Alena mengikuti Cakra dari belakang. Cakra membuka pintu mobil dan mempersilahkan Alena masuk. "Silahkan, Tuan putri tersayang," ucap Cakra menundukkan kepala dan tangan satu di dada dan satunya diayunkan layaknya seperti pelayan kerajaan.Alena diperlakukan seperti itu tersenyum dan tertawa. "Kamu lucu, Sayang," ujar Alena yang menarik pipi suaminya. Cakra tersipu malu mendengar perkataan dari Alena. "Aku bukan lucu tapi imut," jawab Cakra yang segera menutup pintu. Alena geleng kepala melihat wajah Cakra yang tersipu malu. Cakra segera berlari ke arah samping kemudi. Dirinya ingin segera melajukan mobil ke tempat yang dituju. Mobil Cakra bergerak meninggalkan rumah membelah jalan. "Sayang, sebenarnya aku penasaran kamu mau kemana sih?" tanya Alena yang lagi-lagi penasaran sebenarnya mereka mau kemana. "Kita mau ke suatu tempat dan itu juga rahasia. Kamu ini nggak sabaran sekali ya. Sabar dunk, nanti aku bisa keceplosan mengatakan kemana. Yang ada tidak suprises lagi dunk. Poko
Alena menganggukkan kepala dan mencubit gemes pipi Cakra. Cakra tidak menyangka istrinya tersebut benar-benar sangat manis dan tau apa yang dia mau. "Kamu tau apa yang aku mau, aku benar-benar makin sayang padamu, makasih Sayang," ucap Cakra yang senang karena Alena membisikkan kalau dia tidak akan menghukumnya tapi malah mau memberikan kehangatan baginya nanti. "Ya sudah, ayo kita makan sekarang. Kamu romantis sekali, Sayang," kata Alena yang melangkahkan kaki menuju meja dinner yang sudah ada lilin makanan dan bunga mawar merah. Cakra mengambil mawar dan berlutut ke arah Alena. "Bunga mawar merah untuk wanita yang tercinta," ucap Cakra menyerahkan ke Alena. Alena mengambil bunga mawar dan meraih tangan Cakra untuk bangun. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Cakra saat ini yang pasti sangat senang apa lagi Alena yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. "Silahkan duduk, Baby, hari ini untuk kita berdua hanya kita berdua." Cakra menarik kursi dan mempersilahkan Alena duduk di
Maria mendengar apa yang dikatakan oleh seseorang yang menghubungi dirinya. Dia terlihat tenang dan tersenyum seolah dia puas dengan apa yang diberikan oleh si penelpin tersebut. "Baik, aku tunggu hasilnya," jawab Maria yang segera mengakhiri panggilan telpon. "Cakra, Cakra kamu tampan dan wangi sangat wangi aku merasakan aromamu menggetarkan jiwaku, aku menginginkan nuklir itu dan yang lainnya tapi jika disuruh memilih aku akan memilih kamu. Aku akan buat hubungan kamu dan dia hancur, aku akan rebut semuanya dari nuklir dan kamu, tunggu saja," ucap Maria dengan senyum smirk. Cakra dan Alena sudah berada di lobby. Mobil sudah menunggu mereka. Cakra mengumpat wanita tersebut. Dia tidak menyangka kalau wanita Edo ada di hotel mewah. "Bukannya dia ada di perumahan sederhana yang Arvin katakan itu ya? Tapi, kenapa dia ada di sini? Akh, sial gara-gara dia aku tidak bisa main ranjang dengan Alena. Tapi, mau apa dia?" tanya Cakra dengan suara pelan yang hanya didengar oleh dirinya saja.
