Home / CEO / Tiga Bayi Sang Mafia / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Tiga Bayi Sang Mafia: Chapter 121 - Chapter 130

309 Chapters

Bab 121. Aku Tidak Cemburu

"Tidak perlu, kita biarkan saja. Aku mau mereka bersenang-senang. Nanti aku akan serang dia balik siapkan semuanya dan cari tau dimana serum dan nuklir Felix berada," ucap pria tersebut yang merupakan klan mafia baru yang saat ini mengincar Cakra. "Baik, bos," jawab anak buahnya. Mobil segera meninggal tempat tersebut dan melaju menuju markas mereka. Sedangkan Alena dan rombongan segera pergi ke villa. Sesampainya di villa, Anak-anak segera mandi dan istirahat. Cakra melihat wajah istrinya yang rubah mendekati istrinya. "Sayangku, sini deh. Aku mau katakan padamu," panggil Cakra sambil menggerakkan tangannya dan menepuk sofa yang sampingnya. Alena mendekati Cakra dan duduk di samping. Alena menatap Cakra dengan lekat. Cakra yang dipandang mulai gugup dan entah kenapa dia salah tingkah. "Ada apa kamu memandang aku?" tanya Cakra dengan suara yang dibuat datar. Alena tersenyum dan mencubit pipi juga hidung Cakra dia gemas dengan suami mafianya ini. "Kenapa kamu mencubitku? Kalau
Read more

Bab. 122. Kalian Pembunuh

Cakra masih mendengar apa yang dikatakan anak buahnya, sesekali dia memandang ke arah Alena yang saat ini berada di kamar mandi. Cakra ingin mendekati Alena namun dia masih berkomunikasi dengan anak buahnya. "Segera hubungi asistenku, katakan kepadanya nanti saya akan urus," jawab Cakra yang segera mengakhiri panggilan telepon. Panggilan telepon berakhir, Cakra segera melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Saat ingin mengetuk pintu kamar mandi, Cakra mendengar suara tangisan dari Alena. Dia tidak tega Alena menangis, selama ini dia berusaha untuk membuat Alena bahagia namun kali ini Alena menangis karena sesuatu yang tidak dia sukai. Pintu terbuka, Cakra masuk ke dalam kamar mandi dia melangkahkan kaki dengan perlahan terlihat Alena sedang berdiri di atas shower yang membasahi tubuhnya. Cakra segera memeluk Alena dari belakang. Mendapat pelukan dari Cakra Alena memberontak untuk melepaskan pelukkannya, namun Cakra dengan kuat memeluk Alena. "Pergi, aku tidak ingin melihatmu, lepas
Read more

Bab. 123. Aku Nyangkut

"Iya, apa lo kagak percaya pada kita-kita?" tanya Beno. "Apa gue katakan kalau lo berbohong? Tidak bukan, gue katakan apa lo semua percaya? Arvin, tadi dia telpon saya, apakah dia sudah telpon kamu balik?" tanya Cakra. "Sudah, katanya tunggu di markas, apa kita ke sana sekarang?" tanya Arvin lagi. Helaan napas terdengar dari mulut Cakra, Cakra bingung apakah dia mau ke sana atau tidak. Entah kenapa dirinya sulit untuk gerak karena perkataan Alena tadi, apa lagi pertengkaran keduanya membuat dia bingung mau jelaskan ke Alena dia mau kemana. Beno, Malik, Pasha dan Arvin masih menunggu jawaban dari Cakra yang saat ini masih terlihat diam dan melamun. Luna yang datang bawa minuman dan cemilan menatap ke arah Cakra. "Kenapa dengan desek? Apa desek masih dikejutkan dengan you semua? Jangan you buat dia meninggal. Karena dia masih muda," jawab Luna yang duduk dan memberikan cemilan ke mulut Cakra. Cakra yang melamun tersentak dan mengunyah cemilan yang diberikan oleh Luna. Semuanya te
Read more

