Home / CEO / Istri Tangguh Tuan Angkuh / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Istri Tangguh Tuan Angkuh : Chapter 151 - Chapter 160

265 Chapters

Bab 152

"Apa ini?"Dimas menatap dirinya sendiri melalui pantulan cermin.Kemeja berwarna pink dengan penuh bunga, dua kancing kemeja terbuka menampakkan dada Dimas yang begitu luar biasa.Kemudian berpadu dengan celana berwarna hitam tapi begitu ketat.Bahkan sangking ketatnya Dimas sampai merasa ada yang sesak di dalam sana.Berulang kali Dimas menarik bagian bawah celananya agar adiknya lebih nyaman di dalam sana.Dan jangan lupa sepatu berwarna putih yang juga dia pakai.Kaca mata hitam yang begitu besar.Rambutnya dengan disisir begitu rapi.Sungguh luar biasa penampilan Dimas yang bisa dibilang cetar membahana."Aku seperti orang gila!" geram Dimas."Siapa bilang kau waras?" tanya Chandra."Kurang ajar!"Buk!Dimas pun menendang kaki Chandra.Sahabat anehnya itu benar-benar sangat menjengkelkan."Sakit tolol!""Apa kau tidak melihat aku seperti badut?!" sergah Dimas."Sudahlah, aku jamin istri mu tidak akan marah lagi padamu.Kau mau berdamai dengan dia tidak?""CK!" Dimas pun mengacak
Read more

Bab 153

"Kamu jorok banget sih? Ketawa sampai ngompol," kata Dimas.Dinda yang sudah membersihkan tubuhnya dan juga sudah mengganti pakaiannya dengan yang bersih kini berdiri di hadapan Dimas lagi.Begitu juga dengan Dimas yang sudah berganti pakaian yang lebih layak melekat pada tubuhnya."Gimana Dinda nggak ketawa sampai ngompol? Mas, dandanannya kok bisa begitu? Aneh tau, Mas," kata Dinda sambil diiringi tawa kecil karena mengingat sebelumnya seperti apa penampilan Dimas."Ini karena pria sialan itu," umpat Dimas membayangkan wajah Chandra.Pria itu yang sudah membuat dirinya menjadi terkesan seperti badut di mata Dinda."Siapa yang, Mas maksud?" tanya Dinda."Chandra," jawab Dimas."Kerja sama kalian sangat bagus, sekalian Dinda pengen banget liat kalian berdua jadi koki.Pakai daster, pasti seru," ujar Dinda."Jadi koki? Pakai daster?" Dimas pun tersenyum kaku saat mendengar keinginan konyol istrinya tersebut."Mas, nggak mau?""Mau," Dimas pun mengangguk cepat karena tidak berani menol
Read more

Bab 154

Bibir tersenyum, mata berbinar-binar dengan penuh semangat Dimas pun segera membuka pintu mobil untuk Dinda.Hari ini Dimas mengantar Dinda untuk melakukan pemeriksaan kandungan seperti yang telah diingatkan oleh Laras kemarin hari.Dimas bukan hanya bahagia karena Dinda memberikannya jatah ranjang.Tetapi juga bahagia karena ini adalah kali pertama ikut bersama dan akan melihat calon anaknya melalui USG.Lengkap sudah kebahagiaan Dimas."Selamat datang Ibu dan Bapak Dimas Hermawan, silahkan duduk," sapa Vina.Mungkin sapaan bercampur dengan gurauan jenaka seorang adik sepupu pada Kakak sepupunya.Karena Vina adalah dokter spesialis kandungan yang menangani Dinda."Terima kasih, perawan tua," balas Dimas.Mata Vina seketika itu melebar sempurna mendengar ucapan Dimas."Aku bukan perawan tua!" balas Vina."Lalu apa? Usia mu berapa?" tanya Dimas."Baru 30 Tahun," kata Vina."Ahahahhaha," Dimas pun tertawa mengejek sepupunya itu."CK!" Vina pun berdecak kesal melihat Dimas menertawakan d
Read more

Bab 155

Gilang yang mengemudikan mobil sedangkan Dimas dan Dinda duduk di jok belakang.Sesekali Gilang mengintip keduanya melalui kaca spion mobil membuat Gilang merasa iri karena masih jomblo sampai detik ini.Dimas yang mengetahui itu segera menarik tengkuk Dinda mengecup bibir istrinya itu."Mas!" Dinda tentunya terkejut.Terkejut bercampur kesal karena mereka bukan hanya berdua saja.Melainkan bertiga!Ada Gilang yang sedang mengemudikan mobil."Nggak tahu tempat banget sih!" kata Dinda lagi."Siapa suruh mengintip," jawab Dimas dengan santai tetapi bermaksud menyindir Gilang yang memang mengintip mereka berdua.Gilang berpura-pura tidak mengerti dia tampak tetap fokus dengan mengemudikan mobil."Siapa yang ngintip?" tanya Dinda tidak mengerti."Dia," Dimas pun melihat ke depan.Tentunya orang yang dia maksud adalah Gilang."Kok Gilang?" tanya Dinda lagi yang benar-benar tidak mengerti."Kau tahu Om Haris dan Tante Indri sedang mencari seseorang untuk dinikahkan dengan anaknya Vina?" tan
Read more

Bab 156

Megan pun kembali masuk ke dalam mobil dan melihat Moza yang duduk di sampingnya.Membuat Moza pun segera menunduk karena tahu Megan marah padanya.Hingga akhirnya Megan pun mengemudikan mobilnya dan tidak lama berselang sampai di rumah.Namun, saat Moza sedang bergerak perlahan turun dari mobil tiba-tiba saja Megan menariknya dengan kasar.Rasanya cukup sakit tapi Moza memilih untuk menerima saja.Kemudian menghempaskan dengan kasar pula saat tiba di ruang tamu.Tubuh Moza pun terhuyung ke sandaran sofa membuatnya meringis menahan sakit."Anak tolol, tidak berguna!" pekik Megan penuh kekesalan.Tapi Moza hanya diam sambil perlahan berdiri dengan tegak karena dia tahu kesalahannya apa.Mungkin saja sebentar lagi Megan akan merasa lega setelah meluapkan perasaan kesalnya terhadap dirinya."Coba saja kalau kau tidak mengacaukan segalanya, sudah pasti mobil Mami menabrak mobilnya!Bukan hanya Dimas yang mati, tapi ada istrinya juga di sana, bodoh!" geram Megan dengan nada suaranya yang m
Read more

Bab 157

Moza masih memikirkan nasib dirinya yang kini telah berubah jauh dari sebelumnya.Entah bagaimana dengan pendidikannya kedepannya juga.Karena barusan Megan mengatakan bahwa dirinya kuliah hanya menghabiskan waktu saja.Dan saat dirinya sedang memikirkan bagaimana keadaannya saat ini tiba-tiba saja Megan pun muncul."Moza!" "Ya, Mi?" sahut Moza sambil menoleh pada Megan yang kini berjalan kearahnya."Pakai ini!" Megan pun melemparkan sebuah pakaian padanya.Moza pun melihatnya dan merasa ada yang tidak beres.Moza memang terbiasa dengan pakaian terbuka, tetapi tidak juga seperti pakaian yang diberikan oleh Megan.Ini terlalu terbuka."Moza pakai ini, Mi?" tanya Moza memastikan."Masih bertanya! Dasar tolol!" bentak Megan.Seketika membuat Moza tersentak dan berusaha untuk tetap tenang."Pakai, Mami bilang!" titah Megan tak ingin dibantah."Iya, Mi," Moza pun menurut pada apa yang dikatakan oleh Megan."Gitu dong! Hobinya kok melawan terus!" gerutu Megan, "kamu dandan yang cantik, pak
Read more

Bab 158

"Kamu mau ke mana, Mas?" tanya Dinda.Dinda yang baru masuk ke kamar melihat Dimas tampak buru-buru memakai jaketnya.Tebakan Dinda saat ini Dimas akan pergi padahal sebelumnya mengatakan akan tidur karena sudah lelah."Sayang, Mas keluar sebentar. Moza di jual oleh Megan di tempat hiburan malam," kata Dimas sambil berjalan ke arah Dinda."Hah?!" Dinda yang masih berdiri di depan pintu pun tampak begitu terkejut mendengarnya."Mas, akan segera kembali."Dimas pun mendekati Dinda dan mencium keningnya.Sesaat kemudian barulah Dinda mengangguk dan tersadar Dimas sudah pergi."Di jual?" Dinda pun masih bertanya-tanya mengapa bisa Dimas berkata demikian.Rasanya cukup mengejutkan seorang Ibu tega menjual putri kandungnya sendiri.Tapi tidak mungkin juga Dimas berbohong tentang ini semua, untuk apa?"Dinda, suami kamu ke mana malam-malam begini?" tanya Miranda yang melihat Dimas ke luar barusan dengan sangat terburu-buru.Sedangkan pintu kamar Dinda belum tertutup sepenuhnya.Memudahkan Mi
Read more

Bab 159

"Mas," Dinda langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Dimas yang baru saja masuk ke dalam kamar.Perlahan Dimas tampak mulai menutup pintu dengan rapat."Moza, ikut pulang sama, Mas?""Kamu belum tidur?" tanya Dimas kembali karena awalnya mengira jika Dinda telah tidur apa lagi sudah pukul 02:30 wib."Belum, lagian kamu kok tanya balik," kata Dinda.Tapi saat itu Dimas langsung saja berjalan ke arah ranjang setelah melepas jaketnya dan melempar dengan asal dia pun segera berbaring di atas ranjang."Tidur di sini," Dimas menunjuk ranjang kosong di sampingnya.Dinda pun menurut dan berbaring di samping Dimas.Karena dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi barusan.Namun, saat itu Dimas langsung memeluk Dinda sambil menangis.Membuat Dinda merasa kebingungan bahkan sangat penasaran dengan apa yang terjadi barusan."Mas, kamu kenapa?" tanya Dinda panik.Dimas hanya diam sambil terus memeluk Dinda dengan perasaan yang begitu kacau."Mas, Moza nggak kenapa-napa kan?" Din
Read more

Bab 160

*****"Ini kopinya, Mas," Dinda pun meletakkan di atas meja makan.Pagi ini Dimas tampak tidak bersemangat sama sekali.Mungkin karena kejadian tadi malam dan hari ini sesuai dengan apa yang dia katakan pada Dinda bahwa dia akan menjemput Moza."Ma, Papa jadi berangkat ke luar kota?" tanya Dinda pada Miranda yang juga kini duduk di kursi meja makan."Jadi, pagi-pagi sekali Papa sudah berangkat. Katanya supaya sore nanti sudah kembali," jelas Miranda."Nggak nginep ya, Ma?""Enggak, ya udah kalian lanjutkan sarapan. Mama sudah selesai, Mama ada arisan dengan teman-teman Mama. Termasuk Ibu mertua mu juga ikut," kata Miranda."Ya, Ma," Dinda pun mengerti.Dinda pun melihat Dimas yang mulai menyeruput kopi buatannya.Kemudian dia pun menghubungi Gilang namun ternyata Gilang sudah tiba."Saya di sini, Bos," kata Gilang sambil melihat ponselnya yang menyala dan tertulis nama Dimas di sana."Hilman di mana?" tanya Dimas dengan segera."Dia sudah berangkat pagi-pagi sekali dengan Tuan Wijaya
Read more

Bab 161

"Ini rumah saya, Mbak. Maksudnya kosan saya," kata Nilam.Nilam pun segera membuka pintu dan mempersilahkan Moza untuk masuk.Moza merasa tempat tersebut sangat kecil.Mungkin karena telah terbiasa hidup dalam keadaan yang penuh dengan kemewahan."Mbak Moza, minum dulu, deh," Nilam pun memberikan mineral pada Moza.Moza pun menerimanya dan langsung meneguknya.Sejak kemarin Moza memang belum makan apapun."Panggil saya, Moza aja. Nggak usah pakai, Mbak. Saya yakin usia kamu lebih tua dari pada saya," ujar Moza."Saya masih muda juga, saya belum kawin," Nilam pun cengengesan karena tak ingin disebut tua.Dan Moza merasa Nilam memang seseorang yang sangat baik."Kamu mandi dulu, aku masakin makanan dulu. Ini handuknya," Nilam pun memberikan handuk pada Moza.Bukan hanya handuk saja, bahkan sampai meminjamkan piamanya.Moza tahu itu adalah pakaian murah tapi paling tidak Nilam sudah sangat baik bisa memberikan pakaiannya.Setelah Moza selesai mandi Nilam pun selesai memasak.Tepatnya men
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
27
DMCA.com Protection Status