Home / CEO / Tiga Bayi Sang Mafia / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Tiga Bayi Sang Mafia: Chapter 111 - Chapter 120

309 Chapters

Bab 111. Bahan Baku

"Mau cepat malah pergi malah dia pingsan. Ayo bangunkan dia cepat," ucap Beno lagi meminta asisten pribadinya untuk membangunkan Luna. Asisten pribadi Beno membangunkan Luna. Cakra sudah siap untuk pergi menyelamatkan Alena dan Kiano. Arvin sudah berkoordinasi dengan anak buah yang ada di Italia dan benar saja, mereka ada di sana. Sebuah pesawat sudah mendarat di bandara seperti yang Tuan Rosario katakan padanya. "Tuh, perempuan benar-benar cari masalah dengan kita, beranii sekali dia membawa istri lo, Cakra. Apa dia tidak takut mati ya?" tanya Pasha yang masih menunggu Luna bangun sambil berbincang. "Dia bukannya dia cari masalah, tapi cari mati dianya. Dia itu marah pada lo, Cakra karena menolak perjodohan itu, makanya itu wanita menculik keduanya. Dua kali dia lakukan itu, apa tidak takut dia lo sikat habis. Gue rasa dia sudah terkontaminasi oleh si Felix dan ketua klan Minamoto itu. Wanita pendendam sekali dia ya," jawab Malik. "Wanita pendendam ya, bahaya itu. Tapi, lebih bah
Read more

Bab 112. Ketemu

"Entahlah, mungkin puluhan tahun atau suka-suka hati mereka saja," jawab Cakra sekenaknya yang membuat Malik mendengus kesal. "Nggak perlu jawab kalau kamu ngga mau jawab, menyebalkan sekali," sahut Malik dengan raut wajah kesal. Mereka duduk dengan tenang tidak ada pembicaraan yang berarti. Sampai di bandara semuanya turun, pesona Cakra benar-benar kuat, sehingga semua orang yang memandang Cakra terpesona melihat ketampanan Cakra. Bukan hanya Cakra saja, semua yang ikut dengan Cakra juga menjadi tatapan dari semua orang, sahabatnya yang bersama Cakra menunjukkan aura ketampanan yang tidak jauh dari pesona sang mafia. "Apa sudah siap pesawat kita? Dan bagaimana dengan situasi di sana? Apa ada pergerakan?" tanya Cakra. "Ada iring-iringan mobil melintasi jalan tersebut, tapi tidak tau apakah itu klan Woody atau bukan," ucap Arvin dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh sekeliling. Cakra hanya menganggukkan kepala, dirinya mengerti kemungkinan itu orang yang ingin melihat nukl
Read more

Bab 113. Menyelinap

"Benar, Tuan. Saya saja tidak tau kenapa bisa tidak ada di kamarnya. Yang ada hanya anak buahnya, jadi kita harus apa, Tuan?" tanya anak buah Tuan Rosario. Pria yang terkejut mendengar Cakra kabur juga teman-temannya adalah Tuan Rosario. Pantas saja Luna diminta ikut dengannya. "Sudah tau dia kemana? Kalau sudah tau biarkan saja, tapi kalian pantau saja apa lagi ada pertemuan mafia bukan, jadi awasi begitu juga cepat bergerak bantu Cakra untuk menyelamatkan istri dan cucuku," jawab anak buah Tuan Rosario. "Mereka ke Italia. Baik saya akan ke sana sekarang juga. Kalau begitu saya permisi dulu, Tuan," ucap anak tuan Rosario. Tuan Rosario menganggukkan kepala dan mengghela napas panjang, dia tidak bisa berbuat apapun. Anaknya tidak bisa ditahan untuk apapun, apalagi sangkut pautnya dengan keluarga kecilnya jadi dirinya akan menjadi garda ke depan. Di villa mewah, di tengah hutan Alena dan Kiano masih disekap oleh Della dan Felix. Kondisi keduanya sangat memprihatinkan, Kiano berpel
Read more

