Serangan tidak terelakkan lagi, suara ledakan terdengar cukup kencang tidak ada yang mengalah semuanya menunjukkan kekuatan mereka masing-masing. "Kalian tidak akan menang melawanku, kalian akan aku habisi," ucap klan Taira yang menembak Cakra bertubi-tubi. "Cakra, kenapa kita tidak memakai nuklir itu saja, lihat itu, anak buah lo jadi pengkhianat. Pantas saja kalau markas kita diketahui oleh musuh," ujar Beno yang terus menerus menembak anak buah Cakra yang berkhianat itu. "Jangan, kita masih di sini. Kalau kita gunakan nuklir bisa hancur lebur kita di sini," jawab Malik yang tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Beno. Beno menghela napas, dirinya menyadari kalau nuklir tidak mungkin mereka nyalakan karena mereka masih di tempat yang sama. Beno pun membidik pengkhianat yang sedari tadi dia incar dan peluru langsung mengenai dada anak buah Cakra dan langsung meninggal. "Haha, kena lo. Gue sudah muak dengan lo, nggak tau diri, harusnya lo kerja di majikan lo dengan baik, in
"Jangan main tebak-tebakkan lo, nanti yang ada kita cepat pikun karena menebak apa yang lo katakan," omel Beno. "Ya nggak lah, gue nggak akan buat markas ekstrim, gue akan buat rumah untuk anak gue, agar dia bisa tinggal di sana," jawab Cakra yang mengatakan kalau dia akan membangun rumah untuk anak-anak kembarnya. "Lebih baik, you jangan buatkan desek rumah, karena i yakin kalau desek bisa membangun rumah desek sendiri kalau sudah menikah. Desek pria sejati jadi desek akan mampu membuatnya. Apalagi desek kerja dengan you meneruskan perusahaan yang you miliki ataupun desek mendirikan perusahaan sendiri dan tentu saja desek akan tidak mengurus perusahaannya, jadi lebih baik you bahagia emaknya saja, bukan berarti tidak boleh membahagiakan anak you," jawab Luna yang di anggukkan oleh Beno, Malik dan Pasha. Mendengar perkataan dari Luna, Cakra tersenyum. Sekarang, sudah tidak ada musuh lagi. Inilah saatnya dia pensiun dan menghabiskan waktu dengan Alena. Mobil terus melaju menuju ru
Mendengar pertanyaan dari orang tersebut membuat Luna membolakan matanya. "You, kenapa bisa muncul di sini. Apa you sudah mendapatkan wanita pengganti istri you?" tanya Luna. Orang yang bertanya tadi adalah Tuan Rosario. Selama beberapa hari Tuan Rosario tidak ke rumah karena banyak pekerjaan jadi baru hari ini dia ke sini bersama anak buahnya yang menjadi teman Luna. "Ck, jangan sembarangan kamu. Sejak kapan saya mencari pengganti istri saya. Kamu jangan ngaco, lebih baik kamu diam. Mana anak itu?" tanya Tuan Rosario yang duduk di sebelah Beno. "Biasa om, lagi enak-enak dia," jawab Beno. "Desek yang tidak enak-enak karena desek pulang malam jadi desek tidak dikasih seperti anak you dapatkan," jawba Luna. Tuan Rosario tertawa mendengar perkataan dari Luna. "Haha, makanya kalian pulang jangan malam-malam, subuh aja sekalian. Jadi, bagaimana?" tanya Tuan Rosario. "Apanya om yang bagaimana?" tanya Pasha. "Kalian lupa atau pura-pura lupa. Bukannya kalian bertarung ya, kalau iya si
"Aku hamil," jawab Alena yang membuat Cakra terdiam. Raut wajahnya berubah bola matanya bergerak ke sana kemari. Cakra tidak percaya dengan apa yang terjadi. Alena yang melihat reaksi dari Cakra tidak bahagia melepaskan tangannya. Wajahnya mulai mendung dan sudah dipastikan kalau Cakra tidak suka kalau dia hamil itulah yang dipikirkan oleh Alena saat ini. Alena mundur ke belakang dan air matanya yang berada di pelupuk mata mulai luruh. Cakra yang melihat Alena menangis seketika tersentak. "Sial, apa yang aku pikirkan ini, kenapa aku malah terdiam. Tidak, Alena tidak boleh menganggap aku tidak senang dengan kehamilan dia," gumam Cakra yang langsung mendekati Alena. Alena yang melihat Cakra mendekati dirinya, Alena dengan cepat melangkahkan kaki untuk menjauh. Melihat Alena menjauh darinya, Cakra dengan sigap menangkap tangan Alena dan menariknya dalam pelukkan. Alena yang masuk dalam pelukkan Cakra segera memeluk pria tampan itu dan dirinya langsung menangis. "Kamu jahat, sangat ja
Kenzi mendengar dengan seksama tidak menjawab sampai orang yang menghubunginya berhenti bicara. "Baik, saya akan ke sana. Pantau terus jangan sampai mereka menyerang kita dan jangan sampai ketahuan, kamu mengerti?" tanya Kenzi dengan suara khasnya. Kenzi mendengar jawaban dari anak buahnya mengatakan iya. "Bagus, tunggu saya dan yang lainnya," jawab Kenzi yang mengakhiri panggilan telpon. Kiano dan Kenzo mendekati Kenzi abang mereka. "Apa ada yang penyusup, kakak?" tanya Kenzo dengan serius. "Tapi, semuanya aman kakak. Aku sudah seleksi siapa saja yang akan menjadi pengawal kita, Dio, Mike sudah ketat pemilihan pengawal kita di setiap markas tidak mungkin ada penyusup," jawab Kiano yang tidak habis pikir jika ada penyusup di markas milik mereka. "Apa aku ada katakan ada penyusup? Tidak bukan? Sekarang lakukan tugas kalian dan kamu cepat beli minyak wangiku," titah Kenzi yang segera melangkahkan kaki meninggalkan kedua kembarannya. Keduanya melongoh mendengar apa yang dikatakan
Gadis yang menabrak Kenzi segera berdiri tapi dia menekan paha Kenzi dengan dengkulnya hingga Kenzi hanya bisa mengumpat dalam hati dengan kelakuan dari yang dilakukan oleh gadis tersebut. Kenzi segera berdiri dan dirinya mengibaskan pakaiannya dengan kasar hingga gadis yang tadi menimpa dirinya cemberut karena pria yang di depannya ini terlihat menyebalkan. "Awas kamu, aku akan pecat kamu. Beraninya kamu denganku. Apa kamu tidak tau aku siapa?" tanya Kenzi yang kesal karena wajah dari gadis tersebut menyebalkan dimatanya. "Saya tidak tau dan tolong jangan pecat saya. Nanti saya makan apa kalau saya dipecat," rajuk gadis tersebut yang memainkan ujung tasnya yang terlihat kusam dan ada lubang sedikit. "Makan batu," celetuk Kenzi yang kesal dan lift terbuka, terlihat Arvan sudah menunggu di depan pintu. "Kakak, apa kakak baik?" tanya Arvan yang khawatir melihat kakak sepupunya yang jatuh karena ulah gadis yang masih berdiri di dalam lift dengan wajah tertunduk dan sudah dipastikan
Kenzi hanya mendengarkan apa yang dikatakan si penelpon padanya. Arvan duduk dan memperhatikan kakak sepupunya tanpa bertanya karena kakak sepupunya sudah marah karena kejadian hari ini. "Baik, pulang kerja kami akan ke sana jangan sampai ada yang tau, termasuk Daddy dan Opa. Kalian mengerti!" tegas Kenzi.Panggilan berakhir dan segera Kenzi meletakkan kembali ponselnya dan memandang ke arah Arvan. Kenzi menghela napas dan dirinya meminit kening yang sedikit berdenyut. "Kakak, apa kakak tidak mau dia menjadi sekretaris kakak ya? Kalau iya aku akan pindahkan dia ke tempat lain," ucap Arvan yang tidak mau kakaknya ini bertemu dengan wanita yang menjadi sekretarisnya itu. Kenzi menggelengkan kepala ke arah Arvan. Dia tidak boleh egois, hanya karena kesalahan dari adiknya itu orang lain menjadi korban dan dia tidak mau karena Daddynya tidak pernah mengajarkan itu begitu juga dengan Mommynya. "Tidak perlu, sudah biarkan saja. Kamu pantau dia jangan sampai ikut campur masalah kita dilu
"Mikaila yang melakukannya dan aku juga tidak tau kalau ada nuklir itu. Kalian bisa tanyakan itu kepada si merah itu. Hei, adik nakal kenapa kamu berpakaian seperti itu? Apa kamu dari club?" tanya Kiano yang menatap tajam Mikaila. Mikaila yang dipandangj oleh semuanya mendengus kesal. Apa lagi, Kiano mengatakan dia nakal dan baru club walaupun benar tapi dia mencari informasi. "Aku memang dari sana dan aku menemukan fakta kalau nuklir itu bersama paman Cakra bukannya dia dulu mafia begitu juga dengan Daddy kita semua, paman Luna kamu tau sesuatu?" tanya Mikaila yang sontak saja Luna langsung dipandangj oleh Kenzi dan lainnya. Mendengar perkataan dari Mikaila Luna yang masih termenung memikirkan jawaban yang akan ditanyakan mereka tersentak karena Kenzo memandang dia dengan dekat hingga hidung mancung Kenzo dekat dengan hidungnya dan dia mengedipkan matanya seolah dirinya bersalah. "You mau i colok mata you itu? Apa you tau kalau i itu tidak bisa dipandangi seperti ini. Bisa you mun
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk