"Itu bukannya wanita Edo, si. mafia yang kita habisin hari ini. Coba lihat itu, dia memperhatikan kita sepertinya dia belum mengetahui kematian dari Edo atau mungkin dia sudah tahu dan dia berusaha untuk membalaskan dendam. Apakah kalian setuju dengan yang gue katakan?" tanya Beno yang membuat Cakra memandang ke arah Beno. "Apa maksud lo, dia ingin membalaskan dendam. Bukannya dia yang lebih dulu melakukannya, dia menyandra Alena lebih tepatnya ikut campur urusan gue dan si Felix itu dan sekarang kenapa dia yang marah maksudku harusnya dia tahu kalau prianya itu jahat jadi jangan menyalahkan kita,' jawab Malik yang tidak terima jika wanita dari Edo menyalahkan mereka. "Namanya juga dia wanita dari pria itu, jelas dia marah karena kita sudah menghabisi prianya, wajar kalau dia mau balas dendam. Bukan hanya dia saja yang akan membalaskan dendam tapi wanita kita pun kalau salah satu di antara kita maaf ada yang terbunuh pasti dia akan balas dendam itu menurutku tapi nggak tahu ya," uj
Mereka semuanya pulang ke rumah, selesai berbelanja. Lelah dan bahagia jadi satu. Alena membeli beberapa barang yang dia sukai. Sesampainya dirumah Alena menata barang yang akan dibawa dan hari ini mereka akan kembali ke Indonesia. "Sayang, kita tidak mau kemana lagi?" tanya Cakra yang duduk di sofa dan posisinya seperti orang yang sedang berjemur. "Kamu mau kemana lagi, hmm?" tanya Alena balik. "Kemana gitu, misalnya ke Swiss kita main salju atau ke mana saja, asal kamu bahagia, aku akan bawa," jawab Cakra.Alena yang sedang merapikan pakaiannya menoleh ke arah Cakra yang terlihat seperti duyung yang terdampar di pantai karena tersapu ombak. "Tidak bisakah kamu mengurangi gayamu sedikit, Tuan Cakra Rosario?" tanya Alena dengan sorot mata yang sipit. "Gayaku kenapa, Sayang. Ini lagi posisi enak, sini deh kamu, kita manja dulu. Mumpung masih lama kita berangkatnya, empuk dan hot, Sayang," jawab Cakra yang membuat Alena membolakan matanya. Alena menyesal meminta Cakra untuk mengu
Luna masih tidak ingin memutarkan kepala. Dia takut karena posisi saat ini sudah malam dan sudah jam sebelas malam lebih hampir jam dua belas malam. "I rasa itu orang, you saja yang lihat dan I akan jaga bos you si tukang pingsan. Katanya mafia tapi kenapa dia pingsan I pun tidak tau. Cak, bangun jangan you pingsan gantian sama I dunk, ayo bangun cepat," cicit Luna sambil menggoyangkan tubuh Cakra yang pingsan. "I saja yang jaga desek ya, I ini asistennya jadi I berhak," jawab Arvin yang tidak mau kalah. Keduanya masih berdebat dan tidak ada satupun yang mengalah sama sekali. Tangan yang tadi menepuk pundak keduanya kembali terasa di pundak mereka masing-masing. Arvin dan Luna memandang satu sama lain. "I katakan apa ke you, lihat sana, I mau pingsan ini, akh, pingsan i," cicit Luna yang membuat Arvin kesal. Tangan yang di pundaknya di tepuk-tepuk dan mengusap leher juga pipinya. Sedangkan Luna sudah memejamkan mata sambil membuka mata mata sedikit dengan mulut dimajukan. Karena
"Kalau bukan suara you suara siapa lagi? Mana mungkin suara I seperti itu!" Malik pun tidak mengakui kalau itu juga suaranya. "Sudah diamlah kalian. Kenapa kalian tidak bisa diam. Terserah itu suara siapa, ini kenapa nomor liftnya acak kadut sih, apa tidak ada yang bener, sial!" Cakra mengomel karena tidak tenang melihat lift yang naik turun itu bisa dilihat dari angka yang tertera di lift. Beno, Malik, Arvin, Luna, Pasha dan Cakra pasrah karena liftnya naik turun. Dan akhirnya, turun. Para pria yang sudah pucat keluar dari lift. Mereka jalan dengan cepat dan akhirnya sampai di depan lobby. "Bos, Anda baik-baik saja" tanya Arvin kepada bosnya. "Saya baik, kamu pikir saya sakit, cepat kita pergi mana mobil, saya kangen dan rindu dengan anak dan terutama istri saya, ayo cepat," ucap Cakra yang meminta kepada Arvin untuk segera pergi dia terlalu malas mengingat kejadian di kantornya. "Lo rindu dengan Alena, sayangnya Alena tidak sayang dengan lo, dia hangout dengan bini gue, sampa
Sejak kejadian semalam Cakra di diami oleh Alena. Dirinya tidak berani untuk mengatakan apapun. Entah kenapa dirinya takut untuk memulai topik yang akan dibicarakan. Cakra tidak tahu pesan siapa yang masuk ke dalam ponselnya. "Katakan siapa yang mengirimkanmu pesan ini?" tanya Alena sekali lagi. Cakra meraih ponselnya dan melihat siapa yang menghubungi dirinya. Hanya ada kata aku menunggumu, Sayang di tempat biasa. Dan kata itu membuat Alena yang kalem dan manis berubah menjadi singa ya singa betina yang siap menerkam dirinya. Lirikan mata Alena begitu tajam hingga Cakra enggan untuk melihatnya apa lagi pagi ini. Dia hanya tertunduk tidak berani menatap istrinya itu. Luna yang melihat kelakuan dari Cakra membuat dirinya penasaran. "You kenapa? Apa you nggak dikasih jatah?" tanya Luna kepada Cakra yang langsung saja menendang kakinya Luna hingga dirinya meringis kesakitan. "Paman Luna, jatah apa? Makanan ya?" tanya Kenzi kepada Luna. Alena mendengar anaknya mengatakan itu langsu
"Gue nggak lakukan itu, sumpah deh. Gue kalau bercanda lihat situasi. Nggak suka bercanda yang membuat rumah tangga orang hancur. Lagian kita juga sepupu dan teman dari orok, jadi nggak mungkin gue lakukan itu," ujar Beno. "Hah, yang nuduh kamu siapa, kami tidak menuduhmu," ucap Arvin yang membuat Beno terkekeh. "Kamu dapat dari mana itu informasi? Apakah akurat?" tanya Malik. "Akurat Tuan dan wanita yang dilihat bos itu memang wanita Edo, saya tidak tau kenapa dia bisa ke sini dan mengincar Bos Cakra. Mungkin saja ada kisah masa lalu yang belum selesai dengan bos atau hanya ingin membalaskan dendam atas kematian pria itu dan untuk masalah peluru itu mungkin saja ada yang ingin menjebak Anda," jawab Arvin. Cakra masih diam tidak mengatakan apapun, dia hanya mencerna setiap perkataan dari Arvin asistennya. "Jadi, kalau memang dia ingin balas dendam itu artinya ada masalah pribadi dengan lo dan seperti yang Arvin katakan mungkin karena kematian pria itu lo di incar Cakra atau ada
Mendengar perkataan dari Luna membuat Cakra membolakan mata. Dia tidak menyangka kalau Luna mengatakan itu kepada dirinya. "Hei you, tutup mulut you. Kita ini sedang menyamar, you juga harus pakai, kalau tidak you akan ketahuan. Pakai kumis ini, cepat," perintah Beno yang juga berpakaian sama dengan mereka. Cakra dan sahabatnya juga yang lainnya memakai pakaian yang cerah dengan motif bunga dan memakai busa di seluruh tubuh mereka hingga membuat mereka kelihatan gemuk. Memakai kacamata besar dan tompel di pipi hingga membuat siapapun tidak mengenal mereka dan Beno meminta kepada Luna juga melakukan itu. Luna terpaksa mengikuti apa yang Beno katakan, karena benar dikatakan oleh Beno nanti akan ketahuan kalau tidak memakai penyamaran. Luna dibantu oleh yang lainnya untuk menyamar dan akhirnya Luna seperti Cakra. "Ayo jalan, Sayang, hahaha. Jalan pinguin euy, hahah," goda Beno yang membuat semua tertawa. "You menyebalkan sekali," ucap Luna dengan wajah kesal.Luna berjalan pelan k
"Sepertinya, tadi ada yang tau dimana alat penyadap kita, lebih baik kita serang saja, tidak ada lagi yang kita harapkan, kita tidak bisa diam seperti ini, lebih baik serang balik saja," ucap Beno yang melihat mereka di serang terus- terusan tapi mereka tidak sedikitpun melawan. Mafia klan Taira terus menyerang Cakra dengan memuntahkan peluru, terlihat mereka membawa lari ketua Mafia mereka agar tidak terluka tapi tidak bisa karena serangan terus menerus ke arah mereka. Sebelum terjadi serangan, salah satu anak buah Mafia dari klan Taira mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau ada mata-mata dan saat itulah ketua klan mulai curiga, dia melihat setiap sudut pemancingan tapi tidak menemukan sama sekali ada mata-mata di tempat tersebut. Saat melihat alat penyadap di tempat nampan dan orang yang memantau dari kejauhan terlihat olehnya tapi bukan Cakra, ketua klan Taira langsung saja bergerak cepat, mereka menyerang alhasil Cakra dan sahabatnya juga ikut diserang. Dan di sinilah mereka
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk