All Chapters of Mendadak Jadi Pengantin Pengganti: Chapter 11 - Chapter 20

124 Chapters

11. Bukan Pergi Ke Pantai

Perjalanan berlangsung sekitar dua jam setengah untuk sampai di tempat tujuan. Sebuah mobil mengantar mereka setelah turun dari persawat menuju sebuah hotel yang tentunya sudah dipesan oleh nenek sebagai tempat singgah bulan madu. Sheraton Resort menjadi pilihan yang cocok untuk mereka sebagai pasangan pengantin baru.Disisi lain karena tempatnya yang mewah, Megan juga mengenal siapa pemilik hotel tersebut. Pernah juga ikut bergabung beberapa kali setiap ada perayaan tahunan di hotel tersebut.Sampai di hotel, mereka langsung diantar oleh dua orang Bellboy menuju kamar yang sudah dipesan. Sepanjang berjalan menyusuri Lorong, Jesika tidak berhenti terkagum-kagum dengan horel ini. di depan dia sudah di manjakan dengan pemandangan yang indah, bangunan mewah, lalu masuk ke dalam disambut layaknya seorang tamu special, hingga sampai diantar ke kamar.Jadi seperti inikah menginap di sebuah hotel?Jesika menoleh ke belakang sebelum pintu kamar dengan nomor 106 terbuka. Beberapa pintu berdere
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

12. Cari Tahu Kebenarannya

“Jadi apa kamu sudah menemukan wanitamu yang kabur?”“Belum. Sial! aku hampir gila mencarinya.”“Aku kirim gambar padamu. Sebaiknya kamu melihatnya.”Panggilan masih tersambung, pria itu melihat sebuah pesan gambar yang masuk. Keningnya mulai berkerut ketika melihat seroang Wanita cantik dengan rambut digulung, dengan poni belah samping. Model rambut yang biasa menjadi tren di Korea.Pria itu kembali menempelkan ponsel pada telinganya. “Di mana kamu melihatnya.”“Jalanan dekat pantai kuta. Bukankah sangat mirip?”“Aku matikan telpon dulu. Kita bisara lagi nanti.”Saat panggilan sudah selesai, pria dengan rambut Buzz cut itu menepi menuju sebuah apartemen. Dia berjalan cepat menuju apartemennya yang berada di lantai dua puluh. Hari cukup melelahkan karena pekerjaan kantor sangat banyak.Sampai di dalam apartemnnya, Joseph langsung duduk di sofa dengan punggung bersandar. Dia menyelunjrkan kedua kakinya ke atas sofa, lalu membuka ponselnya lagi.Tatapan mata pada layar yang menyala itu
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

13. Postur Yang Sempurna

“Seharusnya kita segera pindah setelah mendapatkan uang itu, Pa!” decak Sera. “Dia sunggu menakutkan!”Atiqah manarik sang putri dalam pelukannya, sementara matanya menatap sedih bercampr kesal pada sang suami.“Seharusnya kamu mengawasinya lebih ketat supaya dia tidak kabur.”Sanjaya meraup wajah sambil mendesah berat. Bisnisnya mulai berkembang sebenarnya. “Jesika sudah di rumah itu sebelum kabur. Seharusnya pengawal Joseph yang lebih ketat penjagaannya.”“Memang benar, tapi kalau sudah begini, kita yang repot juga. Dia sampai mengancam akan membawa Sera.”Sanjaya meraup kasar wajahnya yang kusam. “Besok kita pindah. Toh sekarang bisnis kita sudah mulai berkembang. kita tidak akan lagi kekurangan. Kalian tenang saja.”Sanjaya berlalu meninggalkan sang istri dan putrinya yang masih berada di dalam kamar. Melihat ponselnya yang tergeletak di atas meja berlaci, Sanjaya mendekat ke sana. Dia ingat kalau Joseph mengirimkan sesuatu di sana,Sebelum duduk, Sanjaya mengambil kaca mata lebih
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

14. Badan Yang Ringan (Nyfi)

Dia tidak sungguh tidur di sampingku, kan?Jesika masih tidur seperti posisi semula. Niatnya akan beranjak ketika Antonio berada di dalam kamar mandi, tapi siapa sangka kalau pria itu bahkan tidak ada dua menit di dalam sana. Terpaksa Jesika yang sudah membuka mata, kembali mengatupkannya pura-pura tidur lagi.Samar-samar Jesika mendengar suara tapak kaki semakin mendekat. Jantung yang semula berdetak teratur, mendadak bergejolak lebih cepat.Apa dia datang ke sini?Antonio berdiri tepat di hadapan Jesika hanya dengan terhalang sofa panjang tanpa sandaran. Kening Antonio terlihat berkerut. Kepala miring, dia mengamati Jesika yang masih terlelap.Antonio mendesah berat lalu melempar handuk ke sembarang tempat. Dia paling malas melihat orang tidur tanpa posisi yang semenstinya. Kalau bukan karena rasa kantuk yang amat sangat, Antonio enggan sekali mengangkat tubuh Jesika—memindahkan—ke sebelah atas bahkan sampai menatakan bantal.“Apa kamu jarang makan? Kenapa ringan sekali,” seloroh An
last updateLast Updated : 2023-12-15
Read more

15. Boneka Pikachu

Jesika meminta berjalan saja untuk sampai di pantai. Jaraknya terlihat jelas jika terlihat dari kamar hotel, tapi kalau dilalui dengan jalan kaki cukup jauh sekitar ratusan meter. Tian sudah menawarkan untuk mengendarai mobil saja, tapi Jesika menolaknya. Sepertinya berjalan menyusuri trotoar sambil melihat-lihat area sekitar menjadi lebih seru, toh tidak akan melelahkan.Wajah Jesika sangat sumringah bahkan hampir setiap orang yang berpapasan dengannya diberi senyuman merekah. Menganggukan kepala, juga sempat lambai telapak tangan.Sementara di belakang, Tian yang sedari tadi mengikuti diam-diam mulai merekam. Entah sudah medapatkan durasi berapa, tapi sepertinya cukup panjang karena dimulai dari ketika mendekati jalanan yang penuh dengan bunga dan pepohonan.“Ya Tuhan! Apa itu?” Jesika melihat sebuah toko aksesoris di sebelah kiri. “Ayo ke sana sebentar!” ajak Jesika pada Tian.Tian menurut saja.Jesika masuk ke dalam melenggak penuh kagum seperti anak kecil di diajak berbelanja ole
last updateLast Updated : 2023-12-15
Read more

16. Belanjaan Yang Banyak

Tian membukakan pintu cukup lebar, lantas mempersilahkan Jesika masuk lebih dulu. Melihat kamar yang kosong, kening Jesika tampak berkerut. “Apa Tuan Antonio sedang pergi?” “Ya. Tuan pergi menemui temannya.” Jesika manggut-manggut. Cukup menyenangkan tidak ada Antonio di sini. Senyum bibir pun terlihat merekah sambil menatap boneka pikachu dan dua paper bag yang di bawa Tian. “Ini, Nona.” “Oke, terima kasih.” Jesika menerima belanjaannya lalu masuk ke dalam usai pintu ditutup. Senyumnya masih mengembang girang, lalu tanpa pergi mandi atau membersihkan diri lebih dulu, Jesika duduk dan mulai membongkar belanjaannya. Kedua kaki terangkat lalu duduk terlipat. Dia menuang satu paper bag hingga beberapa aksesoris seperti bando, gelang dan juga ikat rambut berjatuhan di atas sofa. “Astaga! ini sangat lucu-lucu sekali!” bibir sampai monyong menggoyangkan pundak betapa gemasnya dengan beberapa barang yang ia beli. Entah kapan Jesika terakhir kali memakai aksesoris Wanita. Dia punya, t
last updateLast Updated : 2023-12-16
Read more

17. Punggung Mulus

Jesika baru selesai mandi. Udara tidak terlalu dingin di sini, meski ac menyala. Mungkin bulan ini sedang musim panas, Jesika tidak terlalu mengerti hal itu. Masih mengenakan jubah handuk, Jesika berjalan menuju kopernya. Antonio belum pulang, setidaknya cukup santai untuk berganti pakaian. “Apa hanya ini yang ada di koperku?” decak Jesika ketika menemukan sebuah piama yang kesekian kalinya. Ini bukan hanya sekedar piama, tapi lebih tepatnya pakaian dinas malam seperti yang orang katakana. Modelnya tidak terlalu terbuka di bagian dada karena memiliki lengan sampai bawah pundak. Panjangnya juga pas selutut, tidak begitu menerawang. Namun, satu hal yang cukup membuat risih yaitu, bagian punggung yang terbuka dengan hiasan tali menyilang. Bagian terbuka itu bahkan hampir sampai ke pinggang. “Kenapa modelnya seperti ini semua, sih!” protes Jesika lagi. “Nenek sengaja, kah?” Ya, yang berkemas kemarin bukanlah Jesika sendiri melainkan Megan. Wanita tua berambut putih itu yang dengan seng
last updateLast Updated : 2023-12-17
Read more

18. Bayangan Masa Lalu

Selepas mandi, Jesika tidak menemukan keberadaan Antonio di kamar. Pria itu menghilang entah kemana tanpa berpamitan.“Aku harus apa sekarang?”Jesika bengong sambil mencoba memikirkan sesuatu. Menit berikutnya setelah pantat mendarat pada sofa yang menghadap pada layar tv lebar, Jesika teringat kalau dia belum menyentuh ponsel lagi sejak kemarin diberi oleh Antonio.Jesika menoleh ke belakang, lalu mengedarkan pandangan. “Di mana ya aku meletakkan ponselnya?”Jesika akhirnya beranjak karena teringat kalau ponselnya masih di dalam kardusnya. Jesika menuju tas jinjing yang kemarin ia bawa. Di sana ada beberapa keperluannya seperti pasta gigi dan sabun mandi.“Astaga! aku belum menyiapkan sabun mandi!” pekik Jesika tiba-tiba ketika tangannya yang merogog tas menemukan sabun Batangan.Dia buru-buru mengambilnya, lalu meletakkan di rak kamar mandi. Jesika keluar dari sana, dengan wajah terheran-heran.“Kenapa ya, kok dia harus ganti sabun setiap mandi? Kenapa tidak pakai sabun botolan saj
last updateLast Updated : 2023-12-17
Read more

19. Sebuah Trauma

Jesika jatuh terduduk di tepi ranjang. Dia terbengong memikirkan hal tadi. Ada rasa bersalah, tapi juga penasaran. Ketika tatapannya mengarah pada pinty, khawatir, takut semakin terasa. Jesika benar-benar lupa tentang pembalutnya yang ia lepas sebelum mandi.“Apa dia benar-benar marah padaku?” gumam Jesika was-was. Entah keberapa kali dia menggigit bibir dan memilin-milin jemarinya.Rasa semakin gelisah ketika sudah dua jam lebih pria itu belum muncul kembali. Jesika menggenggam tangannya sendiri di depan dada, mondar-mandir seperti orang bingung.Mendengar ketukan pintu, Jesika langsung terkesiap. Dia berlari kecil menuju pintu dan segera membukanya. Mulutnya yang terbuka hampir menyebutkan nama Antonio, tapi nyatanya yang datang Tian.“Maaf, Nona. Ini makan malam untuk Nona.”“Oh … oke, terimakasih.”Jesika tersenyum lantas menerima bungkusan tersebut yang berisi sekotak makan malam. Ada raut wajah kecewa di sana. Meski rasa takut masih jelas ada, tapi entah kenap Jesika tetap menun
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more

20. Aku Minta Maaf

Menjadi orang yang tidak tegaan dengan suatu keadaan itu terkadang melelahkan. Selain mudah memaafkan, biasanya akan lebih mudah dipengarui hanya dengan kata ‘maaf’.Setelah diperiksa oleh dokter, Antonio langsung terlelap. Entah apa yang dokter suntikkan tapi sepertinya membuat Antonio tertidur pulas. Entah bahaya atau tidak, tapi dokter lebih tahu segalanya.Antonio tampak panik tadi, dia juga sempat menjerit sampai membuat Jesika terdorong—tersungkur—jatuh ke lantai. Mungkin itu sebabnya dokter menyuntikkan sesuatu.“Apa dia baik-baik saja, Dok?” tanya Jesika khawatir.“Tidak-apa. Tuan Antonio hanya merasa panik karena sesuatu yang membuat dirinya merasa trauma muncul lagi.” Dokter itu menebak dengan benar. “Saya tidak memberinya resep obat apapun. Nanti setelah siuman, kemungkinan besar perasaannya sudah membaik.”Jesika mengangguk lalu mendekat lebih ke ranjang, sementara Tian yang mengantar dokter ke luar. Jesika jadi merasa tidak enak sekarang. dia hanya tidak sengaja meninggal
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status