“Tuan Emrys, Tuan memanggilku?”Ky masuk ke dalam ruangan Emrys setelah dia menerima panggilan dari Emrys. Emrys duduk di kursinya, membelakangi Ky sambil memeriksa beberapa lembar dokumen. Ky menunggu. Tidak pernah Emrys mengabaikannya seperti ini, namun dia berusaha tetap tenang.“Katakan, apa alasanmu!”Emrys memutar tubuhnya. Setelah memperbaiki posisi kaca mata yang menggantung di hidungnya, dia meletakkan kedua siku tangannya di atas meja sambil menatap Ky tajam.Jantung Ky langsung memompa lebih cepat. Dia gemetar karena sudah mengerti arah pembicaraan Emrys.“Bukankah aku memintamu untuk menghabisinya? Kenapa kamu membiarkannya hidup?” tanya Emrys lagi, lembut, namun terkesan mengintimidasi.Ky langsung berlutut. “Maafkan aku Tuan Emrys.”“Aku tidak memintamu minta maaf,” Emrys berdiri, melepas kancing jasnya dan berjalan mendekati Ky. “Aku bertanya apa alasanmu membiarkan wanita itu tetap hidup.”“Aku tidak bisa membunuhnya, Tuan,” sahut Ky.“Kenapa?” Emrys pindah duduk di so
Read more