Beranda / CEO / Tiga Bayi Sang Mafia / Bab 131 - Bab 140

Semua Bab Tiga Bayi Sang Mafia: Bab 131 - Bab 140

309 Bab

Bab 131. Bukan Singa

Sejak kejadian semalam Cakra di diami oleh Alena. Dirinya tidak berani untuk mengatakan apapun. Entah kenapa dirinya takut untuk memulai topik yang akan dibicarakan. Cakra tidak tahu pesan siapa yang masuk ke dalam ponselnya. "Katakan siapa yang mengirimkanmu pesan ini?" tanya Alena sekali lagi. Cakra meraih ponselnya dan melihat siapa yang menghubungi dirinya. Hanya ada kata aku menunggumu, Sayang di tempat biasa. Dan kata itu membuat Alena yang kalem dan manis berubah menjadi singa ya singa betina yang siap menerkam dirinya. Lirikan mata Alena begitu tajam hingga Cakra enggan untuk melihatnya apa lagi pagi ini. Dia hanya tertunduk tidak berani menatap istrinya itu. Luna yang melihat kelakuan dari Cakra membuat dirinya penasaran. "You kenapa? Apa you nggak dikasih jatah?" tanya Luna kepada Cakra yang langsung saja menendang kakinya Luna hingga dirinya meringis kesakitan. "Paman Luna, jatah apa? Makanan ya?" tanya Kenzi kepada Luna. Alena mendengar anaknya mengatakan itu langsu
Baca selengkapnya

Bab 132. Jalan Pinguin

"Gue nggak lakukan itu, sumpah deh. Gue kalau bercanda lihat situasi. Nggak suka bercanda yang membuat rumah tangga orang hancur. Lagian kita juga sepupu dan teman dari orok, jadi nggak mungkin gue lakukan itu," ujar Beno. "Hah, yang nuduh kamu siapa, kami tidak menuduhmu," ucap Arvin yang membuat Beno terkekeh. "Kamu dapat dari mana itu informasi? Apakah akurat?" tanya Malik. "Akurat Tuan dan wanita yang dilihat bos itu memang wanita Edo, saya tidak tau kenapa dia bisa ke sini dan mengincar Bos Cakra. Mungkin saja ada kisah masa lalu yang belum selesai dengan bos atau hanya ingin membalaskan dendam atas kematian pria itu dan untuk masalah peluru itu mungkin saja ada yang ingin menjebak Anda," jawab Arvin. Cakra masih diam tidak mengatakan apapun, dia hanya mencerna setiap perkataan dari Arvin asistennya. "Jadi, kalau memang dia ingin balas dendam itu artinya ada masalah pribadi dengan lo dan seperti yang Arvin katakan mungkin karena kematian pria itu lo di incar Cakra atau ada
Baca selengkapnya

Bab 133. Tak Terelakkan Lagi

Mendengar perkataan dari Luna membuat Cakra membolakan mata. Dia tidak menyangka kalau Luna mengatakan itu kepada dirinya. "Hei you, tutup mulut you. Kita ini sedang menyamar, you juga harus pakai, kalau tidak you akan ketahuan. Pakai kumis ini, cepat," perintah Beno yang juga berpakaian sama dengan mereka. Cakra dan sahabatnya juga yang lainnya memakai pakaian yang cerah dengan motif bunga dan memakai busa di seluruh tubuh mereka hingga membuat mereka kelihatan gemuk. Memakai kacamata besar dan tompel di pipi hingga membuat siapapun tidak mengenal mereka dan Beno meminta kepada Luna juga melakukan itu. Luna terpaksa mengikuti apa yang Beno katakan, karena benar dikatakan oleh Beno nanti akan ketahuan kalau tidak memakai penyamaran. Luna dibantu oleh yang lainnya untuk menyamar dan akhirnya Luna seperti Cakra. "Ayo jalan, Sayang, hahaha. Jalan pinguin euy, hahah," goda Beno yang membuat semua tertawa. "You menyebalkan sekali," ucap Luna dengan wajah kesal.Luna berjalan pelan k
Baca selengkapnya

Bab 134. Sabar Bang, Bro

"Sepertinya, tadi ada yang tau dimana alat penyadap kita, lebih baik kita serang saja, tidak ada lagi yang kita harapkan, kita tidak bisa diam seperti ini, lebih baik serang balik saja," ucap Beno yang melihat mereka di serang terus- terusan tapi mereka tidak sedikitpun melawan. Mafia klan Taira terus menyerang Cakra dengan memuntahkan peluru, terlihat mereka membawa lari ketua Mafia mereka agar tidak terluka tapi tidak bisa karena serangan terus menerus ke arah mereka. Sebelum terjadi serangan, salah satu anak buah Mafia dari klan Taira mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau ada mata-mata dan saat itulah ketua klan mulai curiga, dia melihat setiap sudut pemancingan tapi tidak menemukan sama sekali ada mata-mata di tempat tersebut. Saat melihat alat penyadap di tempat nampan dan orang yang memantau dari kejauhan terlihat olehnya tapi bukan Cakra, ketua klan Taira langsung saja bergerak cepat, mereka menyerang alhasil Cakra dan sahabatnya juga ikut diserang. Dan di sinilah mereka
Baca selengkapnya

Bab 135. Ayang-ayang

Cakra yang penasaran segera berdiri, dia ingin mencari dimana sumber suara tersebut. Bukan hanya Cakra saja yang penasaran dengan suara deringan ponsel akan tetapi semuanya juga penasaran. "I rasa, ini hanya halusinasi kita. Dan kemungkinan markas you ini ada hantunya," ucap Luna yang membuat Cakra terdiam dan tidak berani melangkahkan kaki keluar pintu. Sahabat Cakra memandang ke arah Cakra yang tidak bergerak sama sekali setelah Luna mengatakan hal itu. "Kenapa lo berhenti. Jangan katakan kalau lo takut, Cakra," ungkap Malik. "Kalian saja yang maju, gue ikut dari belakang dan markas gue sudah lama gue tempati dan tidak ada yang aneh. Kalian berempat pergi sana lihat, saya dari belakang saja," jawab Cakra meminta kepada asisten sahabatnya dan asisten dirinya untuk pergi melihatnya. Beno membolakan matanya mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra. Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu dan entah kenapa dia ingin mengerjain Cakra. "Banyak alasan you. Ayo kita lihat, siapa tau ada mat
Baca selengkapnya

Bab 136. Cemburu Gue

Cakra mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkannya pesan kepadanya. Cakra segera membacanya, Cakra tidak tahu siapa yang mengirimnya karena tidak ada nama hanya nomor yang dia tidak kenal. Dan pesan itu hanya mengatakan selamat malam dan mimpi indah Cakra risih segera menghapusnya, dia tidak mau nanti alyena salah paham. "Siapa yang menghubungimu, Sayang?" tanya Alena. Cakra menoleh ke arah Alena, keduanya segera masuk ke kamar dan mengunci pintu. "Aku tidak tahu siapa, Sayang. Dia hanya menggirimkan kata selamat malam dan mimpi indah, mungkin seorang pacar yang salah kirim seharusnya ingin kirim ke pacarnya tapi malah kirim ke aku, sudah abaikan saja," jawab Cakra yang tidak peduli dengan apa yang terjadi. Mendengar perkataan dari Cakra, Alena menganggukkan kepala, dia tidak akan cemburu karena dia tahu Cakra itu seperti apa dulunya dan sekarang pun juga sama tidak akan pernah tergoda oleh wanita manapun. Tidak mendapatkan tanggapan dari Alena membuat Cakra penasar
Baca selengkapnya

Bab 137. Maaf Ya Sayang

"You jangan gegabah, bisa saja desek itu orang yang ingin menanyakan alamat atau desek ingin cari tahu tempat makan yang enak jadi you jangan marah-marah dengan desek paham you, apa cemburu you ke desek karena lebih tampan dari you?" tanya Luna yang membuat Cakra membolakan mata. "Gue cemburu? Ck, iya gue cemburu. Bagaimana gue nggak cemburu, you lihat mereka, dekat sekali gue mau ke sana saja. Gue tidak tenang kalau tidak mendengarkan langsung kalau desek nyari alamat. Kalau you tidak mau ikut, ya sudah jaga ini bangku," ucap Cakra yang membuat alis Luna terangkat ke atas. Cakra pun segera pergi tanpa menunggu lama, hatinya panas membara, dia ingin tahu siapa pria tersebut yang berani mendekati Alena istri imutnya itu. "Kenapa i yang harus jaga bangku. Memangnya i ini apaan, jahara you. Lebih baik i lihat saja, terkadang pria dingin dan arogan itu bertindak seenaknya saja, i mau memisahkan desek kalau berantem. Desek seperti mafia deh," ucap Luna yang segera mengikuti Cakra. "Ehm
Baca selengkapnya

Bab 138. Sempit Sekali

Panggilan berakhir, Cakra hanya diam dan tidak bisa mengatakan apapun. Luna dan Alena memandang ke arah Cakra yang terdiam saat mendapatkan telpon. "You kenapa?" tanya Luna. "Oh, tidak apa-apa," jawab Cakra yang tersenyum karena dia tidak mau jika Alena marah padanya. Cakra tidak mau Alena terganggu dengan apa yang akan dia alami saat ini. Luna tahu kalau Cakra saat ini tengah gelisah. Pasti karena telepon yang tadi masuk ponselnya jadi dia tidak banyak bertanya. Cakra melirik ke arah Luna dan mengarahkan lirikannya ke Alena Luna berdehem dan tersenyum. "Ayo kita pulang, nanti anak-anak you kelelahan, kasihan desek bisa pingsan lagi, lihat itu mereka sudah berkeringat. Ayo pulang, nanti kita ke sini lagi. Kalian ikut juga, ayo!" ajak Luna kepada kedua orang tersebut. "Ya sudah, ayo kita pulang kamu jangan khawatir, Sayang. Apapun masalahmu, aku akan selalu dukung," ucap Alena yang mengecup pipi Cakra hingga membuat Cakra dan Luna terkejut. "Terkadang istri you ini manis juga wa
Baca selengkapnya

Bab 139. Ini Dia Ya

"Dimana you letak nuklir itu?" tanya Cakra kepada Luna. Cakra mulai menanyakan nuklir yang dicuro oleh Luna waktu mereka menyelamatkan Alena. "I letak di tempat yang aman. You tau i letakkan itu di markas you di Italia dan Daddy you juga tau i ambil itu nuklir dan nuklir itu di jaga oleh anak buah Daddy you, apa you mau melihatnya?" tanya Luna. Cakra menggelengkan kepala dan tersenyum. Cakra berjalan ke arah sisi dinding dan membuka pintu besi yang di dalamnya ada satu botol cairan biru dan satu benda yang membuat Luna terkejut. "Dari mana you bisa bawa benda ini? Bukannya ini harus melewati Bea Cukai dan ini juga tidak bisa sembarangan masuk ke negara ini, apa you masukan benda ini dari dasar laut atau bagaimana?" tanya Luna yang terkejut karena benda yang dia katakan ada di tempat Cakra yang di Italia kini ada di sini dan benda yang di lemari rahasia tersebut adalah Nuklir, penawar racun dan racunnya sendiri. "Jadi, ini dia bendanya, luar biasa. Cakra, apa lo menyelundupkan ini
Baca selengkapnya

Bab 140. Kejam You

Cakra berjalan menuju ruangan dimana mata-mata tersebut berada. Arvin membuka pintu dan mempersilahkan Cakra masuk bersama dengan sahabatnya. Cakra tersenyum kepada mata-mata yang diikat. "Jadi, ini dia orangnya, berani juga ya dia melakukan pengintai di rumahku. Apa sudah banyak nyawanya yang kalian punya?" tanya Cakra yang saat ini menatap tajam ke arah mata-mata tersebut. "Buka mulutnya, aku mau dengar apa yang dikatakan oleh mereka. Apa mereka mau membela diri atau malah menantang kita," jawab Beno meminta kepada asistennya untuk membuka penutup mulut mata-mata. Asisten Bimo membuka penutup mulut mata-mata dan saat dibuka terlihat senyuman di wajah mata-mata tersebut. "Sepertinya dia tidak punya rasa takut dan lihatlah dia memang benar-benar ingin kita habisi. Bagaimana kalau kita habisi dia sekarang tanpa perlu menyiksanya bagaimana, kalian setuju?" tanya Malik yang geram dan kesal saat melihat keempat mata-mata yang ditangkap menertawakan mereka. "Tidak masalah, kalau kita
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
31
DMCA.com Protection Status