Bab. 124. Jangan Senang Dulu

"Itu suara siapa? Apakah itu suara pinky boy?" tanya Beno kepada Malik yang juga raut wajahnya terkejut. "Mana gue tau, itu suara siapa. Suara itu dari gorong-gorong. Jadi, yang masuk di gorong itu dia, nah berarti itu suara dia. Luna, lo baik saja? Apa ada kembaran lo di sana?" tanya Malik sambil teriak. Semua memandang ke arah Malik yang mengatakan hal itu. "Memangnya dia ada kembaran? Dia masuk di sana sendiri bukan berdua, apa itu ha-hantu?" tanya Beno dengan suara terbata. "Lo takut hantu?" tanya Pasha. Beno geleng kepala dan dia melirik ke arah Cakra yang terlihat gelisah. Mereka semua memandang ke arah Cakra. Cakra yang merasa dipandang oleh mereka semuanya ikut menoleh ke arah mereka. "Ada apa? Kenapa kalian semua memandang gue? Apa ada yang salah? Lo pikir gue takut hantu gitu? Gue tidak takut, cepat kalian tolong dia, kenapa kalian diam saja," jawab Cakra yang membuat mereka semua menganggukkan kepala. Anak buah Cakra dan anak buah sahabatnya segera bergerak membantu
Read more

Bab 125. Aku Lelah Sayang

"Ini bukan peluru bos, nomor seri saja beda. Dan kalau bos yang tembak pasti akan terdengar walaupun pelan tetap terdengar, bos," ujar Arvin menjelaskan keraguan Cakra kenapa bisa meninggal padahal dia tidak melakukannya. "Kan gue katakan apa kepada lo, tidak mungkin lo tembak. Sepertinya ada orang lain di sini, tapi siapa, ya?" tanya Beno yang memperhatikan sekeliling tapi tidak ada sama sekali terlihat yang mencurigakan. Cakra juga memperhatikan sekeliling hutan pinus tidak ada yang mencurigakan, saat matanya tertuju di arah ilalang, terlihat ilalang yang jaraknya jauh dari mereka bergerak. Cakra segera berlari mengejar siapa yang ada di dalam ilalang tersebut tapi saat tiba di sana tidak ada sama sekali yang dia temui. Cakra yang hendak masuk ke dalam ilalang merasakan ada sesuatu dibawah kakinya dan saat dia menundukkan kepala terlihat ada peluru dan dengan segera meraihnya. Tangan Cakra terasa panas. "Apa yang lo jumpai?" tanya Beno yang ikut mendekati Cakra. Cakra menyerah
Read more

Bab 126. Jaga Matamu Sayang

Alena membuka pintu dan ternyata itu adalah anak-anaknya yang berdiri sambil tersenyum padanya. "Mommy, apa kamu belum siap untuk pergi jalan-jalan?" tanya Kenzi dengan raut wajah datar. Alena melihat wajah anaknya datar hanya bisa menghela napa. "Nggak anak, nggak Bapak sama saja. Wajahnya seperti kulkas tujuh pintu," cicit Alena dengan pelan tapi masih di dengar oleh Kenzi. Kenzi tidak peduli, dia anak tertua jadi harus bisa menunjukkan wibawanya berbeda dengan Kenzo yang tidak tau malu seperti saat ini dia membawa boneka beruang kutub. Dan lihat saja sekarang, dia hanya cengengesan saja, apalagi Kiano masih menggunakan dot. "Kalian tidak boleh seperti itu, mengetuk pintu harus sopan. Ini kamar Daddy dan Mommy, jadi kalian ketuklah dengan pelan, kalau tidak dijawab itu artinya kami tidur," ucap Alena mencoba mengatakan ke anaknya sopan santun. "Aap tan atu Mommy, atu yang etuk intu adi, ecok idak uat agi," jawab Kenzo yang membuat Alena gemes dengan anak cadelnya ini. "Ya sud
Read more

Bab 127. Wanita Edo

"Itu bukannya wanita Edo, si. mafia yang kita habisin hari ini. Coba lihat itu, dia memperhatikan kita sepertinya dia belum mengetahui kematian dari Edo atau mungkin dia sudah tahu dan dia berusaha untuk membalaskan dendam. Apakah kalian setuju dengan yang gue katakan?" tanya Beno yang membuat Cakra memandang ke arah Beno. "Apa maksud lo, dia ingin membalaskan dendam. Bukannya dia yang lebih dulu melakukannya, dia menyandra Alena lebih tepatnya ikut campur urusan gue dan si Felix itu dan sekarang kenapa dia yang marah maksudku harusnya dia tahu kalau prianya itu jahat jadi jangan menyalahkan kita,' jawab Malik yang tidak terima jika wanita dari Edo menyalahkan mereka. "Namanya juga dia wanita dari pria itu, jelas dia marah karena kita sudah menghabisi prianya, wajar kalau dia mau balas dendam. Bukan hanya dia saja yang akan membalaskan dendam tapi wanita kita pun kalau salah satu di antara kita maaf ada yang terbunuh pasti dia akan balas dendam itu menurutku tapi nggak tahu ya," uj
Read more

Bab 128. Cakra Pingsan

Mereka semuanya pulang ke rumah, selesai berbelanja. Lelah dan bahagia jadi satu. Alena membeli beberapa barang yang dia sukai. Sesampainya dirumah Alena menata barang yang akan dibawa dan hari ini mereka akan kembali ke Indonesia. "Sayang, kita tidak mau kemana lagi?" tanya Cakra yang duduk di sofa dan posisinya seperti orang yang sedang berjemur. "Kamu mau kemana lagi, hmm?" tanya Alena balik. "Kemana gitu, misalnya ke Swiss kita main salju atau ke mana saja, asal kamu bahagia, aku akan bawa," jawab Cakra.Alena yang sedang merapikan pakaiannya menoleh ke arah Cakra yang terlihat seperti duyung yang terdampar di pantai karena tersapu ombak. "Tidak bisakah kamu mengurangi gayamu sedikit, Tuan Cakra Rosario?" tanya Alena dengan sorot mata yang sipit. "Gayaku kenapa, Sayang. Ini lagi posisi enak, sini deh kamu, kita manja dulu. Mumpung masih lama kita berangkatnya, empuk dan hot, Sayang," jawab Cakra yang membuat Alena membolakan matanya. Alena menyesal meminta Cakra untuk mengu
Read more

Bab 129. Kita Bestie

Luna masih tidak ingin memutarkan kepala. Dia takut karena posisi saat ini sudah malam dan sudah jam sebelas malam lebih hampir jam dua belas malam. "I rasa itu orang, you saja yang lihat dan I akan jaga bos you si tukang pingsan. Katanya mafia tapi kenapa dia pingsan I pun tidak tau. Cak, bangun jangan you pingsan gantian sama I dunk, ayo bangun cepat," cicit Luna sambil menggoyangkan tubuh Cakra yang pingsan. "I saja yang jaga desek ya, I ini asistennya jadi I berhak," jawab Arvin yang tidak mau kalah. Keduanya masih berdebat dan tidak ada satupun yang mengalah sama sekali. Tangan yang tadi menepuk pundak keduanya kembali terasa di pundak mereka masing-masing. Arvin dan Luna memandang satu sama lain. "I katakan apa ke you, lihat sana, I mau pingsan ini, akh, pingsan i," cicit Luna yang membuat Arvin kesal. Tangan yang di pundaknya di tepuk-tepuk dan mengusap leher juga pipinya. Sedangkan Luna sudah memejamkan mata sambil membuka mata mata sedikit dengan mulut dimajukan. Karena
Read more

Bab 130. Sayang, Aku Kangen

"Kalau bukan suara you suara siapa lagi? Mana mungkin suara I seperti itu!" Malik pun tidak mengakui kalau itu juga suaranya. "Sudah diamlah kalian. Kenapa kalian tidak bisa diam. Terserah itu suara siapa, ini kenapa nomor liftnya acak kadut sih, apa tidak ada yang bener, sial!" Cakra mengomel karena tidak tenang melihat lift yang naik turun itu bisa dilihat dari angka yang tertera di lift. Beno, Malik, Arvin, Luna, Pasha dan Cakra pasrah karena liftnya naik turun. Dan akhirnya, turun. Para pria yang sudah pucat keluar dari lift. Mereka jalan dengan cepat dan akhirnya sampai di depan lobby. "Bos, Anda baik-baik saja" tanya Arvin kepada bosnya. "Saya baik, kamu pikir saya sakit, cepat kita pergi mana mobil, saya kangen dan rindu dengan anak dan terutama istri saya, ayo cepat," ucap Cakra yang meminta kepada Arvin untuk segera pergi dia terlalu malas mengingat kejadian di kantornya. "Lo rindu dengan Alena, sayangnya Alena tidak sayang dengan lo, dia hangout dengan bini gue, sampa
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
31
DMCA.com Protection Status