Home / CEO / Istri Tangguh Tuan Angkuh / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Istri Tangguh Tuan Angkuh : Chapter 141 - Chapter 150

265 Chapters

Bab 142

Berulang kali Dimas mengusap wajahnya dengan kedua tangannya sambil menahan rasa kantuk yang mulai melanda karena bosan."Baiklah, saya sudah lelah," kata Wijaya dan langsung saja bangkit dari duduknya.Dimas yang mendengar ucapan Wijaya pun tentunya merasa senang.Akhirnya setelah banyaknya rintangan kini bisa beristirahat.Begitu pun juga dengan Chandra yang berpamitan pulang."Cie yang dari tadi udah kebelet bobo bareng," celetuk Chandra.Dimas pun melihat Wijaya telah benar-benar pergi dan saat itu Dimas langsung saja bangkit dari duduknya.Menarik kerah kemeja Chandra dengan penuh kekesalan demi meluapkan rasa kesal yang dari tadi dia tahan dengan susah payahnya."Dari tadi itu kau sangat menjengkelkan!" geram Dimas."Hehe," Chandra pun tertawa sambil melepaskan tangan Dimas dari kerah kemejanya."Sahabat kurang ajar!" umpat Dimas."Aku pamit dulu, mendingan langsung ke kamar sana.Istri udah nungguin!" celetuk Chandra lagi."Duda lapuk sialan!" balas Dimas."Tunggu sampai saatnya
Read more

Bab 143

Laras menahan tawa melihat wajah Dimas yang tidak bersemangat saat pulang ke rumah.Ini terlihat lucu tetapi begitulah adanyaDimas harus pulang ke rumah karena Dinda tidak mempersilahkan untuk masuk ke dalam kamarnya.Tentunya itu bagus agar anaknya itu tidak lagi bersikap seperti sebelumnya.Dengan harapan kedepannya akan menjadi seorang suami yang lebih baik."Lho, kok pulang?" tanya Laras berpura-pura tidak tahu apa-apa, "atau kamu pulang sama Dinda?" tanya Laras lagi.Laras pun melihat ke arah pintu, tetapi juga tidak tampak Dinda di sana.Namun, sebenarnya Laras sedang menahan tawa."Dinda mengusir Dimas," jawab Dimas dengan tidak bersemangat.Setelah itu langsung saja berlalu pergi menuju kamarnya."Wah, kenapa kamu tidak marah?" tanya Laras lagi pada Dimas yang sudah berjalan cukup jauh.Tetapi Dimas tidak perduli dengan pertanyaan Laras meskipun jelas ia masih mendengar."Ahahahhaha," tawa Laras pun akhirnya pecah setelah Dimas benar-benar menghilang dari pandangan matanya.L
Read more

Bab 144

"Hay, Om," sapa seorang wanita yang mendekati Dimas bersama dengan seorang temannya.Dimas pun menatap wajah dua orang itu dengan tatapan datar."Om, bukannya Papinya Moza?" tanya wanita itu lagi.Wanita yang masih seusia dengan Dinda dan Moza.Dan saat mendengar nama Moza disebutkan Dimas pun mulai penasaran."Kau mengenal putri saya?" tanya Dimas.Sekalipun bukan darah dagingnya Dimas tidak akan pernah bisa membenci Moza.Moza tetaplah putrinya sampai kapanpun juga.Dan saat ini dia ingin tahu dimana keberadaan anaknya itu mungkin saja dua orang itu tahu."Kita temennya Moza, Om," jawab wanita itu lagi namun dengan gaya yang dibuat centil.Mungkin agar membuat Dimas tergoda.Namun, apa yang dilakukan oleh wanita itu membuat Dimas ingin mencekiknya."Kau tahu dimana dia sekarang?" tanya Dimas masih dengan suara datarnya."Nggak, Om, udah lama Moza nggak ngampus," jelasnya lagi.Saat itu Dimas pun memilih untuk segera pergi tapi dia melihat wajah Dinda yang berdiri di sana sambil meli
Read more

Bab 145

"Tidak sanggup?" Dinda pun kembali bertanya karena kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh Dimas."Rasanya sangat tidak enak," kata Dimas lagi."Kalian sedang apa?" tanya Miranda yang melihat Dinda dan Dimas di dalam kamar mandi.Dan pintu kamar mandi yang terbuka lebar tentunya siapapun bisa melihatnya."Sudah menikah masih saja mengurung di kamar mandi.Di kamar sana!" kata Wijaya.Wajah Dinda pun memerah mendengar ucapan Wijaya yang pastinya lagi-lagi berpikir hal yang buruk."Bukan gitu, Pa. Mas Dimas, mual mencium bau makanan," jelas Dinda."Mual?" tanya Miranda."Iya, Ma. Ini abis muntah-muntah," kata Dinda lagi agar kedua orang tuanya tidak salah paham."Bukannya yang hamil kamu? Kok malah dia yang mual?" tanya Wijaya bingung."Itu biasa terjadi, udah sekarang bawa suami mu ke kamar sana.Biarkan dia istirahat dulu," titah Miranda."Ke kamar?" Dinda sangat malas untuk hal yang satu itu.Tapi tidak untuk Dimas yang sepertinya cukup menguntungkan."Apa lagi?" "Iya, Ma."Denga
Read more

Bab 146

Dinda masih saja bergidik ngerti melihat Dimas yang begitu lahapnya memakan mangga muda.Hingga suara ponselnya pun membuatnya tersadar.Ting!Satu pesan dari Kiara.[Dinda, sebenarnya kita ini karyawan atau gimana sih] Kiara.Dinda tidak mengerti dengan maksud dari pesan yang dikirimkan oleh Kiara.Dia pun segera menuliskan pesan balasan.[Kamu sedang membahas apa?] Dinda.Hingga tak berlangsung lama Dinda pun kembali mendapatkan pesan balasan dari Kiara.[Kita magang di kantor suami kamu!] Kiara.[Iya, terus] Dinda.[Kok sekarang aku terikat kontrak kerja?] Kiara.[Kok bisa] Dinda.[Mana atasannya Om Chandra, gila kan? Di kampus juga ada dia] Kiara.[Kok bisa] Dinda.[Kok bisa mulu yang kamu balas! Tolong tanyakan ke suami kamu dong Din, kok begini] Kiara.[Tunggu ya, aku tanya dulu] Dinda Dinda pun kembali melihat Dimas yang ternyata juga melihat dirinya."Kamu berbelas pesan dengan siapa?" tanya Dimas secara langsung karena penasaran."Kiara," jawab Dinda.Dimas pun mengangguk ka
Read more

Bab 147

Kiara segera menuju rumah Dinda.Tepatnya rumah orang tua kandung Dinda karena kini sahabatnya itu tinggal di sana.Kiara ingin menceritakan semuanya pada Dinda, mungkin saja bisa membantunya untuk lepas dari kontrak bersama dengan Chandra."Suami kamu di mana?" tanya Kiara saat sudah duduk di ruang tamu bersama dengan Dinda.Kiara tak ingin bertemu dengan Dimas, bukan karena benci melainkan karena takut."Di kamar, ada apa?" tanya Dinda yang penasaran karena Kiara sempat mengatakan akan menceritakan hal yang penting padanya.Tidak bisa melalui sambungan telepon seluler, harus dengan bertatap muka secara langsung.Dan Dinda meminta Kiara langsung datang ke rumahnya karena dirinya tidak bisa keluar rumah dengan bebas.Namun, Dinda juga bingung karena sejak tadi Kiara sudah begitu banyak menghabiskan tisu hanya untuk mengelap bibirnya saja."Kamu kenapa sih? Ada apa dengan bibir kamu kok di lap terus?" tanya Dinda kebingungan."Pelit banget sih! Ini tisu doang! Kamu orang kaya lap pakai
Read more

Bab 148

"Kamu punya mata nggak sih!" pekik Vina.Baru saja Vina sampai di kediaman Wijaya untuk memeriksakan keadaan Dimas yang tak lain adalah sepupunya.Tetapi saat baru di persilahkan masuk sudah bertabrakan dengan Gilang.Belum lagi pria itu membawa minuman dan membuat pakaiannya basah."Kalau jalan pakai mata dong!" omel Vina sambil menepuk-nepuk pakainya yang terkena noda kopi."Kalau jalan pakai kaki, Nona. Tidak cukup hanya pakai mata!" jawab Gilang.Seketika itu juga amarah Vina semakin memuncak."Kau berani bicara seperti itu pada ku!" geram Vina."Maaf, Nona.""Ini pakaian mahal, gajimu tidak cukup untuk membeli pakaian ku ini, paham!" tegas Vina."Vina?" Dinda yang tiba di ruang tamu pun mendengar suara yang cukup nyaring.Membuatnya penasaran apa yang tengah terjadi di sana.Dan ternyata Vina yang sedang mengomel entah apa sebabnya."Kak Dinda, maaf kalau suara Vina mengganggu.Ini karena dia, bawa kopi malah numpahin di pakaian Vina," kata Vina sambil menatap wajah Gilang dengan
Read more

Bab 149

*****Dimas tampak sangat lesu seakan tidak bersemangat untuk melakukan apapun.Termasuk bekerja.Itu karena dia kesal pada dirinya sendiri yang belum bisa menemukan solusi untuk mengatasi masalahnya.Dan disaat sedang pusing akhirnya Chandra pun muncul.Tanpa basa-basi lagi langsung duduk di kursi yang saling berhadapan dengan dirinya.Saat itu Dimas pun langsung saja mendapatkan ide yang sepertinya cukup bagus.Untuk membuat Dinda bahagia dan tidak lagi menolak dirinya."Kau sangat merugikan aku!" kata Dimas dengan perasaan penuh kekesalan terhadap Chandra.Sedangkan Chandra bingung mengapa bisa Dimas berkata seperti itu."Merugikan bagaimana?" tanya Chandra yang benar-benar tidak tahu apa-apa."Gara-gara kau aku tidak dapat jatah!""Jatah?" "Lepaskan sahabat istri ku itu!" terang Dimas."Enak saja, apa urusannya dengan itu!""Ada, kalau kau melepaskan dia aku bisa dapat jatah, bodoh!"Chandra pun tertawa mendengar ucapan kekesalan Dimas terhadap dirinya."Masih puasa ternyata," ej
Read more

Bab 150

Pagi ini tubuh Dinda rasanya sangat remuk karena Dimas.Tapi sudahlah Dinda tidak mempermasalahkan hal itu karena Dimas memang suaminya.Hanya saja Dinda kesal karena Dimas malah minum-minuman yang sangat dia benci."Kapan sih kamu bisa berubah, Mas?!" Tanya Dinda dengan tatapan mata yang tajam.Dimas yang baru saja keluar dari kamar mandi pun kini melihat Dinda.Pertanyaan Dinda cukup membuatnya kebingungan dan mulai berpikir apa maksud istrinya tersebut.Tapi lihatlah ketampanan Dimas meskipun usianya tak lagi muda namun cukup membuat siapa saja tertarik padanya.Termasuk Dinda.Tapi masalahnya saat ini Dinda berharap Dimas bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.Belum juga Dimas menjawab pertanyaan Dinda tapi ponsel Dinda pun berbunyi.Tertulis nama Ibu di sana.Membuat Dinda pun bingung harus menjawab atau tidak tentunya karena Dimas ada di dekatnya.Sebab, sudah pasti Laras akan membicarakan tentang Dimas."Kenapa tidak di jawab? Jawab dong!" kata Dimas.Karena Dimas tahu Dinda
Read more

Bab 151

"Kau itu bodoh sekali, mengerjakan ini saja tidak bisa!" Chandra mengetuk kepala Kiara dengan berkas di tangannya.Namun, percayalah pukulan Chandra tidak meninggalkan rasa sakit sama sekali.Karena memukul juga masih menggunakan rasa sayang.Andai saja Kiara sadar bahwa dia bisa membuat Chandra melakukan apapun untuknya tanpa terkecuali.Sayangnya Kiara tidak menyadari itu karena dia hanya tidak ingin dengan Chandra.Padahal jika mau dia bisa meminta uang berapapun jumlahnya tanpa syarat.Tetapi, bagi Kiara tentunya pukulan itu adalah hal yang sangat menyakitkan.Penghinaan terhadap dirinya tapi apa yang bisa dia katakan."Om, saya tidak bisa mengerjakan ini!" jawab Kiara dengan menahan amarahnya.Jika bukan karena takut didenda lagi mungkin Kiara akan mematahkan leher Chandra."Kuliah hanya menghabiskan uang orang tua! Prestasi tidak ada, kuliah ditempat mahal! Dasar bodoh!"Kiara benar-benar naik pitam mendengar ucapan Chandra barusan.Dia pun mengambil komputer di hadapan dan mele
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
27
DMCA.com Protection Status