Accueil / Urban / Istri Presdir yang Hilang / Chapitre 71 - Chapitre 80

Tous les chapitres de : Chapitre 71 - Chapitre 80

154

71. Mengulur Permainan

Hati Alice berdebar saat ia melangkah keluar dari kamar mandi. Tangannya terkepal erat, kepalanya tertunduk dalam. Sejak tadi, ia tidak bisa berhenti menerka bagaimana reaksi Edmund saat melihat kostumnya. Namun, begitu mendapati Edmund sudah berbaring dengan mata terpejam, kegugupannya memudar. "Apa ini? Dia sudah tidur?" Alice pun mendekat. Ia perhatikan wajah sang suami dari jarak beberapa senti. Bola mata di balik pelupuk lebar itu sama sekali tidak bergerak. "Dia benar-benar sudah tidur?" batin Alice tak percaya. Tanpa sadar, alisnya berkerut dan sudut bibirnya turun. "Apakah aku terlalu lama di kamar mandi? Atau dia terlalu lelah hari ini?" Alice tertunduk memperhatikan diri sendiri. Selang satu kedipan, ia berdecak. "Sia-sia aku mengenakan pakaian ini. Edmund tidak bisa melihatnya." Sambil membendung kekecewaan, Alice pun naik ke atas kasur. Tak ingin Edmund tiba-tiba terbangun dan mendapati kekesalannya, ia berbaring miring membelakangi sang pria. "Dia bilang dia juga
last updateDernière mise à jour : 2024-01-06
Read More

72. Kejutan Kecil untuk Sky

"Sayang, kenapa kamu menangis lagi?" "Mama ...." Sky memeluk kaki Alice. "Aku bermimpi bertemu dengan seekor anak beruang. Dia mencari-cari induknya. Sepertinya, dia anak dari beruang yang dikuliti untuk jaket Carol. Dia terus berjalan sambil menangis. Badannya kurus karena terlalu sedih dan dia tidak mau makan.""Oh, Sayang," Alice menekuk lutut, memeluk gadis mungil itu dengan lembut. "Jaket Carol itu produk lama. Anak beruang yang malang pasti sudah besar sekarang. Dia tumbuh menjadi beruang pemberani yang tangguh." "Benarkah?" Sky mengusap mata dengan punggung tangan. Saat itulah, Alice melihat boneka beruang kecil dalam genggamannya. "Ya. Masa-masa sulitnya sudah berlalu. Dia pasti sudah bahagia. Atau mungkin juga, sekarang dia punya keluarga sendiri." "Dan anak-anak beruang yang lucu?" Alice mengangguk. "Ya. Jadi sekarang, jangan menangis lagi, hmm? Kamu lebih baik berdoa agar beruang itu bahagia bersama keluarganya." Sky membelai kepala boneka barunya, berbisik, "Kamu tida
last updateDernière mise à jour : 2024-01-07
Read More

73. Ini Kantor, Bukan Kasur

"Ed?" Alice cepat-cepat menekan pundak Edmund, berjaga-jaga kalau pria itu menariknya lebih dekat. "Kita sedang di kantor. Jangan macam-macam." "Bukankah semalam, kau yang lebih dulu mengajakku berciuman? Aku ingat betul kau menarik kepalaku dengan penuh semangat." Alice berkedip-kedip tegang. "Tapi kita sedang di kantor. Sky dan Scott bisa masuk ke sini kapan saja, atau mungkin pegawai lain," tegasnya. "Mereka sudah kuberi tugas. Tidak akan ada yang mendadak masuk ke sini karena mereka semua sibuk." "Tapi kau juga harus bekerja. Lihat! Berkas-berkasmu banyak." Alice menunjuk meja dengan ekspresi meyakinkan. Akan tetapi, Edmund tetap menggeleng menolak gagasannya. "Itu bisa menunggu, sedangkan peliharaanku tidak." Edmund melirik ke bawah. Alice mengikuti arahnya. Menyadari sesuatu yang sudah bangkit, ia menelan ludah. "Bagaimana kalau kita berlatih sekarang? Kau bisa menjadi istriku sebentar, sebelum kembali menjadi asisten." Suara Edmund begitu menggelitik. Alice semakin ter
last updateDernière mise à jour : 2024-01-07
Read More

74. Posisi Strategis

"Karena keharmonisan kalian adalah citra dari perusahaan. Kebanyakan customer memilih jasa travel kita karena kalian. Mereka ingin merasakan petualangan yang terlihat asyik saat kalian lakukan." Alice mengerjap. Pikirannya tertuju pada foto-foto mereka di peta bioma. "Orang-orang berpikir kalau kebahagiaan itu palsu?" simpulnya. Scott mengangguk. "Karena itu, butuh waktu yang cukup lama bagi Edmund untuk bisa meraih kepercayaan publik lagi. Saat ia berusaha mati-matian untuk menemukanmu, orang-orang sempat berpikir kalau itu hanya gimmick. Setelah lewat satu tahun, dengan banyaknya pemberitaan tentang Edmund masih mencarimu, baru mereka mengerti kalau kebahagiaan yang selama ini kalian tunjukkan itu nyata. Mereka akhirnya mulai bersimpati dan menerima kalau masalah kalian hanyalah sebuah kesalahpahaman." Alice mendesah lirih. Ia tidak tahu bahwa kebodohannya ternyata berdampak sebesar itu. "Sekarang karena kau sudah kembali, orang-orang pasti berharap bisa melihat kemesraan kalian
last updateDernière mise à jour : 2024-01-08
Read More

75. Kemajuan Besar

Sambil tersenyum simpul, Alice menunjuk ke arah lampu. "Kamu selama ini terbiasa tidur dalam gelap. Tapi selama di sini, kamu selalu membiarkan lampunya tetap terang." Sky memiringkan kepala. "Tapi sewaktu di hotel, aku bisa tidur dengan lampu menyala." "Itu lampu tidur, Sayang. Berbeda dengan lampu utama." Sambil berkedip-kedip, Sky termenung. " Oke, jadi malam ini, haruskah aku mematikan lampu?" Alice mengangguk. "Ya. Apakah kamu takut?" "Hei, bukankah kamu sudah punya teman yang selalu menemanimu?" Edmund memiringkan kepala, menatap putrinya. Dalam sekejap, mulut Sky membulat. "Oh, iya! Aku baru ingat. Sekarang aku punya banyak teman. Pemimpin mereka adalah yang terkuat!" Ia berlari ke tempat tidur dan memeluk boneka beruang pemberian Edmund. Sambil terkekeh, orang tuanya menyusul. "Dia yang terkuat?" Alice membelai kepala si beruang. "Ya!" Sky mengangkat boneka itu tinggi-tinggi. "Ini adalah Grassy. Dia suka makan rumput. Karena itu warnanya hijau. Kurasa dia beruang veget
last updateDernière mise à jour : 2024-01-08
Read More

76. Maksud Terselubung

"Terima kasih, Nyonya Klein. Menu sarapan pagi ini sangat enak, dan terima kasih atas bekal yang kalian siapkan. Aku, Mama, dan Paman Ed pasti akan memakannya sampai habis," tutur Sky sembari memasukkan kotak bekal miliknya ke dalam tas. Itu sudah sangat penuh, tetapi masih ia paksakan muat. "Sama-sama, Nona Manis. Dan sebagai bonus, saya juga menyiapkan ini." Nyonya Klein menyodorkan tas bekal. Melihat itu, Sky menghela napas lega. "Ini sangat membantu! Terima kasih lagi, Nyonya Klein."Gemas, wanita paruh baya itu terkekeh. Hati Edmund dan Alice juga tergelitik melihat semangat Sky. Setelah selesai mengemas kotak bekal dan menyandang ranselnya, gadis mungil itu berkacak pinggang. "Sky sudah siap berpetualang! Mama, Paman Ed, ayo kita berangkat!" Sambil tersenyum geli, Alice dan Edmund beranjak dari kursi. Namun, belum sempat mereka meninggalkan meja makan, Elizabeth datang dengan koper di tangannya. "Mama? Ada apa Mama datang sepagi ini? Dan kenapa membawa koper sebesar itu?" t
last updateDernière mise à jour : 2024-01-09
Read More

77. Perjalanan yang Sempurna

Sepanjang perjalanan, Sky terus berceloteh riang. Semangatnya tidak sedetik pun memudar. Ia sama sekali tidak keberatan jika pohon-pohon di situ berbeda dengan hutan di sekitar rumah lamanya. Semakin banyak hal baru yang ditemuinya, langkah kakinya justru semakin ringan. "Mama, Paman Ed, bagaimana kalau kita beristirahat di situ saja?" Sky menunjuk ke sebidang tanah di bawah pepohonan. "Tidak ada semak-semak di dekat di situ. Kita bisa membentang karpet tanpa takut digigit serangga atau ular." Edmund tersenyum mendengar usul petualang cilik itu. "Ide bagus, Sky." Mereka pun bersiap untuk makan siang. "Hutan ini unik sekali. Warna daunnya cantik," celetuk Sky sebelum melahap hotdog. "Apakah aku salah memilih warna boneka? Haruskah aku membeli satu lagi yang berwarna kuning?" Sky cepat-cepat menoleh ke arah Edmund. Matanya membulat, rahangnya bergerak semakin lincah. "Tidak perlu, Paman Ed," ujarnya setelah menelan. "Warna hijau tetap favoritku. Hanya saja, aku baru menyadari kalau
last updateDernière mise à jour : 2024-01-09
Read More

78. Semut Nakal

Malangnya, gadis mungil itu malah bangkit dan meraih ransel. "Tidak, Paman Ed. Perjalanan kita masih jauh, sedangkan langkah kakiku kecil dan lambat. Kita tidak boleh berlama-lama. Kita harus sudah membangun tenda sebelum malam. Oh, Paman Ed? Ada apa dengan bibirmu?" Edmund tersentak. Alisnya tanpa sadar terdesak ke atas. "Ada apa dengan bibirku?" Alice diam-diam menahan napas. "Apakah digigit semut? Bibir Paman Ed merah dan bengkak. Oh? Bibir Mama juga!" Edmund dan Alice sontak bertukar pandang. Mata mereka membulat, saling melempar kesempatan untuk menjawab. Tiba-tiba, Sky berseru, "Nah! Itu semut-semutnya! Pasti mereka yang sudah menggigit bibir Mama dan Paman Ed." Sambil berkacak pinggang, Sky mengentakkan sebelah kaki di atas karpet. Makhluk-makhluk kecil di dekat situ nyaris terpental karena ulahnya. "Dasar semut-semut nakal! Kalian tidak seharusnya menggigit orang tuaku. Mereka bukan makanan. Kalian seharusnya menggigit makanan kalian saja." Edmund dan Alice tertunduk me
last updateDernière mise à jour : 2024-01-10
Read More

79. Puncak Kebahagiaan

Sejak matahari terbenam, Sky tidak diizinkan keluar dari tenda. Padahal, ia juga mau ikut mempersiapkan makan malam. Namun, Alice dan Edmund melarang. Alhasil, ia menyibukkan diri dengan buku jurnalnya. "Tada! Lihat ini, Grassy. Aku sudah menyelesaikan jurnal perjalananku hari ini." Sky menarik boneka beruang hijau ke pangkuan. Bersama-sama, mereka "memperhatikan" buku jurnalnya. "Ini adalah awal perjalanan tadi. Aku sangat gembira. Karena itu, senyumku yang paling lebar." Ia menunjuk lengkung bibir yang digambarnya. Kemudian, telunjuknya bergeser ke gambar sekumpulan orang bertopi seragam. "Kalau ini adalah momen saat kami bertemu dengan rombongan wisatawan yang menggunakan jasa perusahaan Paman Ed. Mereka berbicara dalam bahasa yang tidak kumengerti. Tapi Mama bisa mengobrol dengan mereka. Mama memang hebat!" Tiba-tiba, Sky terkikik. Perhatiannya tertuju pada gambar tiga orang duduk di atas karpet. Dua di antara mereka memiliki bibir yang sangat tebal. Satu lagi tampak seperti
last updateDernière mise à jour : 2024-01-10
Read More

80. Tertunda

"Paman, jangan menjadi semut nakal! Nanti bibir Mama bengkak lagi!" Edmund dan Alice tersentak. Mereka cepat-cepat mengambil jarak. Bibir mereka kini berkedut, menahan rasa geli yang tersisa dan yang baru bangkit dalam dada. "Maaf, Sky. Bibir ibumu tampak manis. Aku penasaran rasanya." Alice sontak menyikut perut Edmund. Tawa kecil Edmund pun terlepas. Tak ingin mengundang lebih banyak tanya dari Sky, ia cepat-cepat menutupinya. Sementara itu, Sky malah menjilat bibirnya sendiri. Setelah mengecap-ngecap, ia menggeleng cepat. "Bibir tidak punya rasa, Paman. Kenapa Paman berpikir kalau bibir Mama manis? Apakah Mama diam-diam memakan permen?" "Tidak, Sayang. Mama hanya mencicipi spaghetti dan makanan lain yang Mama siapkan tadi." Dalam sekejap, mata Sky membulat. "Mama membuat spaghetti?" Baru satu kali Alice mengangguk, Sky bersorak kegirangan. "Asyik! Makan malam hari ini spesial! Kalau begitu, ayo, Mama, Paman Ed. Cepat berfoto! Jangan sampai semut-semut merebut makanan kita. N
last updateDernière mise à jour : 2024-01-11
Read More
Dernier
1
...
678910
...
16
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status