Home / CEO / Istri Tangguh Tuan Angkuh / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Istri Tangguh Tuan Angkuh : Chapter 211 - Chapter 220

265 Chapters

Bab 212

"Kak, mampir di supermarket di depan situ ya," Moza pun menunjuk ke depan sana.Hilman pun menurut dan segera menepikan mobil seperti yang diinginkan oleh Moza.Sesaat kemudian Moza pun turun dan Hilman juga mulai mengikuti.Moza mencari stroller untuk beberapa beberapa barang yang akan dia beli."Sini, Kakak yang dorong," Hilman pun segera mengambil alih.Dan Moza mulai memilih beberapa camilan yang menurutnya sangat enak."Kakak, nggak beli apa-apa?" tanya Moza karena Hilman hanya mengikuti dirinya saja."Nggak, Kakak nggak bawa duit," jawab Hilman.Hilman sedang menahan tawa karena menantikan jawaban konyol Moza selanjutnya.Sedangkan dompetnya tentunya selalu dia bawa pada saku celananya.Sedikit berbohong saja."Ya udah nggak papa belanja aja, kan Moza masih punya utang.""Jadi, Moza bayar aja," terang Moza.Benar sekali tebakan Hilman sebelumnya.Jawaban Moza yang konyol itu tampaknya akan terus melekat pada Moza."Nggak usah, antar aja," tolak Hilman.Moza pun mengangguk dan tak
Read more

Bab 213

"Kak Hilman!" pekik Moza yang semakin menjadi-jadi.Tangan pria itu seakan membuatnya risih karena berkeliaran dengan sesukanya.Sedangkan untuk membebaskan diri pun telah dilakukan oleh Moza berulangkali.Sayangnya dia terlalu kesulitan untuk bisa terbebas."Baik lah, buatkan kopi," perintah Hilman.Saat itu Hilman pun mulai melepaskan Moza.Tentunya Moza lebih setuju dengan keinginan Hilman dari pada terus mendapatkan kekesalan.Tapi saat itu Hilman pun mulai mengingat sesuatu.Seketika matanya pun membulat dan melihat Moza yang sudah mendekati pintu.Ah, Hilman sempat lupa jika kopi buatan Moza rasanya aneh.Bagaimana bisa dia meminta Moza kembali membuat kopi untuknya."Moza, tunggu!" Hilman pun segera mendekati Moza.Langkah kaki Moza terhenti berubah menatap Hilman dengan penuh tanya."Apa lagi?" tanya Moza dengan kesal."Kakak mendadak nggak pengen kopi," ujar Hilman.Tentunya Moza menatap Hilman dengan perasaan bingung."Kakak, gimana sih? Tadi minta dibuatkan, sekarang?" Moza
Read more

Bab 214

Tidak ada yang serius, hanya butuh observasi dan kini Moza sudah boleh dibawa pulang.Saat itu Hilman pun sampai dan melihat Moza yang sedang dibantu oleh Dimas untuk turun dari ranjang rumah sakit tersebut."Kak Hilman, kok ke sini?" tanya Moza tiba-tiba.Karena sebelumnya Hilman mengatakan bahwa dirinya tidak pulang karena bersama dengan Rena."Kok pertanyaannya begitu?" tanya Dinda kembali.Pertanyaan Moza sangat membingungkan semua orang.Moza pun bingung harus menjawab apa karena tak mungkin mengatakan bahwa Hilman memiliki dua orang istri.Akhirnya Moza pun hanya menggeleng pelan."Mas, kita balik duluan yuk. Ada Hilman," kata Dinda.Dimas pun mengangguk dan mengurungkan niatnya untuk membantu Moza.Karena ada Hilman.Hingga kini benar-benar hanya ada keduanya saja."Kamu kenapa?" tanya Hilman yang kini semakin berjalan mendekati Moza."Tiba-tiba aja perut Moza sakit," jawab Moza."Kita pulang?""Iya. Tapi, Kakak kok ke sini? Moza nyusahin lagi ya?" tanya Moza dengan perasaan ti
Read more

Bab 215

"Diam lagi, apa lagi yang kamu pikirkan?" tanya Hilman.Moza masih diam dengan kebingungannya karena menyadari jika dirinya ternyata tidak mampu untuk berbagi suami."Jangan dipendam sendiri, Kakak tidak suka seperti ini. Bicara," desak Hilman.Masih menunggu jawaban Moza dengan serius.Tetapi, tiba-tiba Moza malah menangis karena bingung harus menjawab apa."Kenapa menangis lagi?" Hilman pun panik karena sepertinya perasaan wanita hamil itu tengah kacau.Hingga tak bisa mengendalikan dirinya sendiri."Kak Hilman, maunya apa sih?!" pekik Moza disela-sela tangisnya."Kenapa jadi marah sama Kakak?""Ish, udah sana pergi aja. Nikah beneran sama Kak Rena!" pekik Moza."Kamu serius?""Em!" Moza pun segera membaringkan tubuhnya dengan memunggungi Hilman.Tapi hati kecilmu bertanya-tanya apakah Hilman akan pergi dan benar menikah lagi dengan kekasihnya itu?Moza mendengar suara langkah kaki yang berjalan ke arah pintu.Hingga suara pintu yang terbuka dan saat itu Moza pun cepat-cepat mendudu
Read more

Bab 216

Moza pun merasa kelelahan karena pergulatan panas mereka berdua.Tenggorokannya terasa kering dan ingin minum."Kak, tolong ambilkan mineral itu," pinta Moza sambil menunjuk arah meja nakas di dekat Hilman.Karena Moza sudah tak mampu untuk menggapainya sendiri.Tanpa bertanya lagi Hilman pun segera mengambilnya dan memberikan pada Moza.Benar saja langsung diteguk hingga tandas.Sesaat kemudian Moza pun merasa lebih baik hingga tanpa sengaja melihat wajah Hilman.Hilman tampak menahan senyum melihat dirinya."Kamu abis ngapain? Kok kayaknya capek banget?" goda Hilman.HwuusssWajah Moza pun memerah mendengar pertanyaan Hilman.Membuatnya pun segera kembali membaringkan tubuhnya tanpa perduli pada pertanyaan konyol Hilman."Abis maraton ya?" tanya Hilman lagi.Moza pun membuka matanya dengan refleks.Ternyata Hilman tersenyum sambil melihat dirinya.Moza semakin tidak kuat menahan rasa malunya.Saat itu Hilman pun segera kembali berbaring tapi Moza cepat-cepat mengubah posisi agar mem
Read more

Bab 217

Di tempat lain.Kiara duduk diam di kamar orang tuanya dengan perasaan sedih.Sejak pulang dari kampus Kiara memilih untuk tidak kembali ke rumah Chandra.Meskipun apartemen milik pria itu jauh lebih mewah dari pada rumah sederhana tempatnya dibesarkan.Namun, jika diberikan pilihan Kiara jauh lebih memilih untuk tinggal bersama ketua orang tuanya di rumah itu.Tapi, saat ini kedua orang tuanya sedang berada di luar negeri.Sebenarnya Kiara tidak yakin, tetapi juga tidak bisa untuk memastikan apakah benar atau tidak.Sebab, untuk berkomunikasi dengan orang tuanya tidak bisa."Kita pulang ya."Terdengar suara seseorang yang kini berdiri di ambang pintu yang terbuka lebar.Ternyata Chandra yang berdiri di sana dan entah sudah sejak kapan.Mungkin jika tidak bersuara sampai detik ini pun Kiara tak akan pernah sadar akan kehadirannya.Namun, Kiara tampak tidak bersemangat sama sekali untuk ajakan Chandra."Rumah ku di sini!" jawab Kiara dengan malas.Kiara berharap dengan menjawab dengan
Read more

Bab 218

Tok tok tok.Huuuufff.Kiara pun menarik napas panjang dan menghembuskan dengan kasar.Baru saja dirinya masuk dan menutup pintu kini kembali ada yang mengetuk.Siapakah itu?Pasti Chandra!Jadi, tidak perlu repot-repot untuk membukanya karena itu sangat membuang-buang waktu.Lagi pula bukankah Kiara sudah mengusirnya?Kenapa masih kembali lagi?Tok tok tok!Lagi-lagi terdengar suara ketukan pintu padahal Kiara berharap Chandra segera pergi.Tok tok tok!Lagi dan lagi.Kiara pun akhirnya kembali membuka pintu dengan perasaan kesal bukan main."Mau apa lagi dia? Belum cukup undah diusir? Mau diusir lagi?" gerutu Kiara.Perlahan Kiara pun mulai membuka pintu, tapi apa yang dia lihat ternyata bukan orang yang dia pikirkan.Karena, ternyata bukan Chandra.Tapi seorang pria yang tak lain adalah pemilik dari rumah kontrakannya."Pak Amir," sapa Kiara."Saya datang ke sini untuk menagih uang kontrakan, sudah 6 bulan kalian menunggak," terang pria paruh baya itu.Kiara pun mengusap wajahnya d
Read more

Bab 219

Chandra yang mendengar suara ponselnya berdering pun tampak tidak bersemangat untuk menjawabnya.Tapi tetap saja tangannya mengambil ponselnya yang sebelumnya dia letakkan asal.Tanpa melihat nama Chandra pun menjawab dan mendengar suara Kiara dari seberang sana.Suaranya tampak bergetar dan ada juga suara lainnya yang terdengar.Tampaknya ada perdebatan membuat Chandra pun penasaran."Kiara, kamu kenapa?" tanya Chandra sedikit panik.Namun, tidak ada jawaban sama sekali.Hingga Chandra pun mendengar suara pecahan.Karena, rasa penasaran Chandra pun memutuskan untuk kembali ke rumah Kiara.Melihat ada sebuah sepeda motor yang terparkir di sana.Pintu yang tertutup rapat.Seketika itu Chandra pun segera mengetuk pintu rumah."Kiara," panggil Chandra.Tapi tak ada sambutan suara, saat memutar gagang pintu tapi tidak juga pintu bisa terbuka karena terkunci rapat.Tok tok tok!Chandra pun kembali mencoba untuk membuka pintu.***Kiara yang gemetaran saat melihat pemilik kontrakan terkapar
Read more

Bab 220

"Dia masih hidup, sekarang sudah sadarkan diri," terang Chandra.Agar Kiara tidak terus merasa takut akibat pikiran sendiri.Kiara pun mendongkak menatap wajah Chandra.Tampaknya Kiara ragu dengan ucapan Chandra karena terlalu was-was akan apa yang terjadi."Kamu bohongkan?" tanya Kiara penuh selidik."Aku serius, apa untungnya berbohong?" "Mana aku tahu, kamu sangat suka berbohong demi keuntungan mu!" pekik Kiara.Chandra pun mengangguk lemah kemudian memilih untuk segera pergi.Merasa apa yang dikatakan oleh Kiara memang benar adanya.Tidak pula menyalahkan Kiara.Meskipun untuk kali ini ada rasa kecewa mendengar ucapan Kiara.Karena, Chandra menolong dengan sangat tulus.Tapi Kiara yang kini menatap punggung Chandra.Sejenak berpikir dengan kata yang baru saja dia ucapkan.Kiara baru menyadari bahwa ucapannya barusan sangat tajam dan melukai hati Chandra.Membuat Kiara merasa bersalah."Om Chandra, tunggu dulu," seru Kiara dengan cepat.Menurutnya hanya Chandra yang bisa menolongn
Read more

Bab 221

"Kalau pun kamu tidak makan dan hanya menangis sepanjang hari masalah tidak akan selesai," ujar Chandra.Kiara pun menatap wajah Chandra dengan mata yang berkaca-kaca."Om, makan aja. Kiara nggak papa kok," jawab Kiara sambil mengusap wajahnya yang lagi-lagi basah karena tetesan air matanya.Kemudian Chandra pun meraih tangan Kiara untuk ikut dengannya kembali ke meja makan."Ayo makan, jangan banyak membantah."Akhirnya Kiara pun menurut dan kembali duduk di kursinya.Namun, tidak nafsu makan.Meskipun makanan yang tersaji di atas meja tampak sangat lezat."Kiara, ayolah makan dengan benar. Atau, aku tidak akan perduli lagi pada mu, selesaikan masalah mu sendiri!" gertak Chandra.Kiara pun mengangguk kemudian segera menyendok makanannya karena takut pada ucapan Chandra.Bagaimana caranya bisa menyelesaikan masalahnya sendiri?Memaksakan diri untuk mengunyah makanannya yang sebenarnya tidak ingin dia lakukan."Jangan takut, ada aku!" tegas Chandra meyakinkan Kiara lagi.Akhirnya Kiara
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
27
DMCA.com Protection Status