Home / CEO / Istri Tangguh Tuan Angkuh / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Istri Tangguh Tuan Angkuh : Chapter 101 - Chapter 110

265 Chapters

Bab 103

Beberapa saat kemudian.*****Dinda masih tertidur pulas dan Dimas masih memeluknya begitu erat.Ada rasa penyesalan yang mendalam melihat wajah Dinda saat ini.Dimas juga tidak ingin Dinda pergi dari hidupnya dan untuk Ferdi adalah mantan kekasihnya maka itu adalah bagian dari masa lalunya.Semua orang memang memiliki masa lalu.Asalkan sekarang ini Dinda sudah sepenuhnya menjadi istrinya.Tidak ingin lagi membahasnya karena hanya menimbulkan ketegangan yang besar.Bahkan Dimas sendiri tidak menyangka jika Dinda bisa sampai menangis sejadi-jadinya.Tanpa ada perlawanan yang berarti sama seperti sebelumnya.Seperti memukul ataupun menamparnya.Hingga saat Dimas terus menatap wajah Dinda kini mata sembab wanita itupun perlahan terbuka.Keduanya sama-sama saling menatap dan mata Dinda tampak sembab."Maaf," kata itulah yang keluar dari mulut Dimas setelah melihat mata Dinda terbuka.Sedetik kemudian Dimas pun mencium masing-masing mata Dinda.Berharap tidak ada lagi air mata yang menete
Read more

Bab 104

Dinda terkejut saat melihat bahwa kini Dimas membawanya pulang ke rumah keluarga Hermawan.Karena selama ini mereka tinggal di apartemen.Membuat Dinda bingung dan bertanya-tanya apakah maksud Dimas saat ini."Mas, kok ke sini?" tanya Dinda.Apakah Dimas lupa jika mereka tinggal di apartemen?Dimas pun melepaskan sabuk pengaman Dinda.Sedangkan Dinda masih menunggu jawaban dari Dimas."Kita pulang ke rumah saja, apapun alasannya kamu adalah istri Mas.Apapun alasannya Moza harus bisa menerima kamu sebagai istri Mas," terang Dimas.Huuuufff.Dinda pun hanya bisa menarik napas panjang lalu menghembuskan dengan kasar.Otaknya tak mampu lagi untuk berpikir lebih jauh dari apa yang terjadi pada dirinya.Lagi pula Dinda pun tak memiliki kendali untuk dirinya sendiri.Sehingga menurut adalah keputusan tepatnya."Mau sampai kapan kamu terus mengalah?" tanya Dimas yang tahu bahwa sebenarnya Dinda belum ingin kembali ke rumah.Sudah pasti alasannya karena Moza.Namun, Dinda hanya menggelengkan
Read more

Bab 105

"Pulang ke hati Mas aja gimana?" seloroh Dimas.Dinda pun tercengang mendengar jawaban Dimas tentunya.Dimas demikian karena merasa kasihan pada Dinda.Namun, apapun yang terjadi kedepannya Dimas ingin Dinda dan Moza bisa berdamai.Dimas merasa bersalah jika tak mampu membuat keduanya bisa layaknya keluarga.Jika terus tinggal terpisah maka masalah akan terus berlarut-larut.Sedangkan yang menjadi korban adalah Dinda karena harus mengalah sebab rasa bersalah yang tak kunjung usai.Tidak menyalahkan Moza, karena sejak awal keinginan Moza adalah keluarga yang utuh.Tidak pula menyalahkan Dinda.Karena, Dinda pun dipaksa untuk menikah dengan dirinya."Kok jadi aneh sih?" tanya Dinda."Bukan aneh, Mas serius," jawab Dimas."Aneh!""Hehe," Dimas pun terkekeh melihat wajah kesal Dinda."Dinda, ganti baju tidur dulu," Dinda pun segera menuju almari untuk mengganti pakaiannya.Begitu juga dengan Dimas yang kini ikut berganti pakaian dengan pakaian santainya.Tidur pun Dimas memeluk Dinda.***
Read more

Bab 106

Dinda yang masih berdiri di tempatnya kini melihat Laras yang kembali duduk di kursi meja makan.Melanjutkan sarapan pagi yang belum selesai.Sedangkan Dimas masih berada di teras."Bu, apakah saya harus tetap berada di tengah keluarga ini? Keluarga Ibu hancur karena saya, apakah Ibu tidak kasihan pada Moza?" tanya Dinda memberanikan diri."Kenapa? Apakah kamu berani pergi dari rumah ini tanpa ijin saya?!" tanya Laras dengan nada suara yang tegas.Bahkan menatap Dinda dengan tatapan matanya yang tajam.Dinda pun menggelengkan kepalanya dengan cepat."Bu, saya tidak tahu kenapa saya dipilih untuk menjadi istri dari, Mas Dimas.Namun, saya merasa bersalah atas kehadiran saya yang membuat keluarga Ibu hancur, kasihan Moza Bu," kata Dinda.Dinda berharap Laras bisa mengijinkan dirinya untuk segera bercerai dari Dimas.Karena dengan demikian bisa membuat Moza bahagia.Terutama Dimas yang bisa kembali pada Megan sesuai dengan keinginan Moza.Namun, Laras hanya tersenyum mendengar ucapan Di
Read more

Bab 107

"Dinda, bangun," Kiara pun lagi-lagi harus membangunkan Dinda dari tidurnya.Dinda yang sangat mengantuk merasa kesal karena Kiara."Apaan sih!" kesal Dinda."Kok apaan sih? Dari tadi kamu tidur terus, mending kamu pulang sana!" omel Kiara."Iya, kamu benar," jawab Dinda dengan cepat.Sedangkan Kiara yang melongo dengan sikap Dinda.Dirinya bermaksud mengingatkan bukan malah memberikan solusi untuk pulang saja.Tapi anehnya Dinda malah menyetujuinya."Ya ampun, Dinda maksudnya nggak gitu!" "Tapi kamu benar, aku pulang aja. Ngantuk banget, pengen tiduran aja di rumah," jelas Dinda.Kemudian Dinda pun segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya.Mengirimkan pesan pada Dimas sebab sebelumnya mengingatkan untuk tidak pulang sendirian.[Mas jemput Dinda ya] Dinda.Dinda menunggu pesan balasan tapi tidak juga ada.Kemudian Dinda pun kembali mengirimkan pesan.[Mas lagi sibuk apa gimana?] Dinda.Beberapa menit kemudian Dinda pun memilih untuk pulang tanpa dijemput Dimas."Dinda, kamu mau k
Read more

Bab 108

Sejak tadi Dinda hanya diam sambil melihat Dimas yang sibuk dengan pekerjaannya.Lama-lama Dinda juga bosan menunggu.Bahkan Dinda sampai tidur di sofa kemudian terbangun dan kini dia sudah tidak lagi merasa mengantuk.Tetapi ada satu hal yang diinginkan oleh Dinda.Aroma tubuh Dimas yang membuat merasa nyaman.Dinda sendiri bingung mengapa bisa dirinya menjadi seperti ini.Lagi pula hari ini Dimas begitu sibuk dengan pekerjaannya tidak seperti biasanya yang lebih banyak memeluk Dinda saja.Membuat wanita itu merasa tidak dihiraukan oleh Dimas.Tetapi tidak mungkin juga Dinda mengatakan bahwa dirinya saat ini hanya ingin dipeluk.Hingga Dimas pun melihat ke arah Dinda yang ternyata tengah melihat dirinya juga.Sejenak Dimas pun menepikan pekerjaannya dan berjalan ke arah Dinda yang duduk di sofa.Kemudian duduk di samping Dinda.Saat itu Dinda langsung saja bersandar pada dada bidang Dimas dan rasanya sangat nyaman.Dimas bingung dengan sikap Dinda karena tidak biasanya seperti ini.T
Read more

Bab 109

Gilang pun mengambil tisu untuk mengelap keringat dingin mulai membasahinya.Berulangkali berusaha untuk mengeringkan wajahnya dengan tisu karena keringat dingin.Tetapi berulang kali pula keringat itu turun."Mas," rintih Dinda.Glek.Gilang pun lagi-lagi hanya bisa mendengar sambil meneguk saliva dengan pahit.Dia pun akhirnya duduk di lantai sambil menutup telinganya agar tidak mendengar suara aneh itu lagi.****Dinda pun akhirnya tertidur pulas di sofa dengan pakaiannya yang acak-acakan dan Dimas yang membantu untuk merapikan pakaiannya.Setelah itu Dimas pun menyelimuti Dinda dengan jasnya.Dimas pun melihat Dinda yang benar-benar terlelap karena kelelahan bahkan wanita itu seperti sedang menggila barusan.Dimas sendiri bingung akan Dinda yang tidak sama seperti biasanya.Ini sangat diluar akal sehat Dimas.Biasanya Dinda tidak seperti ini.Sejenak Dimas pun menepikan pekerjaannya tentang keanehan Dinda.Segera Dimas pun kembali melanjutkan pekerjaannya meskipun sebenarnya dirin
Read more

Bab 110

"Mas, kita udah pulang?" Dinda pun melihat sekitarnya ternyata dirinya sudah berada di kamar.Dinda bahkan tidak mengingat kapan Dimas mengangkat tubuhnya.Kapan berada di dalam mobil hingga sudah sampai di rumah saat terbangun dari tidurnya."Sepertinya kamu sangat kelelahan," ujar Dimas.Dinda pun mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Dimas."Dinda mandi dulu," Dinda pun segera pergi menuju kamar mandi karena dirinya belum juga membersihkan tubuhnya.Mungkin juga setelah itu dia pun bisa merasa lebih segar.Sedangkan Dimas duduk di sofa dengan tubuh yang lebih segar karena sebelumnya sudah mandi.Dimas pun mencoba untuk menghubungi Moza.Setelah kejadian pagi tadi Dimas merasa bersalah.Tidak pernah selama ini Dimas melayangkan tangannya pada Moza.Hingga pagi tadi benar-benar terjadi.Entah mengapa bisa dirinya menjadi seperti itu dan terlalu shock mendengar ucapan Moza yang cukup kasar belum pernah dia dengar sebelumnya."Kemana anak ini?" Dimas pun bertanya-tanya mengapa
Read more

Bab 111

Dimas pun meletakkan ponselnya pada meja.Kemudian dia pun melihat ke arah pintu kamar mandi dan ternyata Dinda berdiri di sana melihat ke arahnya juga."Maaf ya, Mas. Gara-gara Dinda semuanya berantakan," kata Dinda dengan perasaan tidak enak hati.Dinda mendengar saat Dimas dan Megan berbicara.Meskipun tidak mendengar suara Megan tapi jelas Dimas cukup marah saat berbicara.Dan Dinda sadar itu semua karena dirinya."Kamu mau mancing Mas?" tanya Dimas tanpa ingin membahas tentang Moza.Karena kasihan pada Dinda yang terus saja merasa bersalah.Padahal Dimas hanya ingin mengakhiri konflik diantara mereka berdua.Dimas benar-benar ingin keduanya bisa berdamai."Kon mancing sih?" tanya Dinda bingung."Kan kamu cuman pakai handuk," jawab Dimas."Ish, apa hubungannya! Lagian selama ini juga Dinda begini!" balas Dinda tidak mau kalah."Benarkah?" tanya Dimas berpura-pura tidak tahu."Dasar aneh!" gerutu Dinda sambil berjalan menuju almari.Tak disangka ternyata Dimas pun menyusul."Tapi,
Read more

Bab 112

Sesampainya di rumah Dinda langsung saja melemparkan tubuhnya pada ranjang.Dimas yang melihat tentunya bingung karena Dinda bahkan belum berganti pakaian sama sekali."Kamu nggak bersih-bersih dulu?" tanya Dimas."Dinda udah ngantuk banget, Mas," jawab Dinda."Ngantuk? Kamu seharian tidur terus, masih juga mengantuk?" tanya Dimas yang benar-benar kebingungan dengan Dinda."Nggak tahu, bawaannya cape dan ngantuk terus," balas Dinda lagi.Sesaat kemudian Dinda pun segera menarik selimut dan dalam hitungan detik saja sudah terlelap dalam tidur."Apa dia sakit?" Dimas pun bertanya-tanya mengapa bisa Dinda seperti ini.Hingga setengah membersikan dirinya dan berganti pakaian santai Dimas pun segera berbaring di samping Dinda.Saat itu Dinda langsung saja memeluk Dimas bahkan sampai tidak ingin menjauh sama sekali.Saat malam harinya Dinda pun terbangun dari tidurnya dan ikut membangunkan Dimas."Mas.""Em?" jawab Dimas yang masih sangat mengantuk."Makan yuk, lapar banget," kata Dinda."E
Read more
PREV
1
...
910111213
...
27
DMCA.com Protection Status