Semua Bab Istri Tangguh Tuan Angkuh : Bab 61 - Bab 70

265 Bab

Bab 62

Malam semakin larut namun sampai detik ini Dimas masih memikirkan Dinda.Dia melihat ke sampingnya dimana selama ini Dinda tidur di sana dan kini tidak ada.Ada rasa sepi yang tidak bisa dijelaskan oleh seorang Dimas sejak Dinda memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya.Bahkan Dimas sendiri tak dapat melupakan saat-saat perdebatan mereka berlangsung di kamar itu.Bahkan di atas ranjang itu pula pertama kali Dimas merenggut kesuciannya seorang Dinda.Akh!Pikiran Dimas semakin kacau tak terkendali.*****Dinda masih sibuk dengan pikirannya.Rasanya sangat tidak nyaman dengan posisi seperti ini.Bahkan rasanya ia tidak ingin berjauhan dengan Dimas.Dinda juga bingung dengan dirinya sendiri karena rasanya dulu dan kini sudah sangat jauh berbeda.Tok tok tok!Terdengar suara ketukan pada jendela kamarnya.Membuat Dinda pun tersadar dari lamunannya dan bingung siapa yang mengetuk jendela kamarnya ditengah malam begini."Angin atau apa ya?" tanya Dinda.Dinda pun kembali mendengar sua
Baca selengkapnya

Bab 63

"Ya, ampun gerah banget sih," gerutu Dinda.Bayangkan saja harus tidur di atas ranjang yang sempit untuk dua orang.Belum lagi Dimas yang malah memeluknya begitu erat.Rasanya sangat tidak nyaman untuk Dinda."Sudah aku bilang, buka saja bajunya, kau tidak percaya," kata Dimas dengan santainya.Dinda pun akhirnya mendudukkan tubuhnya dan melepas bajunya seperti apa yang dikatakan oleh Dimas.Malu?Tidak sama sekali.Untuk apa malu, Dinda sendiri tak dapat menghitung jumlah berapa kali sudah Dimas menyentuhnya.Mungkin sudah terlalu sering.Sedangkan Dimas tersenyum melihat apa yang dilakukan oleh Dinda.'Sepertinya ada keuntungan besar,' batin Dimas dengan pikirannya yang benar-benar tidak baik-baik saja."Apa lihat-lihat!" kesal Dinda."Galak sekali," kata Dimas sambil tersenyum dengan pikirannya yang benar-benar sudah jauh di awan."Biasa aja!" ketus Dinda sambil kembali merebahkan tubuhnya."Memangnya kamu tidak malu?" goda Dimas.Dinda pun membuat senyuman mendengar pertanyaan Dim
Baca selengkapnya

Bab 64

"Pembagian otak? Kau kira otak adalah bantuan dari pemerintah?Kalau ada 10 saja jenis manusia seperti mu! Aku jamin, hancur berantakan dunia ini!" jawab Dimas.Dinda pun tersenyum seakan mengejek Dimas."Hubungannya apa? Nggak jelas! Lagi pula kalau 10 manusia seperti aku, apa ke 10 itu akan kamu nikahi?!" balas Dinda tak terima dengan perkataan Dimas.Tapi Dinda pun tak terima dengan perkataan Dinda saat ini."Kau yang tidak jelas!" Dimas pun segera menutup wajah Dinda dengan selimut.Gemas rasanya berdebat dengan Dinda yang tak pernah mau mengalah.Tampaknya kekalahan adalah sebuah hal yang sangat mengesalkan untuk Dinda.Sehingga dia sangat tidak menginginkannya.Apapun alasannya dia akan tetap melawan lihat saja saat ini pun."Apaansih!" Dinda pun berhasil melepaskan dirinya.Tapi tatapan tajam pun kini dilayangkan pada Dimas.Tanpa rasa takut seperti biasanya."Aku tanya! Tapi kalau 10 orang itu wanita semua masih wajar, tapi kalau ada yang pria?" Dinda pun tersenyum sambil men
Baca selengkapnya

Bab 65

"Ya, ampun. Aku yakin Zira berpikir yang tidak-tidak tentang kita," omel Dinda pada Dimas.Tapi apakah Dimas perduli?Sejak kapan dia perduli pada orang lain?Bahkan saat ini pun dia malah memeluk Dinda semakin erat.Tentunya juga membuat Dinda kesal."Tuan Dimas! Bisakah anda menjauh! Aku mau mandi!" kesal Dinda.Pikirannya sangat kacau karena Zira masuk ke kamarnya barusan.Dia bahkan sangat tahu seperti apa polosnya Zira.Berpacaran saja Zira tak mau dengan alasan takut hamil.Aneh sekali rasanya.Tidak mungkin juga hanya dengan berpacaran bisa langsung hamil.Dinda saja yang sudah sering kali disentuh Dimas tak mengandung sampai saat ini.Bahkan kini dia sedang datang bulan.Dinda memang mengkonsumsi pil KB.Dimas juga tahu itu.Yang keduanya tidak tahu adalah Laras menggantinya dengan pil penyubur kandungan.Tapi nyatanya Dinda memang belum juga mengandung.Menepikan tentang masalah mengandung kini Dinda pun mulai beranjak dari tempatnya.Meraih handuk dan segera menuju kamar man
Baca selengkapnya

Bab 66

Dimas harus kembali ke rumah terlebih dahulu sebelum pergi ke kantor.Laras tahu kemana perginya Dimas semalam, dan dia hanya diam saja saat melihat putranya yang pulang saat pagi hari ini.Membiarkan putranya itu untuk dekat dengan istrinya.Laras pun membiarkan Dimas sendiri yang menghadapi putrinya.Ia tahu bahwa saat ini putranya itu tengah berada dalam kebimbangan.Keinginan Moza untuk membuat Dimas dan Dinda berpisah tidak sejalan dengan apa yang diinginkan oleh Dimas saat inj.Dan Laras pun terus berusaha untuk tetap mempertahankan Dinda sebagai istri anaknya.Bahkan menurut Laras semakin sering Dimas berusaha untuk menemui Dinda diam-diam maka semakin sulit melepaskan Dinda.Laras bahkan tidak meminta Dimas untuk memilih putrinya atau istrinya.Karena Laras tahu sudah pasti Dimas memilih putrinya.Bahkan Laras sendiri sudah sangat menyanyi Moza layaknya cucu kandungnya.Hanya saja bagaimana pun keadaannya sekarang Dimas harus memiliki anak dari darah dagingnya sendiri.Karena
Baca selengkapnya

Bab 67

Dimas masih dengan tangan yang menggantung.Ia bingung akan Dinda yang terus saja memeluknya erat.Rasa kasihan pun jelas terasa.Hingga sesaat kemudian Dinda pun tersadar atas apa yang dilakukannya.Dia pun segera menjauh kemudian melihat wajah Dimas saat ini seperti apa?"Kenapa menangis? Dasar cengeng!" kata Dimas.Dinda pun cepat-cepat mengusap wajahnya yang basah karena air mata.Seharusnya dia tidak seperti ini.Tetapi ucapan Moza cukup menyakiti hatinya.Apakah saat ini di mata Moza dia begitu jahat hingga menuduhnya begitu kejam.Ah, rasanya Dinda sangat tidak sanggup menahan rasa sesak di dada kala mendengar semua ucapan pedas Moza.Rasa bersalah telah menghancurkan mimpi indah Moza melihat keduanya bersatu jelas dirasakan oleh Dinda.Dinda merasa orang yang paling jahat di dunia dan entah sampai kapan dia menerima hukuman ini.Tapi lagi-lagi ini semua diluar kendalinya.Dia sendiri tidak berhak untuk menentukan dengan siapa menikah.Hingga kini berakhir menjadi istri Dimas y
Baca selengkapnya

Bab 68

"Pria yang bertemu dengan mu di lobi!""Mas Deri?" tanya Dinda meyakinkan.Tapi anehnya Dimas malah semakin kesal saat mendengar nama yang disebutkan oleh Dinda."Tidak usah menyebutkan nama itu!"Dimas malah semakin naik pitam mendengar nada karyawan yang sempat bertemu dengan Dinda."Tapi namanya memang itu," terang Dinda yang masih saja bingung dengan sikap Dimas saat ini.Ada apa dengan Dimas?Mengapa jadi Dinda yang dibuat serba salah?Merasa tak melakukan kesalahan rasanya tak pantas saja untuk menerima kemarahan yang begitu berlebihan."Aku tahu!" Dimas pun mengepalkan tangannya menahan perasaan kesalnya."Lalu?" Dinda masih saja bertanya karena terlalu bingung."Dinda ayo lah, jangan pancing emosi ku! Atau aku pecat pria itu kalau kau terus menggilanya Mas!Aku pastikan tidak akan ada perusahaan yang mau menerimanya!" papar Dimas.Mungkin saja dengan demikian Dinda bisa segera diam dan menurut pada apapun yang dikatakan oleh Dimas.Tanpa terkecuali."Kok, gitu?""Dinda, jangan
Baca selengkapnya

Bab 69

Dinda sangat bosan karena menghadapi Dimas sangat tidak mudah.Belum lagi sampai saat ini terus saja marah-marah tidak jelas."Selamat siang, Pak Presdir," kata Gilang yang masuk ke ruangan Dimas.Lagi pula untuk memasuki ruangan Dimas harus memasuki ruangan Gilang terlebih dahulu.Sebab tak semua orang bisa keluar masuk dengan bebas kecuali orang-orang tertentu saja seperti Laras.Dan saat mendengar suara Gilang tampaknya Dimas semakin tidak bersemangat.Sebab datang di waktu yang sangat tidak tepat.Menebak ada hal yang harus dia tahu dan sangat tidak ingin mendengarkan.Dan saat itu Dinda ingin turun dari pangkuan Dimas.Tapi tangan pria itu semakin kencang melingkar di pinggangnya.Dinda pun menatap wajah Dimas, kesal rasanya karena pria itu juga membalasnya dengan tatapan tajam.Membuat Dinda pun memilih untuk kembali memainkan ponselnya dan menepikan rasa malunya terhadap Gilang yang melihatnya duduk di pangkuan Dimas."Ada Ibu Laras yang datang," kata Gilang lagi.Mendengar nam
Baca selengkapnya

Bab 70

Semua karyawan tentunya sudah tahu jika Dinda adalah istri Dimas.Awalnya mereka semua cukup terkejut mendengarnya.Tetapi tidak ada yang berani berbicara tentang keduanya.Sampai detik ini pun mereka melihat Dimas menyusul Dinda yang berjalan cepat jauh di depan Dimas.Namun, tak ada yang berani bertanya.Sampai akhirnya Dinda pun memanggil seorang pria."Ojek!"Bersamaan dengan itu Dimas pun tiba."Kamu mau ngapain?" tanya Dimas.Tangan Dimas tampak memegang lengan Dinda."Kamu nggak tahu itu apa?" tanya Dinda kembali.Sambil menunjuk seorang pria dengan sepeda motornya."Ini motor! Aku mau pulang naik motor!" terang Dinda.Setelah itu dia pun berniat untuk segera menaikinya.Tetapi Dimas menariknya untuk tidak melakukan itu.Membuat Dinda merasa kesal bukan main."Lepasin!" Dinda pun menghempaskan tangan Dimas agar terlepas.Benar saja terlepas, tetapi hanya berselang beberapa detik saja sudah kembali memegang lengannya."Pulang dengan ku!""Aku nggak mau!Aku pusing kalau kamu mar
Baca selengkapnya

Bab 71

"Kurangi kecepatannya bodoh!" geram Dimas.Dimas yang duduk di samping Dinda sangat kesal akan wanita yang mengemudikan mobilnya.Mengemudikan mobil begitu ugal-ugalan dijalan seakan tak perduli pada pengendara lainya dan bukan hanya sekedar membahayakan orang lain.Tetapi juga sangat membahayakan dirinya sendiri."Sekali lagi kamu bilang aku bodoh," Dinda pun menarik dasi Dimas.Padahal dia sedang mengemudikan mobil."Hak tinggi sepatu akan ku tancapkan pada dada mu!" ancam Dinda.Sambil melepaskan Dimas dan kembali fokus mengemudikan mobilnya."Ibu aku menikahi wanita seperti apa ini?" gumam Dimas sambil melihat ke samping.Dimas tampaknya tidak tahu jika wanita yang dinikahinya adalah seorang wanita yang sudah terbiasa dengan kerasnya hidup.Sehingga apapun rintangan dalam hidupnya akan dia hadapi tanpa gentar. Tapi saat ini dia akan tahu bahwa istrinya bukan wanita yang mudah untuk bisa diremehkan.Hingga Dinda pun kini menepikan mobil yang dikemudikannya.Karena dia mobil yang d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
27
DMCA.com Protection Status