Home / Pernikahan / Sandiwara Pernikahan Sang CEO / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Sandiwara Pernikahan Sang CEO : Chapter 91 - Chapter 100

126 Chapters

91. Kuat

"Dia sudah tidur?" tanya Ardiansyah dengan melirik ke arah anaknya."Emh, sepertinya sudah." Lidya menjawab sambil mengangguk.Setelah memastikan Rafael sudah tertidur pulas, mereka berdua kemudian keluar dari dalam kamar dan berjalan menuju ruang keluarga. Namun, di tengah perjalanan, mereka tiba-tiba mendengar suara yang berasal dari luar."Apa itu?" tanya Lidya dengan khawatir."Ayo kita cek," jawab Ardiansyah seraya mengandeng tangan istrinya.Mereka berdua keluar dari rumah dan menemukan dua orang yang sedang berdiri di depan rumah mereka. Satu orang terlihat tua dan berwibawa, sedangkan orang lainnya terlihat lebih muda dari yang satunya tadi."Permisi, apa yang bisa kami bantu?" tanya Ardiansyah dengan ramah."Tuan, kami adalah detektif swasta yang disewa oleh seorang klien untuk menyelidiki kasus di daerah ini," jelas detektif tua tersebut."Mengenai apa?" tanya Ardiansyah penasaran."Itu rahasia klien kami, tuan. Namun, kami curiga bahwa rumah tuan terlibat dalam kasus terseb
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

92. Waktunya Beraksi

Namun, ketika Lidya ingin menekan nomor panggilan darurat, tiba-tiba teleponnya dicabut oleh salah satu dari penyerang yang menyamar dengan topeng."Mau kemana, sayang?" ucapnya dengan nada mengejek sambil mengambil telepon dari tangan Lidya dan merusaknya di depan mata mereka.Ardiansyah merasa kalang kabut, mereka berdua dalam keadaan terjebak tanpa ada bantuan apa pun."Masuk Lidya, biar aku yang menghadapi mereka!" perintah Ardiansyah pada istrinya."Heh, berani juga kamu?" tanya salah satu dari mereka - menantang Ardiansyah."Paling kena pukul langsung pingsan! Hahaha ..."Mereka meremehkan Ardiansyah, karena penampilannya yang rapi dan tidak garang seperti mereka.Tapi dengan tenang, Ardiansyah siap melawan kedua orang yang menyerang. Dia dengan gigih berusaha mempertahankan dirinya. Tangan dan kakinya bergerak cepat, menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh kedua orang tersebut - yang memang lebih mirip seperti para tukang pukul.Akhirnya ada kesempatan untuk Ardiansya
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

93. Ciuman Lembut

Beberapa jam kemudian, keadaan Ardiansyah sudah mulai stabil dan sadar. Kakek Hendra masuk kembali ke ruangan rawat VVIP, di mana cucu dan cucu menantunya berada. Lidya sangat senang melihat Kakek Hendra, yang selalu bisa memberikan keberanian dan kenyamanan pada dirinya."Lid, Ardi ... kamu baik-baik saja?" tanya Kakek Hendra dengan nada lembut."Kek, Ardi sudah baik-baik saja, hanya butuh beberapa hari untuk pulih sepenuhnya," jawab Lidya dengan tersenyum kecil."Hm, bagus. Kakek tahu kalian kuat," sahut Kakek Hendra dengan senyuman bahagianya.Ia duduk di samping Ardiansyah yang sedang terbaring di ranjang, melihat wajah cucunya yang masih tampak pucat."Damar, bagaimana hasil penyelidikannya?" tanya Kakek Hendra pada asisten yang ikut dalam penyelidikan.Nama asisten pribadi kakek Hendra itu adalah Damar. Seorang dokter yang mengabdikan hidupnya untuk "Tuan Besar" yang sudah menolongnya berkali-kali, selama ini."Saya tahu siapa yang ada di balik kasus ini, Tuan," jawab Damar deng
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

94. Kesibukan Baru

Hari berganti hari, Ardiansyah dan Lidya semakin mempererat hubungan mereka sebagai pasangan suami istri yang saling mencintai. Setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama, sibuk mengurus bisnis baru mereka yang semakin berkembang dengan pesat.Ardiansyah dan Lidya mulai membangun start-up e-commerce mereka dengan tim yang solid. Dengan segala upaya dan kerja keras, usaha mereka akhirnya sukses besar. Mereka tidak lagi terjebak dalam dunia underdog hiburan, yang digambarkan sebagai dunia yang berisi keegoisan dan intrik semata."Ard, bagaimana penanganan kasusnya?" tanya Lidya saat jam istirahat."Semua sudah ditangani oleh pihak pengacara, sayang. Kamu tidak perlu khawatir, ya?" Ardiansyah menginginkan istrinya tidak lagi memikirkan kasus-kasus di luar pekerjaan mereka sekarang.Tujuan Ardiansyah membangun usaha ini adalah untuk kesibukan Lidya, supaya tidak merasa bosan hanya mengurus rumah dan anak mereka saja. Padahal Rafael sudah mulai sekolah Paud, dan Lidya memiliki banyak wak
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

95. Kehangatan Keluarga

Setelah makan malam, mereka membicarakan rencana untuk ekspansi bisnis ke kota lain. Namun, Lidya merasa cemas dan khawatir tentang bagaimana mereka akan mengelola bisnis mereka di luar kota Jakarta."Tapi bagaimana kalau kita tidak berhasil di luar kota Jakarta, Ard?" tanya Lidya, wajahnya penuh dengan kekhawatiran."Aku percaya kita bisa, sayang. Selama kita bekerja keras dan mengambil kerugian dan keuntungan dengan bijak, maka kita pasti bisa menyelesaikannya dengan baik." Ardiansyah meyakinkan istrinya.Mereka meneruskan diskusi hingga tengah malam, berbagi ide dan mengatasi segala tantangan yang muncul di hadapan mereka. Namun, ketika malam semakin larut, mereka harus pulang - tetapi tanpa disadari, mobil yang mereka parkir di depan restoran telah dicuri.Mereka linglung dan terkejut, terutama karena di dalam mobil tersebut ada beberapa dokumen bisnis penting, seperti rencana bisnis dan juga uang tunai yang baru saja mereka ambil dari ATM. Ardiansyah dan Lidya langsung menghubungi
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

96. Mimpi Indah

Hari terus berganti, dan saat ini adalah hari Minggu yang indah. Lidya dan Ardiansyah telah merencanakan perjalanan menyenangkan ke kebun binatang bersama anaknya - Rafael, yang berusia lebih kurang tiga tahuan."Di sana ada gajah, singa, buaya juga ya, pa?" Rafael bertanya dengan antusias.Ardiansyah mengangguk mengiyakan, kemudian bercerita sedikit tentang situasi dan beberapa jenis hewan.Saat ini, mereka sedang berada di dalam mobil menuju kebun binatang. Sang anak yang ceria dan sudah pandai berbicara, membicarakan tentang hewan-hewan yang akan dilihatnya. Ardiansyah tentu saja mendengarkan dengan tetsenyum lembut, dan Lidya meraih tangan Rafael lalu dipeluknya dengan hangat."Apakah kamu ingin melihat singa dan harimau, sayang?" Lidya bertanya.Mata Rafael membesar dengan kegembiraan. "Iya! Dan monyet juga!" dia berteriak kegirangan."Pasti kita lihat, sayang." Ardiansyah mengacak rambut anaknya dengan gemas.Keluarga itu tiba di kebun binatang, dan saat mereka berjalan-jalan, Ar
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

97. Kebahagiaan Keluarga

Suatu hari, Ardiansyah mendapat undangan untuk berpartisipasi dalam konferensi bisnis besar di luar negeri. Meskipun dia tahu bahwa ini bisa menjadi peluang besar bagi bisnis mereka, dia juga merasa cemas karena harus meninggalkan keluarganya selama beberapa hari."Apa aku harus pergi?" Ardiansyah bertanya pada Lidya, yang sedang duduk di sampingnya - di sofa."Kalau ini baik untuk bisnis kita, aku mendukungmu, kok." Lidya menjawab dengan tersenyum lembut.Namun Rafael nampak kebingungan, "Apa artinya Papa, akan pergi?" tanyanya memastikan.Rafael seperti tidak ingin berpisah dengan papanya, sebab ia sedang ingin bersenang-senang dengan papanya yang mengajarinya bermain mobil remote."Papa harus pergi ke tempat jauh untuk bisnis kita, Sayang," jawab Lidya dengan lembut - menjelaskan dan menasehati.Rafael memandang kedua orang tua, tapi tatapannya tampak seperti sedang dalam keadaan cemas. Tapi ia sendiri tidak tahu, kenapa ia tidak ingin papanya pergi jauh dan meninggalkan dirinya dal
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

98. Yang Utama

"Aku ingin kembali ke Indonesia secepatnya. Tolong pesan tiket pulang yang paling cepat," ucap Ardiansyah pada asistennya."Baik, Pak Ardiansyah. Saya akan segera memesan tiket secepat mungkin," jawab asistennya dengan sigap.Setelah berbicara dengan Lidya dan merasa khawatir akan kondisi putranya, Ardiansyah langsung merasa bahwa ia harus segera pulang ke Indonesia. Ia langsung menelepon asistennya dan meminta bantuan untuk memesan tiket pulang ke Jakarta secepat mungkin.Meskipun baru beberapa hari di luar negeri, ia merasa tidak kuat untuk meninggalkan keluarganya begitu lama. Apalagi tadi ia mendengar perkataan putranya - menambah keinginannya untuk segera pulang ke rumah.Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya asisten Ardiansyah memberikan kabar bahwa tiket pulang sudah berhasil dipesan."Terima kasih," ucap Ardiansyah yang merasa lega karena tidak perlu menunggu terlalu lama untuk bertemu keluarganya.Kepastian untuk pulang sudah didapatkan, Ardiansyah memutuskan untuk membatal
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

99. Maaf, melupakanmu

Keesokan paginya, Ardiansyah memutuskan untuk mengajak istri dan putranya berkunjung ke kantor pribadinya yang baru-baru ini ia renovasi. Ia ingin menunjukkan pada keluarganya, khususnya pada sang istri, jika keberhasilannya dalam bisnis ada peran Lidya juga. Ia ingin memperlihatkan betapa pentingnya keluarga dalam hidupnya.Ketika tiba di kantor, Ardiansyah membuka pintu masuk dan mengundang keluarganya masuk ke dalam. Ia memperlihatkan semua fasilitas yang tersedia di kantor, dengan bangga menunjukkan setiap ruangan yang nyaman meskipun nantinya ada putranya yang ikut ke kantor."Wow, ini sangat istimewa! keren, Ard!" puji Lidya karena terkesima."Wah, ada tempat mainan!" seru Rafael dengan mata berbinar-binar melihat ruangan kaca yang penuh dengan mainan."Mainannya masih sedikit, sayang. Tapi nantinya pasti akan semakin banyak lagi," ujar Ardiansyah dengan senyum saat melihat wajah anaknya yang bahagia.Padahal, di ruang kaca tersebut sudah penuh dengan banyaknya macam jenis maina
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

100. Buah Cinta

Beberapa saat kemudian, semuanya sudah siap. Setelah mandi dan menyiapkan makan malam, mereka berkumpul untuk menikmati makanan yang tersedia.Mereka duduk di sekitar meja makan yang sudah disiapkan oleh pelayan di ruang makan. Lidya dan Rafael duduk di sebelah Ardiansyah, dengan kakek Hendra duduk di sebelah Rafael. Pemandangan di sekitar ruangan sangat klasik, dengan banyak lukisan kuno di dinding dan perabotan mewah yang terdapat di sekitar ruangan."Apa yang Rafael makan? Apakah Rafael suka?" tanya Kakek Hendra pada cicitnya - Rafael."Umm, semangka, telur dadar dan ayam goreng, eyang. Rasanya enak," jawab Rafael dengan antusias - dengan sesekali mengunyah makanannya."Rafael memang suka makan ayam goreng, Kek," tambah Lidya dengan tersenyum."Aku tahu itu, sayang. Aku juga ingat ketika kamu masih kecil. Kamu selalu meminta ayam goreng ketika makan malam bersama," ujar Kek Hendra dengan senyum hangat.Ardiansyah ikut tertawa, mengingat masa kecil mereka - saat mendengar perkataan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status