Home / CEO / Istri Tangguh Tuan Angkuh / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Tangguh Tuan Angkuh : Chapter 81 - Chapter 90

265 Chapters

Bab 82

Dinda tidak ingin merebut kebahagiaan Moza.Bagaimana pun Moza adalah anak Dimas sedangkan dia hanyalah orang baru.Dinda langsung bersembunyi saat melihat Moza berjalan ke arah Dimas.Menghindari perkelahian yang pastinya akan terjadi.Dinda tidak mau menjadi perusak hubungan antara ayah dan anak itu.Bahkan Dinda masih bisa mengingat dengan jelas seperti apa bahagianya Moza saat bersama dengan sang ayah.Berbeda jauh jika ada dirinya diantara mereka, hanya ada sebuah hinaan yang keluar dari mulut Moza.Dinda sadar hanya menjadi beban di dalam hidup sahabatnya Moza.Jika saja bisa Dinda juga sudah memilih untuk pergi.Sayangnya bukan pergi yang kini menjadi pilihannya.Malahan didesak untuk segera mengandung darah daging keluarga Hermawan.Ini semakin membingungkan saja.Ting!Ponsel Dinda pun berbunyi membuatnya tersadar dari pikirannya.Ternyata Dimas yang menghubungi dirinya."Halo," jawab Dinda sambil melihat sekitarnya.Dinda sedang menunggu angkutan umum untuk ditumpangi di sis
Read more

Bab 83

Pagi-pagi sekali Dinda sudah menyiapkan sarapan pagi.Bahkan Dinda sudah memakai pakaian untuk berangkat ke kantor.Setelah itu dia pun kembali ke kamar untuk membangunkan Dimas.Tetapi ternyata Dimas sudah bangun bahkan sedang berada di dalam kamar mandi.Gegas Dinda menuju almari dan mengambil setelan kerja untuk Dimas.Tak lama berselang Dimas pun selesai mandi dan kini berjalan keluar dari kamar mandi."Mas, udah siap mandi?" tanya Dinda dengan senyuman manisnya.Dimas pun mengangguk dan merasa sedikit aneh dengan sikap Dinda.Bahkan Dinda langsung berjalan ke arah Dimas dan membantunya memakaikan kemeja.Dinda tampak sangat menikmati apa yang dia lakukan.Tetapi, Dimas malah bertanya-tanya apakah yang terjadi pada Dinda."Selesai, kita sarapan yuk," kata Dinda masih dengan senyuman manisnya.Dimas pun mengangguk dan menurut saja mengikuti Dinda menuju meja makan.Seperti biasanya Dinda mengisi piring Dimas dengan makanan dan lauk-pauknya."Ayo, Mas dimakan," Dinda tersenyum sambi
Read more

Bab 84

Dimas pun memijat pelipisnya mengingat saat Moza mengatakan keinginannya.Tahu bahwa putrinya itu sangat menginginkan keluarga yang utuh namun keadaannya sekarang tidak memungkinkan untuk kembali.Terlalu rumit dan tak ada celah untuk bisa bersama kembali dengan Megan.Sampai akhirnya Dinda pun kembali ke ruangan Dimas.Pikiran Dimas pun kini mulai menepi dan memperhatikan Dinda yang berjalan semakin mendekat padanya.Dimas bahkan mengingat sebelumnya Dinda berbisik sudah selesai datang bulan."Mas," Dinda pun kembali duduk di pangkuan Dimas.Melingkarkan tangannya pada pinggang Dimas dan tersenyum manja.Membuat Dimas menatap Dinda dengan perasaan yang menggebu-gebu bercampur dengan sejuta tanya yang membutuhkan jawaban.Tetapi, Dimas masih memilih diam membiarkan Dinda melakukan apapun yang dia inginkan.Ini adalah suatu hal yang sangat mengejutkan dan belum pernah terjadi namun juga sangat membahagiakan sekali bagi Dimas.Tangan Dinda bergerak memainkan kancing kemeja Dimas seakan
Read more

Bab 85

Rasanya sangat melelahkan dan sekujur tubuh Dinda terasa sangat remuk karena Dimas yang menggila.Tapi saat ini tidak ada waktu untuk beristirahat walaupun hanya sekedar menarik napas.Dengan segera Dinda masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Dimas hanya diam sambil memperhatikan gerak-gerik Dinda yang tampak sangat terburu-buru.Tidak begitu lama Dinda sudah keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk di tubuhnya.Begitu juga dengan memakai pakaiannya.Dinda begitu terburu-buru hingga sesaat kemudian Dinda pun melihat ke arah ranjang.Bukankah biasanya Dimas sudah memberikan uang jika sudah selesai memberikan kepuasan?Dinda pun melihat Dimas yang duduk di sofa dan ternyata pria itu juga tengah menatap dirinya.Tapi saat ini Dinda tidak perduli apapun yang ada di dalam pikiran Dimas."Mas, bayaran ku mana?" tanya Dinda secara langsung.Dinda sudah menurunkan harga dirinya demi sebuah bayaran.Artinya saat ini Dimas harus memberikan apa yang dia butuhkan.Ya itu ua
Read more

Bab 86

Dinda berjalan dengan lelah sekujur tubuhnya benar-benar terasa remuk.Tapi Dinda merasa lega setelah membantu membayarkan uang untuk pengobatan Ibu sahabatnya.Ingin sekali Dinda merebahkan tubuhnya saat ini juga.Tetapi tidak mungkin di lantai.Akhirnya Dinda pun terus berjalan memaksakan kakinya menyelusuri lorong-lorong rumah sakit untuk segera pulang.Namun, tiba-tiba saja lutut Dinda bergetar hebat membuatnya pun segera melepaskan sepatu hak tingginya.Memilih berjalan tanpa alas kaki."Sini, Mas gendong," kata Dimas tiba-tiba.Dinda pun tersentak kaget dan langsung melihat asal suara.Dimas berdiri di hadapannya.Tapi mengapa bisa ada Dimas di sana juga?Dinda bingung setengah mati memikirkan sesuatu hal yang membuatnya semakin pusing."Ayo," Dimas pun berjongkok agar Dinda segera naik di atas punggungnya."Mas, kok di sini?" "Mas, minta kamu naik ke punggung. Bukan bertanya," ujar Dimas.Dinda pun menimbang apa yang dikatakan oleh Dimas."Tapi malu, kalau di lihat orang," kat
Read more

Bab 87

Dinda pun akhirnya terlelap dalam tidur tanpa perduli lagi pada Dimas.Matanya terlalu mengantuk karena tubuh pun sangat lelah dan butuh sedikit mengisi tenaga agar kembali segar.Dimas yang kini memarkirkan mobilnya melihat Dinda yang benar-benar terlelap.Akhirnya Dimas pun memutuskan untuk mengangkat Dinda agar tidak terbangun karena merasa kasihan.Namun, ternyata Dinda sudah terlebih dahulu membuka matanya.Melihat Dimas yang begitu dekat dengan dirinya."Mas, ngapain?" Dinda pun menyadari bahwa mereka sudah sampai, "udah nyampe," kata Dinda lagi.Tapi saat itu Dimas pun segera mengangkat tubuh Dinda.Dinda yang terkejut pun segera melingkarkan tangannya pada leher Dimas."Mas, ngapain?" Dinda pun melihat sekelilingnya, "turunin!" pinta Dinda."Memangnya kamu kuat berjalan?""Kuat!""Mas, yang nggak kuat," ujar Dimas sambil terus melangkahkan membawa Dinda masuk ke dalam lift agar sampai di unit apartemen."Nggak kuat apa?" tanya Dinda bingung."Nggak kuat liat kamu jalan kesulit
Read more

Bab 89

"Mas!" Dinda pun menahan tangan Dimas yang mulai berkeliaran di sekujur tubuhnya.Sejenak Dimas dan Dinda saling beradu pandang dengan jarak yang begitu dekat.Wajah keduanya hanya berjarak beberapa sentimeter saja.Bahkan keduanya seakan saling bertukar napas yang sama-sama menggebu.Tapi sesaat kemudian Dimas pun perlahan semakin mendekati bibir Dinda perlahan mulai melumatnya.Tapi Dinda pun menjauhkan dirinya.Namun, Dimas kembali menarik tengkuknya seakan tidak ingin menjauh.Saat itu tidak lagi ada penolakan yang seperti awalnya.Lebih baik menikmati sentuhan lembut Dimas yang mampu membuatnya merasa menemukan sebuah kebahagiaan yang tiada tara.Hingga sampai pada puncaknya terlihat napas keduanya mulai ngos-ngosan karena olah raga panas yang mereka lakukan.Namun, sepertinya Dimas tidak bisa untuk berhenti begitu saja.Sadarkan Dimas mulai candu akan Dinda?Bahkan tidak ada rasa bosan untuk mengulangi lagi dan lagi.Bahkan kini pun Dimas kembali melumat bibir Dinda.Sedangkan D
Read more

Bab 90

"Dinda," Dimas pun berusaha untuk membangunkan Dinda.Pagi ini tampaknya tidak sama seperti pagi-pagi sebelumnya.Karena, matahari sudah bersinar terang pun tidak membuat Dinda terusik dari tidurnya.Bayangkan saja bagaimana tidak seperti ini?Karena Dimas malah membuatnya tidak tidur semalaman.Janji Dimas yang mengatakan memberi waktu untuk beristirahat tidak sama dengan kenyataannya.Gilanya malah Dinda yang diminta untuk tidur tapi Dimas terus saja melakukan hal yang dia sukai.Bagaimana mungkin Dinda bisa tertidur pulas seperti yang dikatakan oleh Dimas?Hingga saat pagi menjelma pun tidak mengusik tidur Dinda.Karena Dinda baru tidur 2 jam yang lalu.Sedangkan tubuhnya seperti tidak memiliki kekuatan untuk sekedar duduk saja.Dan saat ini Dimas sedang berusaha untuk membangunkan Dinda dari tidurnya."Dinda," panggil Dimas lagi sambil menepuk wajah Dinda."Em," jawab Dinda tanpa membuka matanya sama sekali."Sudah siang, kita harus ke kantor," kata Dimas mengingatkan."Mas, Dinda
Read more

Bab 91

"Mas, kok ngeliatin Dinda begitu? Risih tau, Mas," kata Dinda yang menyadari tatapan mata Dimas begitu aneh.Saat itu Dinda langsung saja menuju almari pakaian.Melewati Dimas dengan lilitan handuk di tubuhnya.Sedangkan Dimas masih saja melihat Dinda dengan perasaan yang menggebu tanpa bisa dijelaskan oleh akal sehat."Sulit sekali menikah dengan duda lapuk, ini jadinya. Remuk semua badan, nggak ada bosan apa," gerutu Dinda.Dimas yang mendengar ocehan Dinda menahan tawa.Rasanya sangat aneh untuk didengar oleh telinga.Tapi sepertinya Dinda memang sangat kesal padanya."Makanannya mana?" Dinda yang sudah dengan pakaian santainya kembali menghampiri Dimas.Apakah mungkin belum juga di pesan?Ah, kacau sekali duda lapuk ini!Ting tong!Terdengar suara bell."Itu sudah datang," Dimas pun segera menuju pintu untuk mengambil makanan pesanan nya."Kirain belum dipesan," kata Dinda sambil cengar-cengir karena sempat berpikir bahwa Dimas belum memesan makanan.Sedangkan perutnya sudah san
Read more

Bab 92

Dua hari kemudian.Dinda sangat kesal pada Dimas.Selama dua hari berlalu dirinya hanya dikurung di dalam rumah.Tidak ada yang bisa dia lakukan selain harus berada di dalam kamar bersama dengan Dimas.Bahkan Dinda merasa tubuhnya seperti tidak ada lagi yang tidak sakit.Semua tulangnya bagaikan dipatahkan secara langsung.Dan ini karena Dimas.Gila!Tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan dikurung seperti ini."Dinda, kamu marah?" tanya Dimas karena Dinda tidak mau berbicara padanya.Bahkan Dinda tidak perduli saat barusan Dimas memeluknya.Bibir wanita itu tampak mengerucut dan tak ingin melihat wajah Dimas sama sekali.Berulangkali berusaha untuk berbicara pada Dinda.Namun, Dinda lebih memilih untuk tidak bersuara.Karena, percuma saja nyatanya Dimas tetap melakukan hal yang ia inginkan tanpa perduli pada keadaan Dinda.Lelah.Letih.Bosan.Itulah yang dirasakan oleh Dinda."Dinda," panggil Dimas lagi karena Dinda masih saja diam.Dan saat itu Dinda pun mulai melihat wajah Dimas
Read more
PREV
1
...
7891011
...
27
DMCA.com Protection Status