Home / CEO / Istri Mungil Sang Penguasa / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Mungil Sang Penguasa: Chapter 11 - Chapter 20

150 Chapters

Aku Menyerah

Seperti binatang, Valerie dijorokkan begitu saja ke atas tumpukan daun-daun kering. Valerie berusaha bangkit, namun rambutnya ditarik dan dijambak dengan kuat hingga dia merasa jika kulitnya akan terkelupas. Setelah itu dia kembali dilempar dan wajahnya mengenai batang kayu kering yang melintang tepat di dekatnya.Tetesan darah mulai mengalir dari luka goresan akibat wajahnya terkena batang kayu. Valerie nyaris tidak bisa merasakan apa pun di area wajahnya. Semua rasa sakit itu seperti menyatu dengan harapan Valerie yang mulai pupus dan membuatnya mati rasa.Valerie kembali berusaha bangkit ditengah-tengah tawa menghina yang berkumandang. Air mata Valerie tumpah, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Dia merangkak menjauhi mereka namun rambutnya kembali ditarik kencang.“Ikat dia!” Perintah Cassiel.Dua orang yang selalu berada di dekat Cassiel menyeret Valerie dengan menjambak rambutnya menuju sebuah batang pohon yang terletak di tengah lokasi tersebut. Valerie hanya bisa memegangi rambut
Read more

Bertahanlah, Aku Datang

Mata Valerie menatap nyalang langit malam di atasnya. Sepi, gelap. Tidak ada bulan, tidak ada bintang di atas sana. Malam benar-benar menunjukkan identitas aslinya saat ini sebagai penguasa kegelapan.Gerimis mulai turun, semakin lama semakin deras. Saat tetesan demi tetesan air hujan itu mengenai kulit tubuh Valerie, dia tidak merasakan apa pun. Seharusnya dia mengigil kedinginan, namun sepertinya tubuhnya sudah tidak bisa merasakan apa pun.Dia sudah mati rasa.Air mata mengalir dari sudut mata Valerie, mengalir terus menyusuri wajahnya hingga ke lehernya. Dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi saat dua orang brengsek itu mencium dan menjilati tubuh Valerie dengan liar.Tubuh John menjulang di atas Valerie bagaikan raksasa jahat yang liar dan penuh hasrat. Tangan Valerie mengepal kuat. Matanya terus menatap lurus ke atas langit malam tanpa mengatakan apa pun. Hingga...Dor...Tiba-tiba Valerie mendengar dua buah bunyi tembakan yang memekakkan telinganya. Untuk beberapa detik Valerie
Read more

Nyaris Mati

“Dokter Frans.” Emrys mendekati Dokter Frans. “Tolong lakukan yang terbaik. Aku akan pergi sebentar. Ingat, tidak ada satu orang pun yang boleh masuk ke ruangan ini sebelum gadis ini dibersihkan luka-lukanya dan berpakaian dengan layak. Akan ku minta seseorang mengantarkan pakaian bersih ke sini. Ingat. Siapa pun tidak boleh masuk, sekalipun dia Isabelle.” Tegas Emrys.“Baik Tuan Emrys.”Ketika Emrys membuka pintu, Isabelle langsung berusaha merangsek masuk namun dengan lembut Emrys menahannya. Dia menutup pintu dan segera terdengar bunyi klik dari dalam pertanda pintunya kembali dikunci.“Apakah sangat parah?” Isabelle menatap Emrys dengan air mata yang menggenang.Emrys mendesah lalu perlahan mengangguk. Isabelle menangis tersedu-sedu, tubuhnya semakin lama semakin menunduk hingga dia terkulai di lantai. Tangisannya terdengar hingga ke kamar pribadi grandpa yang menyebabkannya keluar dari kamar.“Ada apa, Emrys?”Grandpa berseru dari lantai bawah. Emrys segera membantu Isabelle berd
Read more

Ide Bagus

Setelah berdebat dengan Dokter Frans, akhirnya Isabelle memilih mengalah. Dia tidak diperbolehkan masuk bahkan untuk menyerahkan pakaian pada Valerie. Dokter Frans hanya menjulurkan tangannya lewat celah pintu yang dibukanya sedikit.Bersama Zach, dia terus menunggu di depan kamar tamu. Sesekali Isabelle kembali mengetuk pintu namun tidak ada sahutan dari dalam sana. Isabelle sudah meminta Grandpa kembali tidur dan berjanji akan menjaga Valerie hingga dia sadar.Keduanya duduk jongkok di depan pintu kamar tamu. Sambil sesekali menengok jam tangannya, Isabelle terus mengucapkan harapan untuk Valerie agar sgera bangun. Hingga Dokter Frans akhirnya membuka pintu, keduanya langsung merangsek masuk.Langkah Isabelle langsung tertahan bahkan sebelum dia tiba di dekat tempat tidur Valerie. Dia menutup mulutnya melihat dari kejauhan kondisi wajahnya yang hampir semua ditutupi oleh perban. Di bagian tangannya juga terdapat beberapa balutan sementara tubuh dan kakinya sudah ditutupi selimut hin
Read more

Permintaan Grandpa

Emrys berjalan tertatih sementara di sampingnya Ky terus mendampinginya. Tampaknya luka Ky tidak terlalu parah karena dia mendarat ke atas tumpukan daun-daun yang mengering. Emrys berhenti. Dia melihat darah terus mengalir dari paha kirinya dan juga lengannya. Sambil menahan rasa sakitnya, dia duduk menyandarkan tubuhnya di sebuah pohon.“Tuan, kita harus ke rumah sakit.”Emrys menggeleng. Dia menelan ludahnya, menatap Ky dengan nafas terengah.“Bagaimana dengan orang-orang kita?”“Ada sekitar sepuluh orang yang mengalami luka serius dan sisanya hanya mengalami luka ringan. Tidak ada korban jiwa dari pihak kita, Tuan.”“Baguslah.” Emrys menelan ludahnya dengan susah payah. “Bawa aku ke rumah Dokter Frans saja. Aku tidak akan ke rumah sakit.”*“Grandpa.”Isabelle terkejut saat menyadari Grandpa sudah ada di dalam kamar tamu tempat Valerie dirawat. Dia ketiduran di samping Valerie karena dia berniat menjaga selang infus yang menetes ke tubuh Valerie. Namun siapa yang menyangka, bahkan
Read more

Dilema

“Grandpa, bagaimana bisa Grandpa punya rencana seperti itu?”Setelah mendengar kabar dari Ky, Emrys langsung menyusul ke rumah. Namun dia tidak tahu jika Grandpa dan Isabelle sudah membawa Valerie ke rumah sakit. Akibatnya dia memutar haluan menuju rumah sakit untuk segera menanyakan kabar yang disampaikan Ky padanya.Emrys berdiri di hadapan Grandpa yang duduk menggenggam tongkatnya saat melayangkan protesnya. Isabelle juga turut di ruangan itu. Dia hanya diam di sisi ranjang tempat Valerie dirawat sembari diam-diam mendengarkan percakapan Grandpa dan Emrys.Kakaknya itu terlihat frustasi, bingung dan marah. Tapi Isabelle tahu persis Emrys tidak akan pernah menang melawan Grandpa. Walaupun dia tidak mau, jelas pernikahan ini akan berlangsung. Karena apa yang sudah direncanakan Grandpa tidak boleh digagalkan oleh siapa pun.“Jangan berisik. Valerie baru saja menjalani operasi dan dia butuh suasana yang tenang.” sahut Grandpa, sama sekali tidak menggubris protes Emrys.“Apa Grandpa tah
Read more

Aku Bersedia Menikahinya

[Jauh di dalam hatiku, ada sebuah luka yang tidak bisa ku gambarkan. Luka itu ku bawa sepanjang usiaku dan tak kunjung sembuh, tidak peduli apa yang kulakukan. Dia seperti hantu yang merasukiku setiap detik.Aku berjuang setiap hari, mencoba mencari hidupku di dalam gelapnya malam. Masa laluku menagih janji kebahagiaan yang tak kunjung bisa ku berikan padanya dan diriku sendiri. Setiap detik terasa sangat menyakitkan, dan setiap langkah terasa tidak berarti.Haruskah harapanku ku kubur dalam-dalam? Seperti masa lalu yang meninggalkan jejaknya dalam memoriku, haruskah aku berhenti?Apakah masa depan itu sungguh tidak nyata?]Valerie memejamkan matanya seiring dengan air mata yang jatuh menyusuri wajahnya. Setelah sadar, dia terus menerus menangis tanpa henti. Tidak peduli siapa yang membujuknya, Valerie tidak ingin berhenti. Dia hanya ingin terus menangis bahkan hingga air matanya tak lagi mengalir.Dia meremas kertas di tangannya yang sudah dia tulis. Terbiasa melampiaskan semua emosi
Read more

Ayo Menikah

[Aku menghabiskan waktuku untuk memikirkan tentang kematian. Tentang siapa yang akan menangisiku, tentang musik apa yang akan ku pilih untuk dilagukan, tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitarku untuk melangkah dan melupakanku.Aku bukan siapa-siapa, hanya setangkai bunga liar yang hampir mati. aku bukan siapa-siapa, hanya seekor burung kecil yang patah sayapnya.Seharusnya tidak ada orang yang kehilanganku dan menangis untukku karena sesungguhnya aku tidak pernah hidup dalam hati dan pikiran mereka.]Selama tiga hari dirawat di rumah sakit, Valerie masih menolak siapa pun yang berniat mengunjunginya. Bahkan kemarin Isabelle menangis di balik pintu, mengetuk pintu ruangannya sembari memanggil namanya. Namun mulut Valerie serasa dikunci dan dia tidak berniat sama sekali untuk menyahut.Perban di wajahnya sudah dibuka, hanya menyisakan sedikit di area rahangnya. Valerie melirik jam di dinding. Jarum jam sudah menunjukkan angka empat sore dan seharusnya seben
Read more

Tawaran Pernikahan

Menikah itu seharusnya dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai. Mereka mengikat janji untuk sehidup semati, dan tidak akan berpisah kecuali kematian datang menagih kewajibannya. Namun apa rasanya jika menikah terjadi pada dua orang yang sama sekali tidak saling mengenal, tidak saling memahami apalagi saling mencintai?Valerie menggeleng. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan dan diinginkan oleh orang lain. Dia tahu, Emrys punya alasannya sendiri kenapa dia menawarkan diri untuk menikahinya. Seharusnya itu menyangkut apa yang terjadi pada diri Valerie beberapa hari yang lalu.“Kamu tidak mau?” Emrys menatapnya.“Apa alasanmu menikahiku tiba-tiba?”Hening.“Jika kamu ingin membalas budi lalu memilih menikah denganku, maaf. Aku tidak bisa menerimanya.”“Hanya ini satu-satunya cara.” Emrys mendekatkan dirinya pada Valerie. “Cassiel menghilang entah kemana. Seharusnya saat ini dia sedang menyusun taktik lain untuk menyakitimu, terlebih saat dia tahu aku peduli pad
Read more

Kontrak Pernikahan

“Champagne?”Zach membawakan dua gelas berisi champagne dan menawarkannya pada Valerie. Gadis itu tersenyum, lalu meraih gelas dari Zach. “Thanks.” sahut Valerie pendek.Malam terlihat sangat indah dipenuhi oleh ribuan bintang. Bulan sabit juga terlihat sangat menawan, begitu pula dengan pemandangan yang ada disekitar Valerie saat ini.“Kamu terlihat cantik.”Valerie menatap dirinya sendiri, lalu mengangguk membenarkan. Gaun putih selutut yang melekat ditubuhnya memang membuat penampilannya sangat menawan dan Valerie pun setuju jika dia tampil cantik malam ini. Setelah menerima pemberkatan janji nikah tadi siang, keluarga Lysander menggelar resepsi kecil-kecilan yang hanya dihadiri oleh beberapa tamu penting mereka.Valerie hanya diwakili oleh Lissa karena dia pun tidak tahu keluarganya yang lain selain Ibunya itu. Dari kejauhan dia melihat Lissa tengah bicara dengan Emrys berdua, entah membicarakan apa.“Kamu baik-baik saja?”Valeri terpaksa mengalihkan tatapannya dari Lissa dan Emry
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status