Bab 114. Aku Di Sini

Cakra masih diam dia tidak menjawab apa yang Beno tanyakan. Tapi, dari raut wajahnya dia terlihat sangat menakutkan. Tidak dipungkiri Cakra termasuk mafia yang bertangan dingin dan sosok iblis melekat di dirinya. Untuk membunuh orang saja dia tidak ada takutnya. " Wajah you kenapa seperti itu? You jawab dulu apa yang ditanyakan desek, jangan buat kita seperti ini menebak jawaban you. Apa desek kesambet ya?" tanya Luna penasaran dengan jawaban Cakra. Cakra mulai membuka suara, dia menjelaskan apa yang akan dia lakukan. Semuanya mendengar apa yang Cakra katakan. Tidak ada yang membantah sama sekali, mereka benar-benar konsentrasi dengan apa yang Cakra rencanakan. "Jadi, kalian sudah mengerti apa yang akan kita semua lakukan?" tanya Cakra dengan senyum mengembang. Beno melihat ke arah sahabatnya, Beno mengangkat alisnya sebagai kode apakah mereka setuju atau tidak. Pasha menganggukkan kepala begitu juga Malik. Beno kembali melihat ke arah Cakra dan tersenyum. "Mengerti dan setuju d
Read more

Bab 115. Kita Dikepung

"Jangan takut, kita lanjut saja," ucap Cakra mencoba menyemangati anak buahnya. Kobaran api sangat besar dan terlihat ledakan yang tidak mungkin mereka lewati. Hawa panas juga sedikit mengenai mereka. Walaupun jauh tapi bisa terasa oleh mereka. Apa lagi ledakan terjadi secara beruntun. "Bos, ranjaunya sepertinya terus menerus meledak, kita kalau melanjutkan biasanya ke panggang bos. Lihat itu, burung sudah pada terbang menyelamatkan diri," ucap anak buah Cakra menunjuk beberapa binatang salah satunya burung yang menyelamatkan diri. "Bagaimana bisa ada ranjau di sini dan apa mereka tidak punya hati apa, binatang bisa mati kalau terkena ranjau. Kita jalan dari depan saja, kalian tau pintu depan vila itu atau tidak?" tanya Cakra. "Anda akan kami terbangkan pakai parasut. Terus Anda turun ke bawah hanya itu cara sstu-satunya," ucap pengawal pribadi Cakra. "Apa tidak ada sistem keamanan yang terpasang di vila tersebut?" tanya Cakra. "Itu Anda tenang saja, jangan khawatir ya, semuany
Read more

Bab. 116. Serahkan Istriku

Luna dan ketiga sahabat Cakra juga para asisten segera meninggalkan gedung. Mereka masih mendengar suara tembakkan yang cukup keras membuat mereka tidak tahu kapan akan berakhir. "Kita ke tempat Cakra saja. Lebih baik kita pergi ke sana. Tapi, racun itu tidak berulah dikemudian hari, Luna?" tanya Pasha. "I sudah katakan ke you kalau serum yang I kasih itu bagus dan tidak akan membunuh you, jadi you tenang saja ya," jawab Luna. Mereka memakai serum yang diberikan Luna. Semua anak buah diberikan Luna, mereka heran Luna bisa secepat itu mendapatkan serum padahal dirinya baru melihat racun tersebut. Tapi, balik lagi mereka tidak memperdulikannya."You ada kabar dari Cakra?" tanya Luna kepada Arvin. "Tidak, kemungkinan saat ini, bos Cakra sudah berhasil menyelamatkan Nyonya Alena dan Tuan Muda Kiano," jawab Arvin. Luna menganggukkan kepala mendengar apa yang dikatakan oleh Arvin. Saat ini helikopter sudah tepat di bawah vila Klan Woody. Cakra bersiap dengan parasut dan semuanya. Cakr
Read more

Bab 117. Tunggu Pembalasanku

Pria yang menangkap Kiano dan Alena tidak memperdulikan teriakkan Felix. Pria tersebut masih menatap ke arah Cakra yang saat ini tersenyum padanya. "Bagaimana? Masih ingat aku atau lupa, kalau tidak ingat baik akan aku ingatkan kamu," ucap pria tersebut yang menembak lengan Cakra. Tembakkan tersebut membuat Alena menjerit, Kiano yang melihat Cakra ditembak menangis dan memukul pria tersebut dia juga menggigit tangan pria yang menyandranya. "Akh, anak tidak tau diri, lepaskan tanganku! Sakit!" pekiknya dengan kencang dan membuat pria tadi melepaskan tangannya dari mulut mungil Kiano. Pria itu hendak memukul Kiano tapi ditahan oleh Alena dengan menolak tubuh pria itu hingga oleng dan jatuh. Kesempatan Alena dan Kiano kabur. Cakra dengan cepat menarik keduanya dan secepat kilat menembak pria yang di depannya. Felix yang ingin kabur tertembak di bagian dada hingga roboh. "Felix!" teriak Della yang ketakutan melihat Felix tertembak. Pria yang jatuh tersebut balik membalas tembakkan
Read more