Cakra tidak membuka suara karena dia takut jika Alena marah kepadanya karena dia sudah membuat Alena malu. Cakra merutuki kebodohan dirinya. Cakra terus melirik ke arah Alena yang diam dan pandangannya ke arah depan. "Bahaya ini kalau dia marah padaku, bisa nggak bisa tidur di kamar aku," gumam Cakra pelan dan hanya didengar olehnya saja. "Siapa yang larang kamu tidur di dalam kamar? Aku tidak ada katakan itu ya. Kamu jangan menyebarkan hoak dan fitnah hingga aku dikatakan istri yang kejam. Aku tidak kejam, Yank. Kamu yang kejam, kenapa kamu seperti itu padaku, kamu tiba-tiba mengatakan itu, apa salah aku?" tanya Alena yang menangis. Cakra terdiam, dia tidak bisa mencerna apa yang sedang Alena katakan. Cakra melirik ke arah Alena yang meremas kotak martabak yang tadi dibeli hingga remuk. "Entah seperti apa martabak itu di dalam sana," gumam Cakra kembali dan itu di dalam hati. Lagi-lagi, Alena menegurnya. "Apa kamu mau lihat, Sayang martabaknya seperti apa?" tanya Alena yang mem
"You kelewatan sekali, kenapa you pakai masker putih seperti itu, lihat desek jadi pingsan itu. You emang luar biasa nakal. Sekarang lihat suami you pingsan," ucap Luna yang menepuk pipi Cakra dengan tangan yang bekas minyak martabak. "Lap dulu tangan you, lihat pipinya penuh minyak. Kalau desek tau habis you," ucap Beno yang geleng kepala melihat kelakuan dari Luna. Luna yang sudah terlanjur membangunkan Cakra dengan tangannya hanya bisa tertawa. "Maaf, i tidak sengaja, you banguni cepat suami you itu, memang dasar you nakal," omel Luna yang akhirnya meminta Alena yang membangunkannya. Alena duduk dan membangunkan Cakra. Perlahan mata Cakra terbuka dan kepalanya sedikit pusing. Cakra mengucek matanya dan saat tangannya di pipi mulai merasakan lengket. "Kenapa pipiku? Kenapa lengket?" tanya Cakra kepada Alena yang dia belum tau kalau Alena memakai masker putih yang menyebabkan dia meninggal. "Wajah you kena ences, makanya tidur itu dikamar jangan diluar, ya sudah I mau tidur," j
Luna kesal karena mereka menuduhnya. Sebenarnya memang dia yang mengatakan itu tapi dia kesal mereka tidak setia kawan. Hingga saat ini Alena menatapnya tajam. "I hanya heran dengan you, kenapa you begitu menahan desek untuk pergi dengan kita. Hari ibu kita semua mau menikmati Sunset yang indah, you kalau mau melakukan itu silahkan pergi dengan istri-istri desek, tidak ada yang menganggu," ucap Luna. Alena terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Luna. Alena langsung tepuk tangan dan segera mencium pipi Cakra juga bibirnya. "Sayang, kamu pergi sana. Aku juga nanti mau pergi dengan sahabatku, kamu jangan hubungi aku ya, tenang anak-anak akan aku bawa," jawab Alena yang segera masuk sambil menari dan bernyanyi. Cakra dan juga yang lainnya termenung mendengar apa yang dikatakan oleh Alena. Luna tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Alena mengatakan ingin pergi, apa dia tidak salah dengar. Luna mengucek telinganya mungkin karena pagi pendengarannya kurang jadi dia berusaha untuk
Cakra mengetahui siapa yang datang dia adalah ketua klan mafia Taira yang membuat mereka harus berpikir ulang bagaimana caranya untuk bisa menangkap target mereka. "Bagaimana ini, kita tidak mungkin bisa menangkap dia dan seperti preman di sini sudah kerja sama dengan orang yang akan kita tangkap. Itu lihat, dia ingin menangkap kita dan kemungkinan mereka akan menjebak kita. Luar biasa mereka, tapi sayangnya tidak bisa," ucap Beno yang kesl karena mereka tidak bisa mendapatkan pria yang saat ini menjadi incarnnya. "Apa kita menunggu di sini atau bagaimana, Cakra?" tanya Malik kepada sahabatnya ini. "Kita beri perintah kepada pengawal bayangan kita untuk mengikuti dia, kita tunggu di tempat biasa. Jika sudah tau dimana posisinya baru kita lanjutkan pengejaran, kalau sekarang gue yakin dia akan tau kita di sini," jawab Cakra yang di anggukkan oleh sahabat yang lain. "Baik, itu juga baik. Karena kita tidak mungkin bisa di sini terus gue yakin pasti mereka akan tau dan langsung menye
Maria yang geram menatap tajam ke arah Alena. Dia tidak suka jika Alena mengancam dia, sungguh dia ingin sekali menghajar Alena. Tidak lama, sahabat Alena dan sepupu juga Ibu Fatimah datang. Mereka membawa baju yang dibeli dan mereka juga heran kenapa Alena masih belum memilih apa lagi melihat ada wanita bule bersama Alena. "Ale, kenapa dengan kamu? Apa kamu sudah beli apa yang kamu cari?" tanya Inez. Alena menoleh ke arah Inez dan menggelengkan kepala. "Belum, karena ada penganggu, ulat bulu sedang mencoba mengancam untuk merebut suamiku. Kalian tau yang aku katakan di mobil tadi, ular itu di sini dan tidak tau malunya ikut campur aku menghabisi uang suamiku, dia pikir aku menghabisi uang suami dia, nggak malu," jawab Alena yang lagi-lagi membuat Maria makin geram. Dia tidak menyangka Alena berani mengancam dia, bisikan Alena saja sudah membuatnya marah. Alena membisikkan kepada Maria kalau dia berani mendekati suaminya maka dia akan buat Maria menyesal seumur hidup dan tidak aka
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk