Beranda / CEO / Istri Tangguh Tuan Angkuh / Bab 181 - Bab 190

Semua Bab Istri Tangguh Tuan Angkuh : Bab 181 - Bab 190

265 Bab

Bab 182

Semalaman penuh Moza tidak bisa tidur karena memikirkan keadaannya saat ini.Belum lagi Hilman yang sepertinya tidak mudah untuk menikah dengan Rena.Padahal Moza sangat berharap sekali untuk pernikahan keduanya.Sehingga, dia bisa merasa lebih lega karena sudah pasti Hilman akan lebih memilih untuk bersama dengan Rena dari pada dengan dirinya.Selain itu Moza juga tidak merasa bersalah karena sudah menarik Hilman masuk kedalam kehidupannya dengan terpaksa.Dan entah seperti apa reaksi Hilman jika mengetahui tentang kehamilannya.Moza juga takut jika Dimas tahu.Moza sangat putus asa dengan keadaannya saat ini.Rasa takut dengan banyaknya kemungkinan sungguh sangat membebaninya.Moza pun mulai meraih ponselnya dan mencoba untuk menghubungi seseorang di sana.Hingga Moza pun dikejutkan dengan tangan Hilman yang memeluknya dari samping."Kamu terkejut?" tanya Hilman menyadari eskpresi Moza barusan.Moza pun tersenyum canggung sambil meletakkan ponselnya pada ranjang tepat di sampingnya.
Baca selengkapnya

Bab 183

"Moza," panggil Dinda saat hampir saja menginjakkan kakinya di lantai utama.Moza pun menoleh pada Dinda."Ya?""Kamu mau berangkat ke kampus?""Iya.""Barengan aku aja ya," Dinda pun memegang tangan Moza dan langsung saja menariknya.Moza pun hanya bisa mengangguk lemah sambil melihat wajah Hilman yang menatapnya bingung."Sama aku aja, takutnya nanti kalau sama Hilman kamu diturunin di jalan!" kata Dinda menyindir Hilman.Akhirnya Hilman hanya bisa diam setelah mendengar ucapan Dinda barusan.Hingga kini Dinda pun telah bersama Moza di dalam mobil dan Dimas yang mengemudikan mobil.Dimas menatap wajah Moza dari kaca spion mobil.Anaknya itu tampak tidak bersemangat dengan beban pikiran yang berat.Lihatlah tatapannya yang kosong menggambarkan ada sesuatu yang membebaninya."Kamu sakit?" tanya Dimas.Tapi Moza yang duduk di jok belakang hanya diam sambil melihat ke arah luar.Moza tidak menyadari jika Dimas bertanya padanya."Moza," panggil Dimas agar Moza mendengarnya."Ya, Pi?" Moz
Baca selengkapnya

Bab 184

"Moza nggak papa kalau, Kak Rena sama Kak Hilman nikah.Pernikahan kami cuma terpaksa, entah besok atau lusa kami pasti akan bercerai," jelas Moza.Hilman pun terkejut mendengar ucapan Moza yang sepertinya cukup membingungkan itu."Apa itu mungkin?" tanya Rena yang juga terkejut bercampur rasa penasaran."Moza sama, Kak Hilman sama-sama nggak saling suka. Apa lagi cinta.Kak Hilman, dipaksa nikahin Moza.Moza yakin sebentar lagi kami akan bercerai, hanya perlu menunggu waktu.Kak Rena, nggak usah khawatir lanjutkan saja pernikahan kalian," terang Moza.Rena cukup lama terdiam setelah mendengar penjelasan Moza.Akan tetapi perasaan bahagia tentu saja ada karena itu artinya Hilman tetap menjadi miliknya."Moza, kamu bicara apa?Ini tidak main-main, jangan mempermainkan orang lain!" terang Hilman yang tak mau memberikan sebuah harapan palsu pada orang lain."Kok main-main sih, Kak? Ini benar!" jawab Moza lagi.Hilman tak ingin terus berdebat apa lagi di tempat umum seperti ini.Menjadi t
Baca selengkapnya

Bab 185

Akhirnya Rena pun turun dari mobil setelah sampai di rumah.Sedangkan Moza dan Hilman pun akhirnya kembali menuju rumah.Dan Moza masih duduk di jok belakang meskipun sebenarnya jok yang bersebelahan dengan Hilman telah lorong.Namun, saat belum sampai di rumah Moza pun meminta Hilman untuk mengantarkan dirinya ke sebuah toko roti.Hilman tahu itu adalah toko roti langganan Rena.Tapi dia tidak banyak bertanya."Kak, Moza mau ketemu sama Nilam dulu. Kakak, pulang duluan aja," kata Moza.Hilman hanya diam sambil menatap Moza yang keluar dari mobil.Tapi Hilman bingung bagaimana caranya untuk bisa meninggalkan Moza sendirian di sana.Akhirnya Hilman juga ikut turun."Kok, Kak Hilman ikut turun?" tanya Moza yang masih berdiri tak jauh dari mobil Hilman."Kok kamu panik?" tanya Hilman lagi melihat ekspresi tak biasa Moza."Nggak papa, cuman Moza bingung aja," jelas Moza dengan suara bergetar tapi berusaha untuk tetap tenang agar Hilman tidak banyak bertanya lagi."Kakak, mau nungguin kamu
Baca selengkapnya

Bab 186

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Hilman pada Moza.Moza hanya diam saja sambil menahan rasa sakitnya dengan keringat dingin yang semakin membasahi tubuhnya.Rasa takut dan rasa sakit benar-benar bercampur menjadi satu."Kita pergi dari tempat kotor ini!" Hilman langsung menarik lengan Moza hingga dengan penuh emosi.Tapi saat itu tubuh Moza justru terjatuh dari atas ranjang.Hilman tidak tahu jika Moza tengah tidak baik-baik saja.Dia berpikir sakit yang dirasakan oleh Moza hanya sekedar dan tidak sesakit itu hingga rasanya seperti setelah mati.Dia tak tahu Moza sudah menelan ramuan herbal untuk mengakhiri janin di rahimnya."Sakit, Kak," rintih Moza dengan suara bergetar hebat begitu juga dengan tubuhnya.Mungkin karena pengaruh obat yang barusan dia telan mulai bereaksi terhadap tubuhnya dan rasanya sakit luar biasa seperti semua tulang dipatahkan dalam bersamaan."Ya ampun apa yang sudah terjadi sebenarnya," Hilman pun segera mengangkat tubuh Moza.Bahkan Hilman sendiri masi
Baca selengkapnya

Bab 186

"Mas, kita ke luar dulu. Ini urusan rumah tangga Moza dan Hilman," kata Dinda."Tapi ini masalah yang serius," tolak Dimas.Dia ingin sekali mendengar penjelasan Moza saat ini."Moza di jual sama Mami, abis itu Moza di beli sama Om-om tua.Sampai di sana Moza dipaksa minum sesuatu yang nggak tahu itu apa.Terus bangun pagi tiba-tiba udah di apartemen milik siapa? Nggak tahu.Dan, Moza udah kotor," jelas Moza dengan suara bergetar hebat seiring air matanya yang mengalir.Saat itu Dimas langsung saja menatap wajah Hilman dengan tajam.Hilman tahu arti tatapan mata Dimas saat ini apa."Kak Hilman nggak pernah ngapa-ngapain Moza, bahkan Moza yang selalu menghindar," tambah Moza lagi agar Dimas tidak salah paham akan Hilman.Bagaimana pun di mata Moza, Hilman tidak bersalah sama sekali."Moza, takut kalau Papi dan Kak Hilman tahu tentang kehamilan Moza.Makanya Moza mau aborsi, tapi sekarang Moza nyesel.Moza nggak papa kalau kalian semua benci.Moza emang salah," jelas Moza lagi dengan pe
Baca selengkapnya

Bab 188

Moza lagi-lagi terdiam hanyut dalam pikirannya yang penuh dengan tanya.Bahkan tadi Hilman mengatakan bahwa Megan ada di dalam penjara.Apakah itu benar?Moza tidak membenarkan apa yang telah dilakukan oleh Megan terhadap dirinya.Tetapi, Moza juga merasa kasihan.Namun, saat ini dan entah sampai kapan Moza masih terlalu trauma dengan kejadian itu.Hingga belum ada keberanian untuk menjenguk Megan.Sungguh apa yang dilakukan oleh Megan membuat masa depannya hancur berantakan.Hingga hampir saja dirinya menjadi seorang pembunuh.Bahkan membunuh anak sendiri, menjijikkan sekali!"Moza, kamu kenapa?" tanya Hilman yang melihat Moza tampak larut dalam pikirannya.Saat itu Moza pun menggeleng pelan sambil kembali melihat wajah Hilman."Nggak papa kok, Kak."Hilman pun mengangguk kemudian memijat pelipisnya, apa yang terjadi hari ini sungguh luar biasa membuatnya shock.Hingga saat itu ponsel Hilman pun bergetar ternyata Rena yang mengirimkan pesan.[Mas, undangan pernikahan kita udah bisa d
Baca selengkapnya

Bab 189

Jika awalnya Moza yang banyak murung kini tidak.Kini Hilman yang lebih banyak murung dengan pikirannya yang tidak baik-baik saja.Bahkan dia sendiri bingung harus bagaimana dalam bersikap.Entah bahagia atau tidak karena akan menjadi seorang ayah.Karena dirinya sendiri belum bisa melepaskan Rena dari hatinya."Kak Hilman, kenapa?" tanya Moza yang melihat wajah kusut Hilman sejak kembali ke rumah sakit.Hilman pun melihat wajah Moza."Kamu butuh sesuatu?" tanya Hilman kembali tanpa ingin menjawab pertanyaan Moza sebelumnya."Nggak, Kak. Kak Hilman, yang butuh sesuatu dari tadi kenapa murung terus?" tanya Moza lagi."Nggak papa," jawab Hilman."Kak Hilman, mikirin Kak Rena ya?" tebak Moza dengan suara pelan.Dia mencoba untuk berhati-hati dalam bertanya tak ingin Hilman marah padanya.Hilman pun diam tidak tahu harus mengatakan apa lagi pada Moza."Moza ngerti, tapi Moza nggak masalah kok kalau, Kak Hilman tetap nikahin Kak Rena.Justru Moza merasa bersalah atas semuanya.Moza juga si
Baca selengkapnya

Bab 190

Kiara pun segera membuka pintu mobil Chandra kemudian memaksa Nilam untuk duduk."Kiara, kok aku di depan?" tanya Nilam bingung."Kamu duduk di dalam, kalau di depan di sana," Kiara pun menunjuk bagian ban mobil."Maksudnya nggak gitu, maksud aku kok aku di sini?" Nilam pun kembali bertanya karena dia tidak mau duduk di samping Chandra.Itu menyeramkan."Karena, kamu kernet!" jelas Kiara."Kok kernet?" Nilam semakin bingung tapi pintu sudah terlanjur di tutup oleh Kiara.Saat Kiara berbalik badan ternyata Chandra berdiri di sana."Kamu mau duduk di pangku," tebak Chandra.Kiara pun tersentak mendengarnya dan langsung menggelengkan kepalanya menepis ucapan Chandra."Ayo," Chandra pun tersenyum sambil menarik tangan Kiara."Enggak!" tolak Kiara dengan panik.Tapi tangannya terus ditarik oleh Chandra."Aku nggak mau!" pekik Kiara.Sedangkan Nilam menatap dua orang itu dengan aneh.Bayangkan saja saat ini Kiara duduk di pangkuan Chandra yang akan mengemudikan mobilnya."Aku nggak mau!" se
Baca selengkapnya

Bab 191

Di tempat yang berbeda namun di waktu yang sama.Dimas dan Dinda masih duduk di depan ruangan dimana Moza di rawat.Namun, sepertinya Dinda merasa tidak nyaman pada perutnya."Kamu kenapa?" tanya Dimas melihat Dinda yang mulai berganti tempat duduk."Perut aku mules, Mas," jawab Dinda."Mules?" tanya Dimas."Hu'um, tapi kaki aku kesemutan," kata Dinda lagi."Kalau begitu biar Mas angkat saja.""Boleh deh, mules banget soalnya.""Mules banget?" wajah Dimas mulai panik setelah mendengar ucapan Dinda."Iya, tapi gimana? Jalannya sudah kaki Dinda kesemutan," Dinda pun melihat kakinya dan sejak perutnya semakin besar ini memang sangat sering terjadi jika terlalu lama duduk."Mas, telpon ambulan saja," cepat-cepat Dimas pun mengeluarkan ponselnya dari saku celananya."Mas, kita di rumah sakit! Ngapain telpon ambulan?!""Oh, iya," Dimas pun mulai menyadari dimana kini keduanya berada."Ada-ada saja!" kesal Dinda.Lagi pula untuk apa Dimas begitu panik Dinda sendiri ingin bertanya, sayangnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
27
DMCA.com Protection Status