Home / CEO / Istri Tangguh Tuan Angkuh / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Istri Tangguh Tuan Angkuh : Chapter 171 - Chapter 180

265 Chapters

Bab 172

"Makasih ya, Nilam udah nganterin aku pulang," kata Moza."Sama-sama," Nilam pun menarik gas dan mulai melajukan sepeda motornya untuk pulang.Sedangkan Moza mulai memasuki gerbang rumah dan ternyata Dimas berdiri di depan pintu utama."Papi," sapa Moza dengan senyuman.Layaknya seorang anak pada ayahnya seperti itu juga dengan Moza."Kamu darimana?" tanya Dimas dengan wajah dinginnya.Membuat Moza pun merasa ada yang membuat Dimas seperti ini.Mungkinkah dirinya melakukan kesalahan?Moza pun bertanya-tanya dalam kebingungannya.Apa lagi merasa dirinya tidak melakukan apa-apa yang membuat Dimas marah."Hilman di mana?" tanya Dimas lagi tanpa menunggu Moza menjawab pertanyaan sebelumnya.Moza semakin bingung harus menjawab seperti apa.Karena Moza sendiri tidak tahu pasti Hilman ada di mana.Apakah masih bersama dengan Rena atau tidak.Tapi sebelumnya Hilman mengatakan bahwa dirinya akan sibuk seharian."Kerja mungkin, Pi," jawab Moza asal.Sungguh Moza tidak tahu harus menjawab apa."
Read more

Bab 173

"Kita makan di luar yuk, sekalian beli ponsel," ajak Hilman."Beli ponsel?" tanya Moza."Kakak, kesulitan untuk menghubungi kamu," jelas Hilman.Moza pun terdiam sejenak sambil menimbang ajakan Hilman."Iya, tapi tunggu di sini sebentar ya, Kak. Moza akan segera kembali."Belum sempat menjawab tapi Moza sudah pergi terlebih dahulu.Membuat Hilman pun akhirnya diam dan menunggu Moza di dalam kamar sampai kembali.*****Tok tok tok."Apa, Mama ya, Mas?" tanya Dinda setelah mendengar suara ketukan pintu."Coba, buka dulu pintunya," kata Dimas."Sebentar ya, Mas."Dinda pun segera menuju pintu padahal dia sedang mengeringkan rambut Dimas setelah keduanya selesai mandi bersama.Ternyata setelah pintu di buka ada Moza yang berdiri di sana."Hay, Mami," sapa Moza sambil mengangkat tangannya.Dulu keduanya setiap bertemu pasti melakukan itu.Hanya saja tidak dengan panggilan --Mami seperti saat ini Moza lakukan."Ish, kamu apaan sih," kesal Dinda.Bayangkan saja Moza memanggilnya dengan sebut
Read more

Bab 174

"Itu Hilman kan, Ren?" tanya Fatma.Rena pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ibunya tersebut.Belum sempat Rena menjawab Fatma sudah terlebih dahulu menghampiri Hilman."Hilman," kata Farma.Saat itu Hilman yang tengah berbicara dengan Moza pun langsung menoleh."Ibu?" tampaknya Hilman cukup terkejut melihat siapa yang menyapanya.Rena pun hanya bisa melihat wajah Hilman dan Moza penuh kekesalan."Bu, kita pergi yuk," kata Rena.Farma punya riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan Rena takut kambuh lagi.Namun, Farma bingung saat melihat seorang wanita yang berada di samping Hilman."Dia?" tanya Rena."Dia adiknya Mas Hilman, Bu," jawab Rena.Rena pun menarik tangan Moza untuk menjauh dan berbisik."Ibu saya punya penyakit tekanan darah tinggi, kalau kambuh lagi gara-gara ini kau penyebabnya!" Setelah mengatakan itu Rena pun kembali berdiri di samping Ibunya."Saya, adiknya Kak Hilman, Bu, nama saya Moza," kata Moza."Sejak kapan Hilman punya adik?" tanya Fatma lagi yang semakin
Read more

Bab 175

Hilman mengusap wajahnya hingga beberapa kali karena merasa sangat bingung dengan sikap Moza."Kak Hilman, nikah aja sama Kak Rena. Moza nggak papa, serius," kata Moza lagi.Bukankah sebagian suami di luar sana menginginkan apa yang dikatakan oleh Moza?Tapi kenyataannya tidak demikian dengan Hilman.Memiliki dua wanita dalam hidup tidak akan pernah bisa membuat bahagia karena sudah pasti akan ada perselisihan nantinya.Lagi pula Hilman ingin hidup normal tanpa harus pusing karena beban."Cuman sementara aja, Kak. Nanti kalau sudah saatnya kita pasti bisa cerai.Dan, Kakak bisa hidup dengan Kak Rena aja berdua.Nggak ada Moza yang jadi penghalang," tambah Moza."Semakin lama ucapan kamu semakin ngawur, kita pulang saja!"Hilman pun memilih untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah dan akhirnya sampai juga.Begitu mobil memasuki pintu gerbang dan terparkir Moza pun segera turun."Oma, ngapain?" tanya Moza melihat Miranda yang duduk di teras rumah padahal hari sudah malam."Ini
Read more

Bab 176

Moza pun mulai memainkan ponsel barunya.Dia tampak sibuk dan tidak menyadari sejak tadi Hilman terus memperlihatkan dirinya.Tampaknya Hilman masih bingung dengan Moza yang tampak biasa saja saat bertemu dengan Rena.Gila nya Moza sendiri yang memintanya untuk tetap menikah dengan Rena.Hingga saat itu ponsel Hilman pun berdering dengan segera mengambil dari saku celananya.Tapi nama Rena yang tertulis di sana.Membuat Hilman bingung menjawab atau tidak."Kak Hilman, ponselnya bunyi terus kok nggak di jawab?Jawab dong," kata Moza sejenak beralih pada Hilman dan meletakkan ponselnya pada sofa."Rena," kata Hilman."Memangnya kenapa? Jawab dong, mana tau penting," kata Moza lagi.Akhirnya Hilman pun menerima panggilan dari Rena dengan perasaan ragu."Ngomong dong, diem aja," kata Moza melihat Hilman hanya menempelkan ponsel pada telinganya sambil melihat dirinya."Ya, Ren," jawab Hilman."Mas, sekarang kamu panggil nama ya? Kok, nggak panggil sayang?" tanya Rena dari seberang sana yan
Read more

Bab 177

"Kamu kenapa?" tanya Hilman sambil melihat Moza yang memijat kepalanya saat tengah duduk di meja rias.Awalnya Moza tampak sangat bersemangat menyambut pagi ini.Tetapi saat tengah menyisir rambutnya tiba-tiba dia memijat kepalanya."Kepala Moza agak berat aja, Kak. Tapi nggak papa kok," Moza pun kembali lanjut menyisir rambutnya.Sedangkan Hilman masih diam sambil melihat dirinya.Hingga terdengar suara ponsel Hilman tentunya yang menghubungi adalah Rena."Ya, Ren?" tanya Hilman."Aku nggak mau dipanggil nama, kamu biasanya manggil aku sayang," protes Rena dari seberang sana.Tampaknya wanita itu kesal karena merasa tidak nyaman dengan keadaan Hilman yang telah menikah dengan wanita lain."Kamu ko diem sih?!" kesal Rena dari seberang sana."Ya, sayang," kata Hilman memperbaiki panggilannya dengan ragu sambil melihat wajah Moza dari pantulan kaca.Tapi Moza tampak biasa saja terlihat hanya fokus pada apa yang dia lakukan.Tidak perduli pada Hilman yang tengah berbicara dengan kekasihn
Read more

Bab 178

"Dinda!" seru Kiara sambil berlari menghambur memeluk Dinda."Kia, apa kabar? Gimana kabar Ibu kamu?""Udah lebih baik," Kiara pun tersenyum tapi mendadak senyuman di bibirnya menghilang saat melihat Moza menghampiri mereka berdua."Dinda, ke kantin yuk," kata Moza.Dinda pun tersenyum sambil mengangguk pelan.Tetapi, Kiara yang malah memberikan tatapan sinis pada Moza."Rencana jahat apa lagi yang kamu siapkan sekarang?" tanya Kiara.Senyum di bibirnya Moza pun seketika menghilang mendengar pertanyaan Kiara."Kiara," Dinda pun menegur Kiara."Aku serius tau, Din. Pasti dia punya niat terselubung!" kata Kiara lagi.Moza pun menunduk sambil menahan air mata yang menetes.Membenarkan apa yang dikatakan oleh Kiara.Sekaligus mengingat kembali seperti apa jahatnya dirinya.Malu rasanya jika mengenang itu semua.Akhirnya dengan langkah kaki yang lemah Moza pun memilih untuk pergi."Kiara, kamu nggak boleh begitu.""Tapi dia penjahat!" balas Kiara lagi.Terus kalau dia udah jahat kamu juga
Read more

Bab 179

Beberapa jam kemudian."Kamu pulang bareng aku aja ya," kata Dinda pada Moza."Emang suami mu nggak papa?" celetuk Moza."Kamu suka ngeselin banget sih!" gerutu Dinda sambil memukul pelan lengan Moza."Hehe," Moza pun terkekeh geli karena saat ini Dinda adalah ibu sambungnya.Ting.Ponsel Moza pun berbunyi ternyata sebuah pesan singkat dari Hilman.[Kakak nunggu di gerbang kampus] Kak Hilman."Aku di jemput Kak Hilman, Din," kata Moza."Oh, bagus kalau gitu," kata Dinda sambil tersenyum."Woy, aku balik duluan ya. Apa lah aku yang nggak punya Ayang!" seru Kiara sambil mengemudikan motornya melewati Dinda dan Moza."Apaan sih," kesal Dinda.Sedangkan Moza tersenyum mendengar gurauan Kiara.Karena ucapan Kiara tidak seindah kenyataan yang dijalani oleh Moza.Tapi dia menutupi dengan senyuman.Brak!"Aaaaa!" pekik Kiara yang malah terjatuh dari sepeda motornya."Kiara!" seru Dinda dan Moza bersamaan.Padahal baru saja manusia itu berteriak sesukanya tapi sudah kecelakaan saja."Hati-hati
Read more

Bab 180

Tiba-tiba ada taxi yang berhenti di depan pintu gerbang.Moza pun perlahan turun hingga matanya melihat Dinda dan Hilman yang berdiri di teras."Moza? Kamu dari mana?" tanya Dinda yang melihat kemunculan Moza.Hilman juga ikut melihat arah yang dilihat oleh Dinda dan benar ada Moza di sana."Tadi aku ketiduran di halte pas nunggu taxi," jawab Moza."Bukannya kamu pulang sama Hilman?" tanya Dinda merasa bingung.Moza pun melihat wajah Hilman dan merasa bingung harus menjelaskan apa.Sepertinya Moza lupa jika seharusnya tidak perlu mengatakan itu.Tentunya Dinda akan berpikir buruk terhadap Hilman.Padahal dirinya sudah sangat menyusahkan Hilman yang kini harus menjadi suaminya karena terpaksa."Hilman, tadi kamu jemput Moza nggak?" tanya Dinda pada Hilman."Iya.""Terus kok kalian bisa pulangnya nggak barengan?" tanya Dinda lagi."Tadi Kak Hilman ada urusan mendadak, aku bilang buat nurunin aku di jalan.Aku bisa naik taxi, terus aku malah ketiduran," jelas Moza."Besok-besok kalau kam
Read more

Bab 181

Saat Moza turun dari mobil Hilman, dia pun berdiri di depan halte.Saat itu kepalanya terasa pusing dengan penglihatan yang mulai gelap.Moza pun segera duduk namun saat itu tiba-tiba dia kehilangan kesadarannya.Hingga akhirnya dia sadar tapi sudah berada di puskesmas terdekat.Dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa dirinya dilarikan ke sana oleh beberapa orang yang melihatnya terjatuh pingsan.Dan entah dimana orang baik itu yang telah menolongnya."Apa anda sudah menikah?" tanya Dokter tersebut.Moza pun mengangguk lemah karena bingung dengan pertanyaan dokter tersebut.Apa urusannya dengan menikah?"Oh, maaf pertanyaan saya agak aneh. Karena menurut saya anda masih terlalu muda," jelas dokter tersebut lagi.Moza masih diam sambil memijat kepalanya yang terasa belum nyaman.Bahkan ada sedikit memar pada dahinya karena saat terjatuh langsung membentur benda kerasa di sekitarnya."Kalau begitu selamat atas kehamilannya, usahakan untuk tidak bepergian sendiri.Karena, keadaan anda
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
27
DMCA.com Protection Status