Bab 118. Mulai Lebai

Luna terbangun dari tidurnya, dia melihat Alena yang saat ini menangis dan sudah dipastikan kalau Alena merindukan pria dingin itu. "Ada apa you menangis? Merindukan suami you yang dingin seperti kulkas itu ya?" tanya Luna. Alena memandang ke arah Luna dan menganggukkan kepala dengan cepat. Dia memandang Luna memohon kepada Luna untuk bisa mempertemukan dirinya dan Cakra. Luna menghela napas karena Alena ingin bertemu dengan Cakra. "Ye tunggu dulu, desek masih di obati, sabar dulu sekarang you tidur. Nanti mereka akan kasih tau you kalau desek sudah selamat. Tunggu ya," ucap Luna yang membuat Alena menganggukkan kepala. Alena pun menganggukkan kepala. Dia kembali tidur. Luna tersenyum dan kembali tidur dia benar-benar lelah karena dirinya harus mengambil nuklir itu dan serum milik klan mafia Felix. Ide yang awalnya hanya ingin mengambil serum tapi dia malah mengambil nuklir. Saat di rumah Felix dan situasi kacau, dia bersama anak buah Tuan Rosario pergi ke tempat lain, mereka be
Read more

Bab 119. Maafkan Aku Sayang

Arvin yang tau situasi di ruangan tersebut menyimpan ponselnya dan wajahnya datar tapi dia memberikan tatapan mata ke arah Cakra dengan tajam seperti menyiratkan sesuatu yang genting dan itu bisa dilihat oleh Cakra. "Daddy dengan siapa di sini?" tanya Cakra kepada Tuan Rosario. Tuan Rosario membuka pintu terlihat dua kurcaci yang menunjukkan wajah datar ke arah Tuan Rosario. Tuan Rosario membolakan matanya karena dua cucunya ini sengaja dia tidak perkenankan masuk lebih dahulu karena ingin membuat suprise tapi nyatanya malah sebaliknya. Keduanya menunjukkan raut wajah kesal dan marah padanya. "Tidak baik membuat anak kecil menunggu terlalu lama, Opa. Ini bukan suprise namanya, ini keterlaluan, kami ingin bertemu dengan Mommy dan Daddy juga adik bungsu kami," ucap Kenzi yang membuat Tuan Rosario mendengus kesal karena cucu tertuanya benar-benar jiplakan Cakra. "Opa, ejam ama ami, idak oleh cepeti itu. Inggil, atu au acuk. Mommy, Daddy, Kia atu indu!" teriak Kenzo dengan kencang me
Read more

Bab 120 . Hebat Pinky Boy

Seminggu Cakra dirawat di rumah sakit bersama Alena dan Kiano. Cakra juga tau kalau istri dan anaknya di cekokin dengan obat terlarang dan itu membuat Cakra kesal setengah mati. Tapi, karena dia berhasil membunuh keduanya dia pun tidak lagi marah. Hanya saja, dia terus memantau kesehatan keduanya. Saat ini keduanya tengah liburan di Italia. Hitung-hitung bulan madu. Seluruh keluarga ikut, mereka benar-benar menikmati kebersamaan. Saat ini tim wanita yang diketuai Alena tengah berbincang di taman bermain sambil membawa Kiano, Kenzi dan Kenzo bermain disana juga anak dan juga anak dari Arvin dan Beno. "Sudah kalian cari siapa dia yang waktu itu menyandera Alena selain Felix?" tanya Cakra yang sesekali tersenyum ke arah Alena. "Seperti yang saya perlihatkan pesan itu mengatakan kalau dia klan baru dan saat ini klan tersebut dikuasai oleh dia tapi sejak peristiwa di vila klan itu redup dan hilang bak ditelan bumi," jawab Arvin. "Cak, kamu harus selidiki insiden di rumah Felix dan car
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
31
DMCA.com Protection Status