Luna dan ketiga sahabat Cakra juga para asisten segera meninggalkan gedung. Mereka masih mendengar suara tembakkan yang cukup keras membuat mereka tidak tahu kapan akan berakhir. "Kita ke tempat Cakra saja. Lebih baik kita pergi ke sana. Tapi, racun itu tidak berulah dikemudian hari, Luna?" tanya Pasha. "I sudah katakan ke you kalau serum yang I kasih itu bagus dan tidak akan membunuh you, jadi you tenang saja ya," jawab Luna. Mereka memakai serum yang diberikan Luna. Semua anak buah diberikan Luna, mereka heran Luna bisa secepat itu mendapatkan serum padahal dirinya baru melihat racun tersebut. Tapi, balik lagi mereka tidak memperdulikannya."You ada kabar dari Cakra?" tanya Luna kepada Arvin. "Tidak, kemungkinan saat ini, bos Cakra sudah berhasil menyelamatkan Nyonya Alena dan Tuan Muda Kiano," jawab Arvin. Luna menganggukkan kepala mendengar apa yang dikatakan oleh Arvin. Saat ini helikopter sudah tepat di bawah vila Klan Woody. Cakra bersiap dengan parasut dan semuanya. Cakr
Pria yang menangkap Kiano dan Alena tidak memperdulikan teriakkan Felix. Pria tersebut masih menatap ke arah Cakra yang saat ini tersenyum padanya. "Bagaimana? Masih ingat aku atau lupa, kalau tidak ingat baik akan aku ingatkan kamu," ucap pria tersebut yang menembak lengan Cakra. Tembakkan tersebut membuat Alena menjerit, Kiano yang melihat Cakra ditembak menangis dan memukul pria tersebut dia juga menggigit tangan pria yang menyandranya. "Akh, anak tidak tau diri, lepaskan tanganku! Sakit!" pekiknya dengan kencang dan membuat pria tadi melepaskan tangannya dari mulut mungil Kiano. Pria itu hendak memukul Kiano tapi ditahan oleh Alena dengan menolak tubuh pria itu hingga oleng dan jatuh. Kesempatan Alena dan Kiano kabur. Cakra dengan cepat menarik keduanya dan secepat kilat menembak pria yang di depannya. Felix yang ingin kabur tertembak di bagian dada hingga roboh. "Felix!" teriak Della yang ketakutan melihat Felix tertembak. Pria yang jatuh tersebut balik membalas tembakkan
Luna terbangun dari tidurnya, dia melihat Alena yang saat ini menangis dan sudah dipastikan kalau Alena merindukan pria dingin itu. "Ada apa you menangis? Merindukan suami you yang dingin seperti kulkas itu ya?" tanya Luna. Alena memandang ke arah Luna dan menganggukkan kepala dengan cepat. Dia memandang Luna memohon kepada Luna untuk bisa mempertemukan dirinya dan Cakra. Luna menghela napas karena Alena ingin bertemu dengan Cakra. "Ye tunggu dulu, desek masih di obati, sabar dulu sekarang you tidur. Nanti mereka akan kasih tau you kalau desek sudah selamat. Tunggu ya," ucap Luna yang membuat Alena menganggukkan kepala. Alena pun menganggukkan kepala. Dia kembali tidur. Luna tersenyum dan kembali tidur dia benar-benar lelah karena dirinya harus mengambil nuklir itu dan serum milik klan mafia Felix. Ide yang awalnya hanya ingin mengambil serum tapi dia malah mengambil nuklir. Saat di rumah Felix dan situasi kacau, dia bersama anak buah Tuan Rosario pergi ke tempat lain, mereka be
Arvin yang tau situasi di ruangan tersebut menyimpan ponselnya dan wajahnya datar tapi dia memberikan tatapan mata ke arah Cakra dengan tajam seperti menyiratkan sesuatu yang genting dan itu bisa dilihat oleh Cakra. "Daddy dengan siapa di sini?" tanya Cakra kepada Tuan Rosario. Tuan Rosario membuka pintu terlihat dua kurcaci yang menunjukkan wajah datar ke arah Tuan Rosario. Tuan Rosario membolakan matanya karena dua cucunya ini sengaja dia tidak perkenankan masuk lebih dahulu karena ingin membuat suprise tapi nyatanya malah sebaliknya. Keduanya menunjukkan raut wajah kesal dan marah padanya. "Tidak baik membuat anak kecil menunggu terlalu lama, Opa. Ini bukan suprise namanya, ini keterlaluan, kami ingin bertemu dengan Mommy dan Daddy juga adik bungsu kami," ucap Kenzi yang membuat Tuan Rosario mendengus kesal karena cucu tertuanya benar-benar jiplakan Cakra. "Opa, ejam ama ami, idak oleh cepeti itu. Inggil, atu au acuk. Mommy, Daddy, Kia atu indu!" teriak Kenzo dengan kencang me
