Home / CEO / Tiga Bayi Sang Mafia / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Tiga Bayi Sang Mafia: Chapter 151 - Chapter 160

309 Chapters

Bab 151. Istri Gue Ini

Cakra dan Alena tidak berbalik, keduanya menunggu orang yang memanggil Cakra berdiri tepat di depan mereka. "Tuan Cakra, saya mau bicara. Maaf kalau saya menganggu waktunya. Saya hanya katakan kalau ini salah paham, jangan marah kepada istri Anda, saya baik-baik saja," ucap orang tersebut yang tidak lain adalah Maria. Alena yang melihat Maria muncul di depannya dan mengatakan hal itu menaikkan alisnya, dia tidak menyangka kalau wanita ini mengatakan hal itu. Dan sudah dipastikan kalau dia benar-benar membuat Alena kesal. "Permisi, Anda katakan apa tadi? Saya kurang dengar, Anda katakan kalau suami saya jangan marah pada saya? Wah, luar biasa sekali perhatian Anda dengan saya. Tapi, maaf suami saya ini tidak akan marah kepada saya karena suami saya ini sangat mencintai saya, benar begitu, Sayang?" tanya Alena yang bergelayutan manja dengan Cakra. Cakra menganggukkan kepala membenarkan apa yang dikatakan oleh Alena. "Maaf, Anda siapa yang membuat kegaduhan dengan istri saya ini. An
Read more

Bab 152. Bukan Aku Pelakunya

Arvin mengakhiri panggilan telponnya dan menyimpan ponselnya di saku. Arvin menoleh ke arah asisten sahabat bosnya dan memberikan kode kepadanya. Cakra tidak banyak bicara dirinya hanya diam dan sabar karena ada Alena di dekatnya. Sesampainya di rumah Cakra segera ke ruangan kerja dan bersama dengan sahabatnya. "Apa yang terjadi?" tanya Cakra kepada Arvin. "Dia sudah tertangkap, bos," jawab Arvin yang membuat Cakra tersenyum. Akhirnya dia bisa mendapatkan pria yang sedari tadi dia tunggu. Beno, Malik dan Pasha juga Luna juga tidak menyangka bisa menemukan pria yang dikatakan oleh mata-mata tersebut. "Hebat sekali, kapan kita ke sana?" tanya Beno yang sudah tidak sabar untuk menghajar mata-mata yang tertangkap oleh pengawal bayangan Cakra."Ya sekarang, kita ke sana. Kalau bisa kita buat desek mengaku dan selesaikan dengan mafia itu, jangan menunggu lama," jawab Luna. "Benar apa yang Luna katakan, lebih baik kita kerjakan sekarang, tidak perlu menunggu lama. Lagipula kita harus
Read more

Bab 153. Serahkan Nuklir Itu

Pria yang ditangkap oleh orang tersebut terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Luna. Luna memicingkan mata melihat reaksi dari pria yang saat ini terdiam. "Serahkan nuklir itu," ucap pria tersebut yang meminta kepada mereka semuanya untuk menyerahkan nuklir. Mendengar perkataan dari pria yang dia pukul meminta nuklir membuat Cakra tersenyum, dia tidak menyangka pria ini berani meminta kepada dirinya untuk menyerahkan nuklir. "Haha, minta nuklir katamu? Jangan mimpi kamu, sejak kapan nuklir itu ada pada kami," ujar Beno yang berdusta mengatakan nuklir tersebut tidak ada dengan mereka. Pria yang mendengar jika nuklir yang diincar oleh bosnya tidak ada bersama dengan mereka membuat anak buah klan Taira berdecih. "Jangan berbohong, kalian pasti berdusta karena bosku percaya dia yang menyimpannya. Siapa kalian? Dan kenapa kalian menangkapku? Apa hubungannya dia dengan kalian?" tanya anak buah Taira kepada Cakra dan sahabatnya. Cakra mendekati anak buah Taira dan mengangkat tangan
Read more

Bab 154. Desahan Nikmat

"Jangan lakukan ini padaku. Kau sudah berjanji tidak melakukan ini. Kita punya perjanjian, tidak ada kontak fisik diantara kita, tapi kenapa kamu lakukan ini padaku, kenapa kamu lakukan, ahh!" Suara desahan nikmat keluar dari mulut Maria. Maria tidak bisa menahan nikmat yang diberikan mafia tersebut. Taira memberikan rangsangan kepada Maria dengan penuh kenikmatan dan permainan dari mafia Taira mampu membuat Maria merasakan gejolak yang membara. "Bagaimana? Apakah nikmat? Tentu saja nikmat, aku bisa melihat wajahmu itu yang merem melek. Maria, Maria! Kamu itu munafik, tidak mau tapi kamu menikmati permainan yang aku berikan, sekarang, aku akan tunjukan bahwa aku mampu membuatmu melayang," ucap Ketua mafia Taira. Klan mafia tersebut mulai bermain di titik sensitif milik Maria. Sesapan yang diberikan oleh mafia itu mampu membuat Maria bergelinjang. Suara laknat lolos dari mulut Maria. "Su-sudah jangan lagi, uhh! Cu-cukup!" Maria terus berusaha untuk memulihkan dirinya agar tidak me
Read more

Bab 155. Balaskan Dendamku

"You pun aneh kenapa juga malam-malam seperti ini you bangunkan si maniak itu. Ada apa you bangunkan i dan kita baru saja tiba di rumah, i baru juga merenggangkan diri i agar punggung I tidak kaku, tapi you malah bangunkan I, apa you semua tidak mau berduaan dengan istri you itu? Menyebalkan sekali punya suami seperti you," ucap Luna yang kesal dengan sahabatnya ini. Dia baru saja terlelap eh dibangunkan oleh mereka. Malik, Pasha dan Beno tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Luna. "Mau bagaimana lagi, ini darurat. Mana si bayi besar Alena tidak juga muncul, padahal sudah aku telpon, apa kita ketuk saja. Ini darurat sekali, anak buah klan Taira sudah menyerang dan sekarang anak buah kami sudah melakukan serangan balik, mereka tau tempat penyimpanan nuklir itu, makanya gue mau kita semua pergi ke sana," ucap Beno yang sedari tadi cemas karena dia tidak bisa menghubungi Cakra yang masih bermain dengan panas di ranjang tanpa peduli dengan sahabatnya yang panik. "Lo telpon saja
Read more

Bab 156. Balaskan Dendamku 2

Serangan tidak terelakkan lagi, suara ledakan terdengar cukup kencang tidak ada yang mengalah semuanya menunjukkan kekuatan mereka masing-masing. "Kalian tidak akan menang melawanku, kalian akan aku habisi," ucap klan Taira yang menembak Cakra bertubi-tubi. "Cakra, kenapa kita tidak memakai nuklir itu saja, lihat itu, anak buah lo jadi pengkhianat. Pantas saja kalau markas kita diketahui oleh musuh," ujar Beno yang terus menerus menembak anak buah Cakra yang berkhianat itu. "Jangan, kita masih di sini. Kalau kita gunakan nuklir bisa hancur lebur kita di sini," jawab Malik yang tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Beno. Beno menghela napas, dirinya menyadari kalau nuklir tidak mungkin mereka nyalakan karena mereka masih di tempat yang sama. Beno pun membidik pengkhianat yang sedari tadi dia incar dan peluru langsung mengenai dada anak buah Cakra dan langsung meninggal. "Haha, kena lo. Gue sudah muak dengan lo, nggak tau diri, harusnya lo kerja di majikan lo dengan baik, in
Read more

Bab 157. Bersama Selalu

"Jangan main tebak-tebakkan lo, nanti yang ada kita cepat pikun karena menebak apa yang lo katakan," omel Beno. "Ya nggak lah, gue nggak akan buat markas ekstrim, gue akan buat rumah untuk anak gue, agar dia bisa tinggal di sana," jawab Cakra yang mengatakan kalau dia akan membangun rumah untuk anak-anak kembarnya. "Lebih baik, you jangan buatkan desek rumah, karena i yakin kalau desek bisa membangun rumah desek sendiri kalau sudah menikah. Desek pria sejati jadi desek akan mampu membuatnya. Apalagi desek kerja dengan you meneruskan perusahaan yang you miliki ataupun desek mendirikan perusahaan sendiri dan tentu saja desek akan tidak mengurus perusahaannya, jadi lebih baik you bahagia emaknya saja, bukan berarti tidak boleh membahagiakan anak you," jawab Luna yang di anggukkan oleh Beno, Malik dan Pasha. Mendengar perkataan dari Luna, Cakra tersenyum. Sekarang, sudah tidak ada musuh lagi. Inilah saatnya dia pensiun dan menghabiskan waktu dengan Alena. Mobil terus melaju menuju ru
Read more

Bab 158. Kaulah Segalanya

Mendengar pertanyaan dari orang tersebut membuat Luna membolakan matanya. "You, kenapa bisa muncul di sini. Apa you sudah mendapatkan wanita pengganti istri you?" tanya Luna. Orang yang bertanya tadi adalah Tuan Rosario. Selama beberapa hari Tuan Rosario tidak ke rumah karena banyak pekerjaan jadi baru hari ini dia ke sini bersama anak buahnya yang menjadi teman Luna. "Ck, jangan sembarangan kamu. Sejak kapan saya mencari pengganti istri saya. Kamu jangan ngaco, lebih baik kamu diam. Mana anak itu?" tanya Tuan Rosario yang duduk di sebelah Beno. "Biasa om, lagi enak-enak dia," jawab Beno. "Desek yang tidak enak-enak karena desek pulang malam jadi desek tidak dikasih seperti anak you dapatkan," jawba Luna. Tuan Rosario tertawa mendengar perkataan dari Luna. "Haha, makanya kalian pulang jangan malam-malam, subuh aja sekalian. Jadi, bagaimana?" tanya Tuan Rosario. "Apanya om yang bagaimana?" tanya Pasha. "Kalian lupa atau pura-pura lupa. Bukannya kalian bertarung ya, kalau iya si
Read more

S2 Bab 1. Kamu Yakin

"Aku hamil," jawab Alena yang membuat Cakra terdiam. Raut wajahnya berubah bola matanya bergerak ke sana kemari. Cakra tidak percaya dengan apa yang terjadi. Alena yang melihat reaksi dari Cakra tidak bahagia melepaskan tangannya. Wajahnya mulai mendung dan sudah dipastikan kalau Cakra tidak suka kalau dia hamil itulah yang dipikirkan oleh Alena saat ini. Alena mundur ke belakang dan air matanya yang berada di pelupuk mata mulai luruh. Cakra yang melihat Alena menangis seketika tersentak. "Sial, apa yang aku pikirkan ini, kenapa aku malah terdiam. Tidak, Alena tidak boleh menganggap aku tidak senang dengan kehamilan dia," gumam Cakra yang langsung mendekati Alena. Alena yang melihat Cakra mendekati dirinya, Alena dengan cepat melangkahkan kaki untuk menjauh. Melihat Alena menjauh darinya, Cakra dengan sigap menangkap tangan Alena dan menariknya dalam pelukkan. Alena yang masuk dalam pelukkan Cakra segera memeluk pria tampan itu dan dirinya langsung menangis. "Kamu jahat, sangat ja
Read more

S2 Bab 2. Aku Bukan Pangeranmu

Kenzi mendengar dengan seksama tidak menjawab sampai orang yang menghubunginya berhenti bicara. "Baik, saya akan ke sana. Pantau terus jangan sampai mereka menyerang kita dan jangan sampai ketahuan, kamu mengerti?" tanya Kenzi dengan suara khasnya. Kenzi mendengar jawaban dari anak buahnya mengatakan iya. "Bagus, tunggu saya dan yang lainnya," jawab Kenzi yang mengakhiri panggilan telpon. Kiano dan Kenzo mendekati Kenzi abang mereka. "Apa ada yang penyusup, kakak?" tanya Kenzo dengan serius. "Tapi, semuanya aman kakak. Aku sudah seleksi siapa saja yang akan menjadi pengawal kita, Dio, Mike sudah ketat pemilihan pengawal kita di setiap markas tidak mungkin ada penyusup," jawab Kiano yang tidak habis pikir jika ada penyusup di markas milik mereka. "Apa aku ada katakan ada penyusup? Tidak bukan? Sekarang lakukan tugas kalian dan kamu cepat beli minyak wangiku," titah Kenzi yang segera melangkahkan kaki meninggalkan kedua kembarannya. Keduanya melongoh mendengar apa yang dikatakan
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
31
DMCA.com Protection Status