padahal seharusnya berbahagia.Sebab, biasanya wanita akan sangat bahagia apapun masalahnya setelah berbelanja."Aku lagi cape aja, lagian nggak harus senyum terus juga, 'kan?" tanya Dinda kembali.Tok tok tok.Suara ketukan pintu dan sesaat kemudian Gilang pun masuk.Dinda dan Dimas langsung melihat ke arah Gilang."Pak Presdir, ada Nona Megan ingin bertemu," kata Gilang.Dinda pun segera memutar tubuhnya, berniat ingin segera pergi.Dia ingin mencari udah segar untuk sebentar saja.Apa lagi untuk bertemu Megan sungguh melelahkan sekali bagi dirinya.Untuk saat ini Dinda sedang ingin ketenangan."Mau kemana?" Dimas pun menahan lengan Dinda.Membuat Dinda pun hanya bisa diam di tempatnya dengan terpaksa."Kau tahu apa yang harus kau lakukan?!" kata Dimas lagi mengingatkan D
Read more

Bab 49

Dinda pun segera bangkit dari atas pangkuan Dimas."Dasar wanita sialan! Kau itu sudah membuat ku kesal!" geram Dimas karena Dinda hanya diam saja.Sejak Megan datang hanya Dimas yang berusaha sendiri untuk meyakinkan wanita itu.Bahkan rasanya seperti tidak ada lagi kenyamanan mengingat Megan akan bertunangan dengan laki-laki lain.Artinya dengan begitu dirinya sudah tak lagi ada di hati Megan.Suatu fakta yang tak dapat di terima oleh Dimas.Tapi mendengar ucapan Dimas membuat Dinda tersenyum miring."Kenapa melihat ku seperti itu?" tanya Dimas.Melihat senyuman Dinda yang tampaknya tak perduli dengan kemarahannya.Karena Dinda selalu saja berani menantang dirinya.Entah sampai kapan dan entah mengapa pula bisa demikian."Berani anda berkata, jalang, wanita sialan, dan lainnya yang kasar lagi pada ku! Jangan harap aku mau membantu mu lagi!" papar Dinda."Kau berani menantang ku?!"Dinda pun berjinjit dan menarik dasi Dimas."Kenapa aku harus takut?!" tantang Dinda.Tidak ada raut wa
Read more

Bab 50

Di kamar dengan nuansa serba putih dengan kemewahan yang terasa seorang wanita paruh baya tampak memegang sebuah benda.Cukup banyak benda tipis pada tangannya dan satu persatu menampakkan wajah anaknya bersama dengan Dinda."Dimas membatalkan pergi melihat proyek karena pergi bersama istrinya ke mall?"Laras awalnya terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Gilang.Namun, setelah melihat buktinya dia pun kini percaya."Iya, Bu, itu benar," kata Gilang membenarkan.Laras pun mengangguk sambil terus melihat gambar di tangannya sampai berulangkali.Mungkin masih merasa bingung.Namun, sesaat kemudian Laras pun tersenyum."Tidak masalah, kau boleh pergi!""Saya permisi, Bu."Laras merasa ini adalah hal yang sangat bagus untuk hubungan antara keduanya.Hingga saat itu matanya melihat ke arah luar dari jendela kamarnya.Dia meletakkan foto di tangannya pada meja kemudian berjalan lebih maju beberapa langkah.Di bawah sana tampak mobil Dimas sudah terparkir.Sesaat kemudian Dimas turun be
Read more

Bab 51

"Muka mu pucat sekali, kamu sakit?" tanya Dimas saat melihat wajah Dinda saat ini yang tampak pucat.Dinda meletakkan secangkir kopi yang barusan dia buat untuk Dimas.Sepertinya selesai mandi Dimas butuh minum kopi hangat dan dia hanya ingin kopi buatan Dinda saja.Namun, sesaat kembali ke kamar Dimas melihat wajah Dinda tampak pucat."Kayaknya masuk angin," jawab Dinda.Kemudian dia pun segera membaringkan tubuhnya pada ranjang.Sedangkan Dimas sibuk dengan tab di tangannya ditemani secangkir kopi hangat buatan Dinda.Satu jam kemudian Dimas pun melihat Dinda masih berbaring di atas ranjang.Sedangkan dia mulai menuju meja makan untuk makan malam."Dinda di mana?" tanya Laras yang melihat hanya Dimas saja yang tiba di ruang makan."Tidur, Bu," jawab Dimas."Tidur?" tanya Laras bingung.Karena tidak biasanya Dinda seperti ini kecuali ada hal tertentu."Emang pemalas!" kata Moza yang langsung saja menimpali pembicaraan.Ia pun segera duduk di kursinya dan berharap Dinda tidak perlu ik
Read more
PREV
1
...
34567
...
27
DMCA.com Protection Status