Seminggu Cakra dirawat di rumah sakit bersama Alena dan Kiano. Cakra juga tau kalau istri dan anaknya di cekokin dengan obat terlarang dan itu membuat Cakra kesal setengah mati. Tapi, karena dia berhasil membunuh keduanya dia pun tidak lagi marah. Hanya saja, dia terus memantau kesehatan keduanya. Saat ini keduanya tengah liburan di Italia. Hitung-hitung bulan madu. Seluruh keluarga ikut, mereka benar-benar menikmati kebersamaan. Saat ini tim wanita yang diketuai Alena tengah berbincang di taman bermain sambil membawa Kiano, Kenzi dan Kenzo bermain disana juga anak dan juga anak dari Arvin dan Beno. "Sudah kalian cari siapa dia yang waktu itu menyandera Alena selain Felix?" tanya Cakra yang sesekali tersenyum ke arah Alena. "Seperti yang saya perlihatkan pesan itu mengatakan kalau dia klan baru dan saat ini klan tersebut dikuasai oleh dia tapi sejak peristiwa di vila klan itu redup dan hilang bak ditelan bumi," jawab Arvin. "Cak, kamu harus selidiki insiden di rumah Felix dan car
"Tidak perlu, kita biarkan saja. Aku mau mereka bersenang-senang. Nanti aku akan serang dia balik siapkan semuanya dan cari tau dimana serum dan nuklir Felix berada," ucap pria tersebut yang merupakan klan mafia baru yang saat ini mengincar Cakra. "Baik, bos," jawab anak buahnya. Mobil segera meninggal tempat tersebut dan melaju menuju markas mereka. Sedangkan Alena dan rombongan segera pergi ke villa. Sesampainya di villa, Anak-anak segera mandi dan istirahat. Cakra melihat wajah istrinya yang rubah mendekati istrinya. "Sayangku, sini deh. Aku mau katakan padamu," panggil Cakra sambil menggerakkan tangannya dan menepuk sofa yang sampingnya. Alena mendekati Cakra dan duduk di samping. Alena menatap Cakra dengan lekat. Cakra yang dipandang mulai gugup dan entah kenapa dia salah tingkah. "Ada apa kamu memandang aku?" tanya Cakra dengan suara yang dibuat datar. Alena tersenyum dan mencubit pipi juga hidung Cakra dia gemas dengan suami mafianya ini. "Kenapa kamu mencubitku? Kalau
Cakra masih mendengar apa yang dikatakan anak buahnya, sesekali dia memandang ke arah Alena yang saat ini berada di kamar mandi. Cakra ingin mendekati Alena namun dia masih berkomunikasi dengan anak buahnya. "Segera hubungi asistenku, katakan kepadanya nanti saya akan urus," jawab Cakra yang segera mengakhiri panggilan telepon. Panggilan telepon berakhir, Cakra segera melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Saat ingin mengetuk pintu kamar mandi, Cakra mendengar suara tangisan dari Alena. Dia tidak tega Alena menangis, selama ini dia berusaha untuk membuat Alena bahagia namun kali ini Alena menangis karena sesuatu yang tidak dia sukai. Pintu terbuka, Cakra masuk ke dalam kamar mandi dia melangkahkan kaki dengan perlahan terlihat Alena sedang berdiri di atas shower yang membasahi tubuhnya. Cakra segera memeluk Alena dari belakang. Mendapat pelukan dari Cakra Alena memberontak untuk melepaskan pelukkannya, namun Cakra dengan kuat memeluk Alena. "Pergi, aku tidak ingin melihatmu, lepas
"Iya, apa lo kagak percaya pada kita-kita?" tanya Beno. "Apa gue katakan kalau lo berbohong? Tidak bukan, gue katakan apa lo semua percaya? Arvin, tadi dia telpon saya, apakah dia sudah telpon kamu balik?" tanya Cakra. "Sudah, katanya tunggu di markas, apa kita ke sana sekarang?" tanya Arvin lagi. Helaan napas terdengar dari mulut Cakra, Cakra bingung apakah dia mau ke sana atau tidak. Entah kenapa dirinya sulit untuk gerak karena perkataan Alena tadi, apa lagi pertengkaran keduanya membuat dia bingung mau jelaskan ke Alena dia mau kemana. Beno, Malik, Pasha dan Arvin masih menunggu jawaban dari Cakra yang saat ini masih terlihat diam dan melamun. Luna yang datang bawa minuman dan cemilan menatap ke arah Cakra. "Kenapa dengan desek? Apa desek masih dikejutkan dengan you semua? Jangan you buat dia meninggal. Karena dia masih muda," jawab Luna yang duduk dan memberikan cemilan ke mulut Cakra. Cakra yang melamun tersentak dan mengunyah cemilan yang diberikan oleh Luna. Semuanya te
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk