Kenzi mendengar dengan seksama tidak menjawab sampai orang yang menghubunginya berhenti bicara. "Baik, saya akan ke sana. Pantau terus jangan sampai mereka menyerang kita dan jangan sampai ketahuan, kamu mengerti?" tanya Kenzi dengan suara khasnya. Kenzi mendengar jawaban dari anak buahnya mengatakan iya. "Bagus, tunggu saya dan yang lainnya," jawab Kenzi yang mengakhiri panggilan telpon. Kiano dan Kenzo mendekati Kenzi abang mereka. "Apa ada yang penyusup, kakak?" tanya Kenzo dengan serius. "Tapi, semuanya aman kakak. Aku sudah seleksi siapa saja yang akan menjadi pengawal kita, Dio, Mike sudah ketat pemilihan pengawal kita di setiap markas tidak mungkin ada penyusup," jawab Kiano yang tidak habis pikir jika ada penyusup di markas milik mereka. "Apa aku ada katakan ada penyusup? Tidak bukan? Sekarang lakukan tugas kalian dan kamu cepat beli minyak wangiku," titah Kenzi yang segera melangkahkan kaki meninggalkan kedua kembarannya. Keduanya melongoh mendengar apa yang dikatakan
Gadis yang menabrak Kenzi segera berdiri tapi dia menekan paha Kenzi dengan dengkulnya hingga Kenzi hanya bisa mengumpat dalam hati dengan kelakuan dari yang dilakukan oleh gadis tersebut. Kenzi segera berdiri dan dirinya mengibaskan pakaiannya dengan kasar hingga gadis yang tadi menimpa dirinya cemberut karena pria yang di depannya ini terlihat menyebalkan. "Awas kamu, aku akan pecat kamu. Beraninya kamu denganku. Apa kamu tidak tau aku siapa?" tanya Kenzi yang kesal karena wajah dari gadis tersebut menyebalkan dimatanya. "Saya tidak tau dan tolong jangan pecat saya. Nanti saya makan apa kalau saya dipecat," rajuk gadis tersebut yang memainkan ujung tasnya yang terlihat kusam dan ada lubang sedikit. "Makan batu," celetuk Kenzi yang kesal dan lift terbuka, terlihat Arvan sudah menunggu di depan pintu. "Kakak, apa kakak baik?" tanya Arvan yang khawatir melihat kakak sepupunya yang jatuh karena ulah gadis yang masih berdiri di dalam lift dengan wajah tertunduk dan sudah dipastikan
Kenzi hanya mendengarkan apa yang dikatakan si penelpon padanya. Arvan duduk dan memperhatikan kakak sepupunya tanpa bertanya karena kakak sepupunya sudah marah karena kejadian hari ini. "Baik, pulang kerja kami akan ke sana jangan sampai ada yang tau, termasuk Daddy dan Opa. Kalian mengerti!" tegas Kenzi.Panggilan berakhir dan segera Kenzi meletakkan kembali ponselnya dan memandang ke arah Arvan. Kenzi menghela napas dan dirinya meminit kening yang sedikit berdenyut. "Kakak, apa kakak tidak mau dia menjadi sekretaris kakak ya? Kalau iya aku akan pindahkan dia ke tempat lain," ucap Arvan yang tidak mau kakaknya ini bertemu dengan wanita yang menjadi sekretarisnya itu. Kenzi menggelengkan kepala ke arah Arvan. Dia tidak boleh egois, hanya karena kesalahan dari adiknya itu orang lain menjadi korban dan dia tidak mau karena Daddynya tidak pernah mengajarkan itu begitu juga dengan Mommynya. "Tidak perlu, sudah biarkan saja. Kamu pantau dia jangan sampai ikut campur masalah kita dilu
"Mikaila yang melakukannya dan aku juga tidak tau kalau ada nuklir itu. Kalian bisa tanyakan itu kepada si merah itu. Hei, adik nakal kenapa kamu berpakaian seperti itu? Apa kamu dari club?" tanya Kiano yang menatap tajam Mikaila. Mikaila yang dipandangj oleh semuanya mendengus kesal. Apa lagi, Kiano mengatakan dia nakal dan baru club walaupun benar tapi dia mencari informasi. "Aku memang dari sana dan aku menemukan fakta kalau nuklir itu bersama paman Cakra bukannya dia dulu mafia begitu juga dengan Daddy kita semua, paman Luna kamu tau sesuatu?" tanya Mikaila yang sontak saja Luna langsung dipandangj oleh Kenzi dan lainnya. Mendengar perkataan dari Mikaila Luna yang masih termenung memikirkan jawaban yang akan ditanyakan mereka tersentak karena Kenzo memandang dia dengan dekat hingga hidung mancung Kenzo dekat dengan hidungnya dan dia mengedipkan matanya seolah dirinya bersalah. "You mau i colok mata you itu? Apa you tau kalau i itu tidak bisa dipandangi seperti ini. Bisa you mun
"Apa yang mau kamu lakukan Kenzo?" tanya Dio kepada Kenzo. "Kita lihat saja, kalian tenang saja ya," ucap Kenzo yang tersenyum penuh makna. Luna jadi penasaran apa yang keponakannya ini lakukan, apakah dia akan bertanya kepada Cakra atau tidak.Alena yang duduk di taman mendapatkan telepon dari seseorang, dia segera meraih ponsel yang ada di meja. Alena membaca nama penelpon, Alena menaikan alisnya ke atas, dia heran kenapa anaknya menghubunginya. "Ya Sayang, kenapa kamu menghubungi Mommy ada apa?" tanya Alena yang merasa heran kenapa anaknya menghubungi Alena. Alena mendengarkan apa yang anaknya katakan, Alena hanya diam, mengangkat alisnya dan wajahnya mulai mengetat saat mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya. "Baiklah, Mami akan tanyakan ke Daddy," jawab Alena yang segera mengakhiri panggilan telepon. Alena segera berdiri dan melangkahkan kaki mencari Cakra. Cakra yang baru saja keluar dari ruang kerja bersama dengan tiga sahabatnya dan hendak pergi mendengar ada yang me
"Kenapa Kakak diam saja? Apa yang terjadi dengan kakak? Wajahmu tidak bahagia dan apa itu?" tanya Mikaila lagi yang melihat di sudut kerah baju Kenzi ada sesuatu. Arvan segera mendekati Kenzi dan dia mencari tau apa yang dilihat oleh Mikaila. Saat melihat ke arah kerah baju Kenzi, Arvan melotot dia segera memandang Kenzi dengan tatapan yang menyebalkan dimata Kenzi. "Jangan memandang aku seperti itu, kalian menyebalkan sekali. Ayo pergi," ucap Kenzi yang tidak menjawab apapun. Arvan mengikuti Kenzi sedangkan yang lainnya hanya menatap Kenzi dengan tatapan yang ingin tau kenapa dengan kakak tertua mereka. "Kakak tertua, kenapa pergi begitu saja! Kita belum selesai ini, kenapa kakak tidak menjawab pertanyaan kami, kenapa dengan kakak? Kakak!" teriak Kenzo yang heran kenapa dengan kakaknya itu. Kenzi tidak mendengar apa yang diteriakkan oleh Kenzo, dia paham betul apa yang terjadi. Arvan berlari mengejar Kenzi karena langkah kaki Kenzi lebar hingga dia harus menyimbangkan langkah k
Cakra yang ingin memarahi anaknya harus terdiam. Karena dirinya terpaku melihat Malik marah kepada anaknya. Luna yang duduk memandang Malik yang sudah kebakaran jenggot melihat anaknya. "Besok kamu jangan keluar rumah, kuliahmu juga belum selesai, apa-apaan ini, Mikaila. Apa kamu mau di nikahi oleh Daddy?" tanya Malik yang napasnya sudah naik turun. Mike hanya mendengus kesal, sudah dia katakan pasti dia diomelin oleh Daddynya karena adiknya. Mikaila yang dimarahi oleh Malik hanya tertunduk dia tau kalau dia salah tapi ini tuntutan pekerjaan. "Dad, jangan lupa aku anakmu, jangan marah padaku. Kenapa kamu tidak mau memahami aku, harusnya kamu memahami aku kenapa aku seperti ini, jangan marah saja," jawab Mikaila yang membela dirinya.Mike memandang adiknya, dia takut kalau adiknya mengakui kalau dia kerja sebagai mata-mata bisa bahaya dia dan kakaknya yang lain. Kenzi juga takut si Mikaila keceplosan. "Permisi, bisa saya pulang?" tanya Aluna yang akhirnya memecahkan suasana hingg
Mereka pun akhirnya membangunkan Aluna yang pingsan. Mikaila yang membangunkan Aluna dengan minyak angin. Tidak berapa lama, Aluna bangun, perlahan matanya terbuka dan saat matanya terbuka sepenuhnya dia terkejut melihat wajah Mikaila. "Kakak ipar, kamu sudah bangun?" tanya Mikaila yang sontak saja membuat mereka melotot. Kenzo terkikik mendengar perkataan dari Mikaila yang memanggil wanita tersebut dengan kakak ipar. Kenzi menatap tajam ke arah Kenzi kembarannya. "Saya bukan kakak ipar, saya Aluna. Sekretaris bos galak itu eh maksudnya bos Kenzi," jawabnya dengan wajah penuh ketakutan karena Kenzi menatap dia saat dikatakan bos galak. Aluna menundukkan kepala ke bawah karena tatapan dari bos galaknya itu mengarah ke dirinya. Mikaila yang mendengar perkataan dari Aluna tertawa. "Hahah, kakak jangan takut dengan boa galak itu. Sekarang, kakak pulang bersamaku, aku akan antar kakak ke rumah, ayo tinggalkan mereka!" ajak Mikaila. "Mika, kamu pulang dengan Daddy. Dia biar Kenzi yang
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk