Home / CEO / Tiga Bayi Sang Mafia / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Tiga Bayi Sang Mafia: Chapter 141 - Chapter 150

309 Chapters

Bab 141. Kencan Romantis

"Iya yakin, kamu pikir saya bohong. Nggak! Saya nggak bohong sama sekali, kita lakukan jelang subuh, pokoknya subuh sudah di pasar tapi kita harus hati-hati, siapa tau saja sudah diatur oleh mereka, kalian mengerti maksudku?" tanya Cakra. "Apa tidak kecepatan itu? Bukannya gue tidak setuju tapi apa ada orang melakukan pertemuan dijam segitu?" tanya Beno lagi. "Ada, kita nggak turun kita pantau dengan berpakaian seperti preman atau sebagai penjual di sana, kita harus membaur ingat kita harus hati-hati jangan sampai ketahuan dan jangan mencolok sesuaikan dengan kondisi di sana," jawab Cakra. Beno, Malik, Pasha, Luna juga para asisten menganggukkan kepala. "Kalau begitu kita lakukan besok. Sekarang, kita pulang saja. Istriku sudah menunggu, kami mau pergi ke tempat yang romantis, kalian pulang juga," jawab Beno yang berdiri dan diikuti oleh asistennya. Cakra pun segera ikut berdiri mengikuti Beno. Di susul oleh yang lainnya. Luna memandang ke arah Cakra yang saat ini berjalan ke ara
Read more

Bab 142. Kencan Romantis 2

Alena mengikuti Cakra dari belakang. Cakra membuka pintu mobil dan mempersilahkan Alena masuk. "Silahkan, Tuan putri tersayang," ucap Cakra menundukkan kepala dan tangan satu di dada dan satunya diayunkan layaknya seperti pelayan kerajaan.Alena diperlakukan seperti itu tersenyum dan tertawa. "Kamu lucu, Sayang," ujar Alena yang menarik pipi suaminya. Cakra tersipu malu mendengar perkataan dari Alena. "Aku bukan lucu tapi imut," jawab Cakra yang segera menutup pintu. Alena geleng kepala melihat wajah Cakra yang tersipu malu. Cakra segera berlari ke arah samping kemudi. Dirinya ingin segera melajukan mobil ke tempat yang dituju. Mobil Cakra bergerak meninggalkan rumah membelah jalan. "Sayang, sebenarnya aku penasaran kamu mau kemana sih?" tanya Alena yang lagi-lagi penasaran sebenarnya mereka mau kemana. "Kita mau ke suatu tempat dan itu juga rahasia. Kamu ini nggak sabaran sekali ya. Sabar dunk, nanti aku bisa keceplosan mengatakan kemana. Yang ada tidak suprises lagi dunk. Poko
Read more

Bab 143. Hanya Denganmu

Alena menganggukkan kepala dan mencubit gemes pipi Cakra. Cakra tidak menyangka istrinya tersebut benar-benar sangat manis dan tau apa yang dia mau. "Kamu tau apa yang aku mau, aku benar-benar makin sayang padamu, makasih Sayang," ucap Cakra yang senang karena Alena membisikkan kalau dia tidak akan menghukumnya tapi malah mau memberikan kehangatan baginya nanti. "Ya sudah, ayo kita makan sekarang. Kamu romantis sekali, Sayang," kata Alena yang melangkahkan kaki menuju meja dinner yang sudah ada lilin makanan dan bunga mawar merah. Cakra mengambil mawar dan berlutut ke arah Alena. "Bunga mawar merah untuk wanita yang tercinta," ucap Cakra menyerahkan ke Alena. Alena mengambil bunga mawar dan meraih tangan Cakra untuk bangun. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Cakra saat ini yang pasti sangat senang apa lagi Alena yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. "Silahkan duduk, Baby, hari ini untuk kita berdua hanya kita berdua." Cakra menarik kursi dan mempersilahkan Alena duduk di
Read more

Bab 144. Jangan Ganggu Suamiku

Maria mendengar apa yang dikatakan oleh seseorang yang menghubungi dirinya. Dia terlihat tenang dan tersenyum seolah dia puas dengan apa yang diberikan oleh si penelpin tersebut. "Baik, aku tunggu hasilnya," jawab Maria yang segera mengakhiri panggilan telpon. "Cakra, Cakra kamu tampan dan wangi sangat wangi aku merasakan aromamu menggetarkan jiwaku, aku menginginkan nuklir itu dan yang lainnya tapi jika disuruh memilih aku akan memilih kamu. Aku akan buat hubungan kamu dan dia hancur, aku akan rebut semuanya dari nuklir dan kamu, tunggu saja," ucap Maria dengan senyum smirk. Cakra dan Alena sudah berada di lobby. Mobil sudah menunggu mereka. Cakra mengumpat wanita tersebut. Dia tidak menyangka kalau wanita Edo ada di hotel mewah. "Bukannya dia ada di perumahan sederhana yang Arvin katakan itu ya? Tapi, kenapa dia ada di sini? Akh, sial gara-gara dia aku tidak bisa main ranjang dengan Alena. Tapi, mau apa dia?" tanya Cakra dengan suara pelan yang hanya didengar oleh dirinya saja.
Read more

Bab 145. Mafia Takut Istri

Cakra tidak membuka suara karena dia takut jika Alena marah kepadanya karena dia sudah membuat Alena malu. Cakra merutuki kebodohan dirinya. Cakra terus melirik ke arah Alena yang diam dan pandangannya ke arah depan. "Bahaya ini kalau dia marah padaku, bisa nggak bisa tidur di kamar aku," gumam Cakra pelan dan hanya didengar olehnya saja. "Siapa yang larang kamu tidur di dalam kamar? Aku tidak ada katakan itu ya. Kamu jangan menyebarkan hoak dan fitnah hingga aku dikatakan istri yang kejam. Aku tidak kejam, Yank. Kamu yang kejam, kenapa kamu seperti itu padaku, kamu tiba-tiba mengatakan itu, apa salah aku?" tanya Alena yang menangis. Cakra terdiam, dia tidak bisa mencerna apa yang sedang Alena katakan. Cakra melirik ke arah Alena yang meremas kotak martabak yang tadi dibeli hingga remuk. "Entah seperti apa martabak itu di dalam sana," gumam Cakra kembali dan itu di dalam hati. Lagi-lagi, Alena menegurnya. "Apa kamu mau lihat, Sayang martabaknya seperti apa?" tanya Alena yang mem
Read more

Bab 146. Jadi Posesif

"You kelewatan sekali, kenapa you pakai masker putih seperti itu, lihat desek jadi pingsan itu. You emang luar biasa nakal. Sekarang lihat suami you pingsan," ucap Luna yang menepuk pipi Cakra dengan tangan yang bekas minyak martabak. "Lap dulu tangan you, lihat pipinya penuh minyak. Kalau desek tau habis you," ucap Beno yang geleng kepala melihat kelakuan dari Luna. Luna yang sudah terlanjur membangunkan Cakra dengan tangannya hanya bisa tertawa. "Maaf, i tidak sengaja, you banguni cepat suami you itu, memang dasar you nakal," omel Luna yang akhirnya meminta Alena yang membangunkannya. Alena duduk dan membangunkan Cakra. Perlahan mata Cakra terbuka dan kepalanya sedikit pusing. Cakra mengucek matanya dan saat tangannya di pipi mulai merasakan lengket. "Kenapa pipiku? Kenapa lengket?" tanya Cakra kepada Alena yang dia belum tau kalau Alena memakai masker putih yang menyebabkan dia meninggal. "Wajah you kena ences, makanya tidur itu dikamar jangan diluar, ya sudah I mau tidur," j
Read more

Bab 147. Dia Bukannya

Luna kesal karena mereka menuduhnya. Sebenarnya memang dia yang mengatakan itu tapi dia kesal mereka tidak setia kawan. Hingga saat ini Alena menatapnya tajam. "I hanya heran dengan you, kenapa you begitu menahan desek untuk pergi dengan kita. Hari ibu kita semua mau menikmati Sunset yang indah, you kalau mau melakukan itu silahkan pergi dengan istri-istri desek, tidak ada yang menganggu," ucap Luna. Alena terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Luna. Alena langsung tepuk tangan dan segera mencium pipi Cakra juga bibirnya. "Sayang, kamu pergi sana. Aku juga nanti mau pergi dengan sahabatku, kamu jangan hubungi aku ya, tenang anak-anak akan aku bawa," jawab Alena yang segera masuk sambil menari dan bernyanyi. Cakra dan juga yang lainnya termenung mendengar apa yang dikatakan oleh Alena. Luna tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Alena mengatakan ingin pergi, apa dia tidak salah dengar. Luna mengucek telinganya mungkin karena pagi pendengarannya kurang jadi dia berusaha untuk
Read more

Bab 148. Aku Akan Merebutnya

Cakra mengetahui siapa yang datang dia adalah ketua klan mafia Taira yang membuat mereka harus berpikir ulang bagaimana caranya untuk bisa menangkap target mereka. "Bagaimana ini, kita tidak mungkin bisa menangkap dia dan seperti preman di sini sudah kerja sama dengan orang yang akan kita tangkap. Itu lihat, dia ingin menangkap kita dan kemungkinan mereka akan menjebak kita. Luar biasa mereka, tapi sayangnya tidak bisa," ucap Beno yang kesl karena mereka tidak bisa mendapatkan pria yang saat ini menjadi incarnnya. "Apa kita menunggu di sini atau bagaimana, Cakra?" tanya Malik kepada sahabatnya ini. "Kita beri perintah kepada pengawal bayangan kita untuk mengikuti dia, kita tunggu di tempat biasa. Jika sudah tau dimana posisinya baru kita lanjutkan pengejaran, kalau sekarang gue yakin dia akan tau kita di sini," jawab Cakra yang di anggukkan oleh sahabat yang lain. "Baik, itu juga baik. Karena kita tidak mungkin bisa di sini terus gue yakin pasti mereka akan tau dan langsung menye
Read more

Bab 149. Masuk Kantor Polisi

Maria yang geram menatap tajam ke arah Alena. Dia tidak suka jika Alena mengancam dia, sungguh dia ingin sekali menghajar Alena. Tidak lama, sahabat Alena dan sepupu juga Ibu Fatimah datang. Mereka membawa baju yang dibeli dan mereka juga heran kenapa Alena masih belum memilih apa lagi melihat ada wanita bule bersama Alena. "Ale, kenapa dengan kamu? Apa kamu sudah beli apa yang kamu cari?" tanya Inez. Alena menoleh ke arah Inez dan menggelengkan kepala. "Belum, karena ada penganggu, ulat bulu sedang mencoba mengancam untuk merebut suamiku. Kalian tau yang aku katakan di mobil tadi, ular itu di sini dan tidak tau malunya ikut campur aku menghabisi uang suamiku, dia pikir aku menghabisi uang suami dia, nggak malu," jawab Alena yang lagi-lagi membuat Maria makin geram. Dia tidak menyangka Alena berani mengancam dia, bisikan Alena saja sudah membuatnya marah. Alena membisikkan kepada Maria kalau dia berani mendekati suaminya maka dia akan buat Maria menyesal seumur hidup dan tidak aka
Read more

Bab 150. Wanita Marah Menyeramkan

"Mereka masuk kantor polisi, Bejo mengatakan mereka berkelahi di mall dan sekarang dibawa ke sana, aku tidak tau apa yang terjadi, sekarang kita kesana. Arvin sudah katakan pada pengawal untuk urus semuanya dan bawa ke sini mereka aku akan temui mereka nanti," ucap Cakra. "Saya sudah katakan ke mereka dan mereka akan bergerak menangkap mereka, anda jangan khawatir, Bos," ujar Arvin yang di anggukkan oleh Cakra. Cakra berdiri dia akan ke kantor polisi. Malik, Beno dan Pasha juga dapat telpon dari pengawal mereka bukan hanya mereka saja Arvin pun sama. Alhasil, mereka pergi ke kantor polisi. "Apa yang istri gue lakukan hingga mereka masuk kantor polisi apa mereka tidak tau kalau berkelahi itu tidak baik," ucap Beno yang tidak menyangka istrinya yng kalem dan polos bisa terlibat hal ini. "Gaya you itu selangit tau tidak. Darimana sejarahnya berkelahi itu tidak baik bagi desek. Apa you tidak tau you juga berkelahi malah lebih dari mereka, tidak apa kalau merekaa berkelahi, tidak ada
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
31
DMCA.com Protection Status