All Chapters of Sandiwara Pernikahan Sang CEO : Chapter 111 - Chapter 120
126 Chapters
111. Langkah Berikutnya
Beberapa hari kemudian, detektif tersebut menghubungi Ardiansyah dan memberitahukan hasil dari penyelidikan yang telah dilakukan."Ard, aku berhasil mendapatkan bukti yang kuat bahwa memang Beno-lah yang merencanakan seluruh kasus ini. Termasuk menghilangkan Natali dan membuatnya gila.""Sudah aku duga. Aku memang merasa ada kejanggalan di situ." Ardiansyah mengangguk-anggukkan kepala paham."Kamu bisa mempertimbangkan kasasi, Ard. Semua bukti yang aku kumpulkan cukup untuk membuat Beno digugat dan dituntut secara hukum.""Makasih, ya! Aku akan membicarakannya pada pihak pengacara. Aku tidak akan membiarkan Beno melarikan diri dari hukum lagi." Ardiansyah membulatkan tekadnya.Setelah itu, Ardiansyah memutuskan untuk memperjuangkan kasus ini melalui proses hukum secara resmi. Ia meminta bantuan pengacaranya, dan juga media agar kasus ini bisa menjadi perhatian publik agar tuntutan untuk Beno lebih kuat.Tapi perjuangan ini tentu
Read more
112. Tekanan Media Sosial
"Kamu sudah siap, sayang?" tanya Ardiansyah suatu hari, saat akan memulai kegiatan sosial mereka."Ya, aku siap, Ard. T-api, aku sedikit gugup karena sudah lama tidak tampil di depan orang banyak."Ardiansyah menggenggam tangan istrinya lalu mengusap punggung tangan tersebut dengan lembut. Berusaha memberikan dukungan dan semangat untuk melakukan hal-hal yang positif, dan Ardiansyah akan selalu berada di sisinya.Bersama-sama dengan yayasan kemanusiaan itu, Ardiansyah dan Lidya mulai melakukan kampanye dan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan universitas-universitas tentang tindakan kejahatan yang serupa dengan yang dilakukan oleh Beno dan pentingnya memperjuangkan keadilan bagi korban. Selain itu, Ardiansyah dan Lidya juga membuka wadah pengaduan bagi para korban agar mereka bisa mendapatkan bantuan dan dukungan yang diperlukan.Tidak hanya itu, Ardiansyah dan Lidya juga memutuskan untuk mengunjungi para korban secara langsung dan memberikan dukunga
Read more
113. Spikopat
"Nggak bisa, Mas Beno. Ini melanggar kode etik kerja saya," penjaga itu menggeleng tegas - tidak mau disuap.Beno hanya tertawa sinis, "Mau bagaimana lagi, sih? Kamu ini seorang penjaga yang hanya dihargai untuk menjaga aku di dalam sel ini. Kamu tidak bisa melakukan apa-apa ketika aku ingin kabur. Lagi pula, kamu tidak tahu berapa banyak uang yang aku siapkan untukmu.""Tidak. Aku tetap tidak bisa, mas. Ini salah," bantah sipir tersebut - berusaha bekerja dengan profesional."Baiklah, kalau begitu kamu bisa memanggil sipir lain. Aku yakin akan ada orang yang tertarik untuk membantuku kabur dari sini."Sipir itu terdiam sejenak dan berpikir. Memang, uang yang ditawarkan oleh Beno sangatlah besar, dan dia bisa menggunakan uang itu untuk keperluan keluarganya. Namun, dia juga tidak ingin mengambil risiko yang besar jika sampai ketahuan."Tidak bisalah, mas Beno. Aku tidak ingin mengambil risiko yang besar. Maaf," kata penjaga tersebut sambi
Read more
114. Tertembak
"Hah, kenapa pria gila itu masih hidup?!" geram Ardiansyah mengingat kejahatan demi kejahatan Beno.Saat Ardiansyah sudah hampir putus asa, dia mendapatkan beberapa pesan dari Lidya yang isinya meminta dirinya memenuhi semua permintaan Beno. Ardiansyah tidak percaya bahwa Lidya menyerah begitu saja kepada pelaku kejahatan yang sangat bahaya seperti Beno."Apa-apaan ini, Lidya?" Ardiansyah bingung dan heran.Ardiansyah memutuskan untuk mencari tahu keberadaan Beno, lalu merebut kembali Lidya bersama Rafael dari genggaman pria gila tersebut. Dia bergerak cepat dan mengumpulkan sejumlah informasi dari polisi tentang keberadaan Beno.Polisi yang baru mengetahui jika Beno kabur, airnya langsung bergerak untuk mencarinya. Pihak kepolisian juga menyelidiki lapas tempat Beno ditahan, sebab lalai dan tidak memberikan informasi terkait tahanan yang kabur.Tak lama kemudian, Ardiansyah mendapatkan informasi dari pihak kepolisian yang telah menemukan tempat persembunyian Beno. Dia memutuskan untu
Read more
115. Akhir Kisah Beno
Beberapa hari kemudian, Ardiansyah dan Lidya sampai di kantor pengacara mereka untuk membicarakan persiapan sidang. Mereka bertemu dengan pengacara keluarga Kusuma, yang juga sudah terbiasa menangani kasus mereka yang disebabkan oleh Beno.“Sudah ada keterangan dari pihak kepolisian mengenai kasus ini, Ard. Dan kebetulan, kamu juga sangat diperlukan dalam persidangan ini, terutama sebagai suami dan ayah dari korban langsung,” kata pengacara itu sambil meletakkan kertas di meja.“Tapi, jujur, tiap tersandung kasus dengan pria itu, aku bisa mengatakan bahwa persidangan ini tidak mudah. Kamu tahu sendiri, Beno telah dikenal sebagai orang yang sangat cerdas dan selalu bisa menemukan jalan keluar untuk mengelak dari hukuman. Selain itu, dia juga memiliki beberapa pengacara top yang bekerja untuknya, tapi kamu tenang saja. Aku pasti akan tetap berusaha semaksimal mungkin seperti biasanya," kata pengacara lagi, memberikan penjelasan panjang lebarLidya dan Ardiansyah menjadi semakin khawatir
Read more
116. Dukungan
“Apa yang terjadi pada kakek?” tanya Lidya dengan cemas.“Asistennya mengatakan bahwa kondisinya sangat lemah, dan sedang dalam perjalanan ke rumah sakit,” jawab asisten kakek Hendra.Tanpa berpikir dua kali, Ardiansyah langsung mengambil keputusan untuk pergi ke rumah sakit yang dituju oleh kakek Hendra juga.Ketika mereka tiba di rumah sakit, mereka disambut oleh dokter yang memberitahu bahwa kakek Hendra mengalami serangan jantung yang cukup parah. Apalagi kakek Hendra memang memiliki riwayat jantung menahun."Mohon sign in dulu, biar bagian dalam bisa mengecek kondisi kakek, tentang ruangannya, akan kami siapkan segera setelah itu," kata perawat dengan ramah lalu memberikan buku tamu untuk diisi."Iya, sus. Lakukan yang terbaik untuk kakek saya," ujar Ardiansyah.Lidya dan Ardiansyah sangat khawatir dengan kondisi kakek mereka. Mereka berdoa agar kakek bisa pulih kembali dan kembali ke kegiatan sehari-hari.Beberapa jam kemudian, dokter memberitahu kepada mereka bahwa kakek Hendra
Read more
117. Berita Duka
Tapi kelegaan mereka tidak bertahan lama, sebab kakek Hendra meninggal dunia tanpa tanda-tanda sakit terlebih dahulu. Padahal kesehatan kakek Hendra sedang baik-baiknya. Mereka pun akhirnya berduka cita yang mendalam atas kepergian kakek Hendra, kakek yang sekaligus merangkap menjadi orang tua mereka selama ini.Tangisan Lidya masih tersisa, tidak kuasa untuk menghentikannya sama sekali. Wanita itu merasa kehilangan yang sangat, sama seperti pada saat ia kehilangan ayahnya - dulu."Sayang, para pelayat datang. K-amu, bisa menemani aku?" Ardiansyah mengajak istrinya untuk menemui para pelayat."I-ya, Ard. maaf," ucap Lidya dengan menganggukkan kepalanya - sambil mengelap air mata dan ingusnya.Sekarang, Ardiansyah dan Lidya duduk di ruang tamu rumah kakek Hendra - rumah utama keluarga Kusuma. Ada banyak karangan bunga, juga bunga-bunga segar dan lilin yang menyala. Sejumlah sanak saudara dan kenalan keluarga datang dari berbagai daerah untuk memberikan ucapan bela sungkawa.Suasana yan
Read more
118. Diantara Mereka
Sementara mereka mencari tahu siapa yang mencoba mencuri hadiah warisan dari kakek Hendra untuk mereka, berbagai praduga terus berputar di kepala Ardiansyah. Dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk berpikir ketika ia menyadari bahwa hal ini bisa jadi tidak berakhir dengan baik."Aku tidak tahu siapa yang mencoba merusak hadiah dari kakek. Tapi aku pikir ada orang terdekat yang telah memperhatikan kakek selama ini," ucap Ardiansyah, berpikir bahwa selama ini kakek Hendra tidak pernah berinteraksi secara intens dengan orang-orang, setelah memutuskan untuk tidak berkecimpung di dunia bisnis karena sakit-sakitan."Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang, Ard?" tanya Lidya dengan wajah yang penuh kebingungan."Apakah kita harus melapor ke polisi?" tanyanya lagi.Ardiansyah terdiam dan berpikir sejenak, mencari keputusan yang tepat untuk masalah ini - sebab tidak boleh gegabah dalam keadaan seperti ini."Sepertinya tidak perlu, Lidya. Aku tidak ingin hal ini diselesaikan dengan kekerasan
Read more
119. Lika-liku Kehidupan
"Hm ... aku belum yakin, Lid."Ardiansyah mengambil napas dalam-dalam, mencari jawaban atas pertanyaan istrinya. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam mengambil tindakan sehingga tidak menyakiti orang yang tidak bersalah, apalagi asisten kakeknya itu sudah lama ikut bersama keluarga mereka - menjaga kesehatan kakek Hendra selama ini."Mungkin kita perlu memeriksa kamera pengintai yang tersembunyi di tempat-tempat penting di rumah ini, untuk mencari tahu siapa yang berusaha mencuri dokumen dan mencuri hadiah dari kakek," ujar Ardiansyah setelah memikirkan situasinya."Iya, itu ide bagus, Ard. T-api, bukannya di ruang baca kakek memang tidak ada kamera CCTV?" sahut Lidya dengan wajah tegang.Ardiansyah menghembuskan nafas panjang, lupa jika ruang baca tersebut merupakan ruang pribadi termasuk kamar tidur kakeknya. Jadi, pada saat ada pemasangan kamera CCTV untuk penjagaan pada waktu itu - dari kejahatan Beno, semua kamar tidur dan ruangan yang dianggap privasi memang tidak dipasangi ala
Read more
120. Liburan Asyik
Setelah memanggil suaminya dan anaknya, Dina mengajak mereka untuk berkumpul di ruang makan dan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tapi nyatanya, Lidya masih memikirkan masalah yang belum benar-benar selesai.Saat menyantap makanan, mereka makan dengan lahap tanpa banyak bicara atau pun bicarakan hal-hal yang tidak perlu. Baru setelah selesai menikmati makanan, Lidya bicara dan memberikan usulan setelah Rafael kembali bermain dengan Bu Rahma."Ard, bagaimana kalau kita pergi liburan sejenak saja? Agak jauh dari sini, tapi bukan ke villa. Ini supaya kita bisa menghilangkan rasa cemas dan tegang akhir-akhir ini," ucap Lidya sambil menatap suaminya."Emh, aku setuju, Lid. Kira-kira, kemana kita akan pergi?" tanya Ardiansyah - menanggapi usulan istrinya."Lihat saja nanti, Ard. Yang penting kita mencari tempat yang indah dan tenang untuk keluarga kita," ucap Lidya dengan senyumannya yang lembut."Ok," sahut Ardiansyah ikut tersenyum melihat istrinya yang bahagia.Mereka sepakat unt
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status