Home / CEO / Istri Tangguh Tuan Angkuh / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Istri Tangguh Tuan Angkuh : Chapter 191 - Chapter 200

265 Chapters

Bab 192

Akhirnya kini terdengar suara tangisan bayi yang begitu mengharukan.Semua anggota keluarga menangis haru mendengarnya.Bibir tersenyum menyaksikan dua bayi laki-laki yang begitu tampan telah hadir pelengkap kebahagiaan yang dinantikan selama ini."Terima kasih," lirih Dimas.Rasa terima kasih tak dapat dia ucapkan hanya dengan kata-kata.Namun, rasanya tak ada harta benda yang dapat menggantikan pengorbanan seorang istri untuk membuatnya menjadi seorang ayah.Menyempurnakan seorang lelaki untuk membuat dirinya menjadi terkesan lebih berarti.Ini sungguh luar biasa.Dinda juga ikut tersenyum bahagia, rasa sakit yang mendalam saat berjuang untuk melahirkan bayi kembar nya kini terbayar sudah.Bahkan Dinda hampir lupa rasa sakitnya karena melihat dua bayi itu."Wajahnya tampan sekali, terima kasih sudah melahirkan cucu Ibu," Laras juga terharu melihat wajah cucunya.Kali ini benar-benar darah dagingnya karena anak dari Dimas.Dinda membalas dengan senyuman karena dia juga sangat bersyuk
Read more

Bab 193

"Hay," sapa Kiara.Kiara kembali lagi ke rumah sakit karena mengetahui bahwa Dinda telah melahirkan.Tentunya Kiara sangat tidak sabar untuk melihat secara langsung wajah menggemaskan bayi-bayi itu."Kiara," Dinda pun tersenyum melihat kehadiran sahabatnya itu."Selamat ya, Dinda. Akhirnya jadi emak-emak juga," celetuk Kiara."Iya, makasih ya," Kiara pun segera memeluk Dinda saat Dimas telah beranjak turun dari ranjang karena melihat Chandra yang di perban.Sepertinya ada hal yang cukup memprihatinkan hingga keadaan sahabatnya itu menjadi seperti ini."Kenapa?" tanya Dimas yang kini berdiri di sudut ruangan berdekatan dengan Chandra."Nggak papa, sedikit insiden yang menguntungkan," jelas Chandra dengan tawa kecil.Chandra mengingat bertapa konyolnya Kiara hingga tak di sangka kini ada kesempatan untuknya."Sepertinya wanita itu sangat penting untuk mu."Chandra pun tersenyum mendengar ucapan Dimas sambil melihat Kiara yang tengah bercerita banyak hal dengan Dinda."Kalau anak kamu se
Read more

Bab 194

Akhirnya Moza pun sudah bisa pulang ke rumah dengan perasaan lebih baik.Moza pun berbaring di atas ranjang karena masih harus beristirahat untuk bisa benar-benar pulih seperti semula.Hanya saja Moza masih sama seperti sebelumnya tidak akan pernah menghalangi hubungan antara Hilman dan Rena.Moza tahu diri serta tidak akan pernah meminta Hilman untuk terus bersamanya.Sebab, tidak baik memaksakan kehendaknya pada orang lain.Orang lain juga berhak bahagia dengan caranya sendiri.Tapi tiba-tiba saja Moza mendapatkan pesan dari nomor yang tidak dikenal.Segera tangannya pun mulai bergerak membuka pesan tersebut.[Moza, aku titip Mas Hilman ya. Aku tahu kamu adalah wanita baik-baik. Aku mohon cintai dia dan aku akan menghilangkan rasa cinta ku untuk nya,- Rena] Mata Moza pun membulat sempurna setelah membaca isi pesan yang dikirimkan oleh Rena padanya.Rasanya ini tidak benar membuat Moza pun segera mengetik pesan balasan.[Kak Rena, Moza nggak papa Kak Rena sama Kak Hilman menikah] Mo
Read more

Bab 195

Moza semakin merasa bingung dengan keadaan ini.Papinya yang mendadak diam namun, Dinda malah tertawa terbahak-bahak tanpa hentinya.Entahlah...."Moza ke luar dulu ya, kalian semua aneh," kata Moza kemudian segera melenggang pergi."Ahahahhaha," tawa Dinda semakin pecah saat melihat wajah Dimas lagi."Kau dan dia memang berbeda, anak itu masih polos dan kau sudah dewasa sebelum waktunya," ujar Dimas."Gimana lagi? Namanya nikah dengan duda," balas Dinda."Memangnya kenapa kalau duda?" Dimas penasaran dengan penjelasan Dinda."Otaknya mesum terus," Dinda pun menjawab diiringi dengan tawa yang menggelegar.Membuat Dimas pun memilih untuk diam karena sepertinya yang dikatakan oleh Dinda memang sangat benar."Mukanya masam bener?" tanya Dinda lagi."Gimana nggak masam? Dua bulan kedepannya libur panjang," terang Dimas dengan wajah kusutnya."Ahahahhaha," Dinda lagi-lagi tertawa karena ternyata Dimas memiliki beban tersendiri.Tapi suaminya itu sangat menjaga dirinya, bahkan menganjurkan
Read more

Bab 196

"Kok pengen makan yang manis-manis ya?" tanya Moza pada dirinya sendiri.Hilman yang mencari keberadaan Moza pun akhirnya menemukannya.Ternyata Moza sedang berada di kamar baby Haikal dan Haidar.Kedua bayi itu telah memiliki masing-masing baby sitter karena Dimas ingin sedikit meringankan beban Dinda yang harus mengurus dua bayi sekaligus.Belum lagi keadaan Dinda yang masih butuh istirahat untuk pemulihan.Ditambah lagi usia Dinda yang menurut Dimas masih terlalu muda untuk memiliki anak.Butuh waktu untuk membuat Dinda bisa beradaptasi dengan status barunya menjadi seorang Ibu.Dimas juga sering bertanya pada Vina tentang keadaan Ibu yang baru melahirkan.Salah satunya bisa terkena baby blues.Jadi Dimas benar-benar menjaga mental istrinya agar tidak rusak."Kak Hilman?" Moza pun segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Hilman yang berdiri di ambang pintu."Ternyata kamu di sini, kamu belum minum vitamin," kata Hilman."Oh, ya. Lupa," Moza pun berjalan menghampiri Hilman, "Kak
Read more

Bab 197

"Kak Hilman," Moza yang gemetaran saat Hilman memeluknya mulai menangis.Menangis karena takut."Kok nangis?" tanya Hilman dengan perasaan lucu.Bahkan Hilman menahan tawa melihat wajah takut Moza.Aneh rasanya karena bukankah hal seperti ini wajar untuk mereka yang sudah menikah.Bahkan ini adalah awal dari segalanya untuk bisa membuat mereka berdua benar-benar bisa saling mengenal lebih jauh.Hingga akhirnya tidak ada lagi yang membuat keduanya menjadi asing.Tapi lucunya Moza sampai menangis karena takut."Papi bisa marah lho, Kak.""Kita sudah menikah," jawab Hilman."Moza tanya Papi dulu kalau gitu."Hilman pun terkejut mendengar ucapan Moza."Tanya Papi?""Iya.""Gimana caranya?" Hilman tampak bingung hanya saja dia masih berada di atas tubuh Moza."Tanya dulu boleh nggak, gitu."Hilman terdiam sejenak sambil memikirkan ucapan Moza.Aneh tapi nyata.Bagaimana mungkin Moza berpikir untuk bertanya terlebih dahulu tentang hal itu pada Papinya?"Gini aja, kita coba dulu. Kalau enak
Read more

Bab 198

Tok tok tok...Moza masih terlalu mengantuk untuk bangun pagi.Janji yang hanya satu kali sepertinya tidak ditepati.Karena, kenyataannya Moza semalam penuh tidak tidur.Hingga akhirnya saat menjelang siang ada yang mengetuk pintu kamar sebab Moza belum sarapan pagi.Tentunya itu sangat tidak baik untuk kesehatan Moza yang sedang masa pemulihan setelah di rawat untuk beberapa hari di rumah sakit.Hingga akhirnya Miranda pun memutuskan untuk pergi menuju kamar Moza.Baginya Moza sudah menjadi bagian dari keluarga juga.Apa lagi Dinda bercerita tentang Moza yang dulunya adalah sahabatnya dan selalu saja menolongnya.Meskipun akhirnya terjadi perselisihan diantara mereka berdua karena Dinda yang menikah dengan Dimas.Sedangkan Hilman sudah seperti keluarga untuk Miranda, karena telah lama bekerja dan tinggal di rumahnya.Sehingga benar-benar tidak ada yang membuat Miranda merasa segan, begitu juga sebaliknya."Moza, ini Oma," panggil Oma Miranda sambil berulang kali mencoba untuk mengetu
Read more

Bab 199

Akhirnya Hilman pun segera menutup pintu kamar mandi.Sedangkan Moza kembali melanjutkan sarapannya yang sempat terhenti karena Hilman.Hingga bertepatan dengan sendokan terakhir Hilman pun ke luar dari kamar mandi.Pria itu hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya.Tapi Moza berpura-pura tidak melihatnya.Padahal jantungnya berdetak kencang karena mengingat apa yang telah terjadi pada mereka berdua semalaman penuh.Kali ini rasanya sangat berbeda dari sebelumnya mungkin karena Moza sadar dengan apa yang mereka lakukan."Kamu sudah selesai sarapan?" tanya Hilman."Udah," jawab Moza yang kini memilih untuk memainkan ponselnya.Sambil terus mengunyah makanannya.Namun, saat ini dia lakukan tidak ada yang jelas.Melihat sosial media hanya untuk mengalihkan tatapannya dari Hilman.Keinginan Moza saat ini Hilman segera menyingkir dari hadapannya.Karena, jika lebih lama Moza tak akan bisa menahan rasa gugupnya."Kak Hilman, nggak sarapan? Sarapan sama yang lain aja di bawah,"
Read more

Bab 200

Cepat-cepat Moza pun memakai pakaiannya.Sesaat kemudian segera menuju pintu berkeinginan untuk segera melarikan diri guna menghindari Hilman.Sayangnya saat baru akan memutar gagang pintu tiba-tiba suara Hilman membuat langkah kakinya terhenti."Kamu mau kemana? Buru-buru sekali.""Mau ke luar cari udara segar," jawab Moza.Segera tangannya pun bergerak memutar gagang pintu tapi Hilman kini sudah berdiri di sampingnya."Buatkan kopi," perintah Hilman."Kopi?" tanya Moza.Moza tidak tahu cara membuat kopi, dirinya sudah terbiasa hidup mewah sejak kecil.Jangankan untuk membuat kopi, untuk mengingat tali sepatunya saja tidak bisa."Iya, Kakak mau kamu yang membuatnya," terang Hilman."Moza nggak bisa bikin kopi, Kak," jawab Moza dengan jujur, "atau Moza minta bibi yang buatin, tapi Moza yang bawa ke sini?" tanya Moza memberikan ide.Untuk apa berbohong bukan?Jika bisa katakan bisa, jika tidak juga ya katakan sejujurnya."Kakak maunya buatan istri sendiri, memangnya istri Kakak siapa?"
Read more

Bab 201

Wah ini tidak benar.Barusan Hilman meneguk kopi dengan tambahan micin.Jika membiarkan Moza memasak makanan untuknya bisa jadi sayur campuran bubuk kopi.Hilman benar-benar bergidik ngeri.Resep aneh ala-ala Moza sangat mengerikan bahkan Hilman merasa menyesal telah meminta dibuatkan kopi."Kak Hilman, kayaknya mual banget. Apa Moza perlu buatkan kopi lagi?" tanya Moza dengan wajah polosnya."Nggak perlu," sahut Hilman dengan cepat.Sebelumnya saja sudah membuatnya harus muntah-muntah.Jangan sampai selajutnya Hilman masuk rumah sakit karena lambungnya yang sudah tak mampu menampung kopi buatan Moza."Ya sih, nggak baik juga buat kesehatan kalau minum kopi banyak," kata Moza.Hilman pun bernapas lega setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Moza."Ya udah, jadi Moza masak aja ya," tanya Moza."Masak?""Iya, buat, Kak Hilman," Moza tersenyum sambil menunjuk dua barus gigi rapinya."Untuk masak, apakah perdana juga?" tanya Hilman memastikan.Jika perdana artinya akan ada resep aneh.T
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
27
DMCA.com Protection Status