Mendengar perkataan dari Luna membuat Cakra membolakan mata. Dia tidak menyangka kalau Luna mengatakan itu kepada dirinya. "Hei you, tutup mulut you. Kita ini sedang menyamar, you juga harus pakai, kalau tidak you akan ketahuan. Pakai kumis ini, cepat," perintah Beno yang juga berpakaian sama dengan mereka. Cakra dan sahabatnya juga yang lainnya memakai pakaian yang cerah dengan motif bunga dan memakai busa di seluruh tubuh mereka hingga membuat mereka kelihatan gemuk. Memakai kacamata besar dan tompel di pipi hingga membuat siapapun tidak mengenal mereka dan Beno meminta kepada Luna juga melakukan itu. Luna terpaksa mengikuti apa yang Beno katakan, karena benar dikatakan oleh Beno nanti akan ketahuan kalau tidak memakai penyamaran. Luna dibantu oleh yang lainnya untuk menyamar dan akhirnya Luna seperti Cakra. "Ayo jalan, Sayang, hahaha. Jalan pinguin euy, hahah," goda Beno yang membuat semua tertawa. "You menyebalkan sekali," ucap Luna dengan wajah kesal.Luna berjalan pelan k
"Sepertinya, tadi ada yang tau dimana alat penyadap kita, lebih baik kita serang saja, tidak ada lagi yang kita harapkan, kita tidak bisa diam seperti ini, lebih baik serang balik saja," ucap Beno yang melihat mereka di serang terus- terusan tapi mereka tidak sedikitpun melawan. Mafia klan Taira terus menyerang Cakra dengan memuntahkan peluru, terlihat mereka membawa lari ketua Mafia mereka agar tidak terluka tapi tidak bisa karena serangan terus menerus ke arah mereka. Sebelum terjadi serangan, salah satu anak buah Mafia dari klan Taira mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau ada mata-mata dan saat itulah ketua klan mulai curiga, dia melihat setiap sudut pemancingan tapi tidak menemukan sama sekali ada mata-mata di tempat tersebut. Saat melihat alat penyadap di tempat nampan dan orang yang memantau dari kejauhan terlihat olehnya tapi bukan Cakra, ketua klan Taira langsung saja bergerak cepat, mereka menyerang alhasil Cakra dan sahabatnya juga ikut diserang. Dan di sinilah mereka
Cakra yang penasaran segera berdiri, dia ingin mencari dimana sumber suara tersebut. Bukan hanya Cakra saja yang penasaran dengan suara deringan ponsel akan tetapi semuanya juga penasaran. "I rasa, ini hanya halusinasi kita. Dan kemungkinan markas you ini ada hantunya," ucap Luna yang membuat Cakra terdiam dan tidak berani melangkahkan kaki keluar pintu. Sahabat Cakra memandang ke arah Cakra yang tidak bergerak sama sekali setelah Luna mengatakan hal itu. "Kenapa lo berhenti. Jangan katakan kalau lo takut, Cakra," ungkap Malik. "Kalian saja yang maju, gue ikut dari belakang dan markas gue sudah lama gue tempati dan tidak ada yang aneh. Kalian berempat pergi sana lihat, saya dari belakang saja," jawab Cakra meminta kepada asisten sahabatnya dan asisten dirinya untuk pergi melihatnya. Beno membolakan matanya mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra. Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu dan entah kenapa dia ingin mengerjain Cakra. "Banyak alasan you. Ayo kita lihat, siapa tau ada mat
Cakra mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkannya pesan kepadanya. Cakra segera membacanya, Cakra tidak tahu siapa yang mengirimnya karena tidak ada nama hanya nomor yang dia tidak kenal. Dan pesan itu hanya mengatakan selamat malam dan mimpi indah Cakra risih segera menghapusnya, dia tidak mau nanti alyena salah paham. "Siapa yang menghubungimu, Sayang?" tanya Alena. Cakra menoleh ke arah Alena, keduanya segera masuk ke kamar dan mengunci pintu. "Aku tidak tahu siapa, Sayang. Dia hanya menggirimkan kata selamat malam dan mimpi indah, mungkin seorang pacar yang salah kirim seharusnya ingin kirim ke pacarnya tapi malah kirim ke aku, sudah abaikan saja," jawab Cakra yang tidak peduli dengan apa yang terjadi. Mendengar perkataan dari Cakra, Alena menganggukkan kepala, dia tidak akan cemburu karena dia tahu Cakra itu seperti apa dulunya dan sekarang pun juga sama tidak akan pernah tergoda oleh wanita manapun. Tidak mendapatkan tanggapan dari Alena membuat Cakra penasar
"You jangan gegabah, bisa saja desek itu orang yang ingin menanyakan alamat atau desek ingin cari tahu tempat makan yang enak jadi you jangan marah-marah dengan desek paham you, apa cemburu you ke desek karena lebih tampan dari you?" tanya Luna yang membuat Cakra membolakan mata. "Gue cemburu? Ck, iya gue cemburu. Bagaimana gue nggak cemburu, you lihat mereka, dekat sekali gue mau ke sana saja. Gue tidak tenang kalau tidak mendengarkan langsung kalau desek nyari alamat. Kalau you tidak mau ikut, ya sudah jaga ini bangku," ucap Cakra yang membuat alis Luna terangkat ke atas. Cakra pun segera pergi tanpa menunggu lama, hatinya panas membara, dia ingin tahu siapa pria tersebut yang berani mendekati Alena istri imutnya itu. "Kenapa i yang harus jaga bangku. Memangnya i ini apaan, jahara you. Lebih baik i lihat saja, terkadang pria dingin dan arogan itu bertindak seenaknya saja, i mau memisahkan desek kalau berantem. Desek seperti mafia deh," ucap Luna yang segera mengikuti Cakra. "Ehm
Panggilan berakhir, Cakra hanya diam dan tidak bisa mengatakan apapun. Luna dan Alena memandang ke arah Cakra yang terdiam saat mendapatkan telpon. "You kenapa?" tanya Luna. "Oh, tidak apa-apa," jawab Cakra yang tersenyum karena dia tidak mau jika Alena marah padanya. Cakra tidak mau Alena terganggu dengan apa yang akan dia alami saat ini. Luna tahu kalau Cakra saat ini tengah gelisah. Pasti karena telepon yang tadi masuk ponselnya jadi dia tidak banyak bertanya. Cakra melirik ke arah Luna dan mengarahkan lirikannya ke Alena Luna berdehem dan tersenyum. "Ayo kita pulang, nanti anak-anak you kelelahan, kasihan desek bisa pingsan lagi, lihat itu mereka sudah berkeringat. Ayo pulang, nanti kita ke sini lagi. Kalian ikut juga, ayo!" ajak Luna kepada kedua orang tersebut. "Ya sudah, ayo kita pulang kamu jangan khawatir, Sayang. Apapun masalahmu, aku akan selalu dukung," ucap Alena yang mengecup pipi Cakra hingga membuat Cakra dan Luna terkejut. "Terkadang istri you ini manis juga wa
"Dimana you letak nuklir itu?" tanya Cakra kepada Luna. Cakra mulai menanyakan nuklir yang dicuro oleh Luna waktu mereka menyelamatkan Alena. "I letak di tempat yang aman. You tau i letakkan itu di markas you di Italia dan Daddy you juga tau i ambil itu nuklir dan nuklir itu di jaga oleh anak buah Daddy you, apa you mau melihatnya?" tanya Luna. Cakra menggelengkan kepala dan tersenyum. Cakra berjalan ke arah sisi dinding dan membuka pintu besi yang di dalamnya ada satu botol cairan biru dan satu benda yang membuat Luna terkejut. "Dari mana you bisa bawa benda ini? Bukannya ini harus melewati Bea Cukai dan ini juga tidak bisa sembarangan masuk ke negara ini, apa you masukan benda ini dari dasar laut atau bagaimana?" tanya Luna yang terkejut karena benda yang dia katakan ada di tempat Cakra yang di Italia kini ada di sini dan benda yang di lemari rahasia tersebut adalah Nuklir, penawar racun dan racunnya sendiri. "Jadi, ini dia bendanya, luar biasa. Cakra, apa lo menyelundupkan ini
Cakra berjalan menuju ruangan dimana mata-mata tersebut berada. Arvin membuka pintu dan mempersilahkan Cakra masuk bersama dengan sahabatnya. Cakra tersenyum kepada mata-mata yang diikat. "Jadi, ini dia orangnya, berani juga ya dia melakukan pengintai di rumahku. Apa sudah banyak nyawanya yang kalian punya?" tanya Cakra yang saat ini menatap tajam ke arah mata-mata tersebut. "Buka mulutnya, aku mau dengar apa yang dikatakan oleh mereka. Apa mereka mau membela diri atau malah menantang kita," jawab Beno meminta kepada asistennya untuk membuka penutup mulut mata-mata. Asisten Bimo membuka penutup mulut mata-mata dan saat dibuka terlihat senyuman di wajah mata-mata tersebut. "Sepertinya dia tidak punya rasa takut dan lihatlah dia memang benar-benar ingin kita habisi. Bagaimana kalau kita habisi dia sekarang tanpa perlu menyiksanya bagaimana, kalian setuju?" tanya Malik yang geram dan kesal saat melihat keempat mata-mata yang ditangkap menertawakan mereka. "Tidak masalah, kalau kita
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk