Semua Bab Jodohku Calon Kakak Iparku: Bab 61 - Bab 70

105 Bab

Bahagia Karenamu

Alexander membawa Arandra ke Abisko. Salah satu tempat terbaik di dunia untuk melihat aurora–fenomena alam yang menghasilkan pancaran cahaya yang menyala-nyala dan menari-nari di langit malam.Arandra terpana begitu kakinya menginjakkan tempat ini. Ketika Alexander membawanya ke sebuah bangunan indah yang didominasi oleh kaca. "Kapan kau membuat ini?" tanya Arandra sembari melangkahkan kakinya memasuki rumah itu dengan tatapan terpana.Sebuah rumah yang jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk dengan hanya ada pemandangan pegunungan, danau, dan hutan di setiap mata memandang. Dirancang menggunakan beton, besi, kaca, dan kayu sebagai bahan bangunannya–dipadu dengan berbagai karya seni patung dan tekstur bebatuan yang memberikan keunikan tersendiri. Sementara pintu kaca dari lantai hingga langit-langit di beberapa titik ruangan menangkap esensi pemandangan alam di sekitarnya–menjulang tinggi dengan cantik dan elegan."Kau suka?"Arandra mengang
Baca selengkapnya

Pertunjukkan Jalanan

Aroma sedap dari dapur tercium semakin kuat ketika Alexander menapakkan kakinya satu per satu menuruni undakan tangga. Dengan celana pendek dan bagian atas tubuhnya yang telah mengenakan kaos putih, lelaki itu berjalan ke arah dapur. Terlihat Arandra berada di sana. Sedang sibuk di balik meja pantry. Alexander berdeham, dan suaranya membuat Arandra menolehkan kepala–menemukan Alexander yang tengah bersandar di bingkai pintu dengan anggun. Mata Alexander memicing, tampak kesal. Sementara Arandra malah tersenyum dengan lugunya mendapatkan tatapan seperti itu."Apa yang kau lakukan di sana?" geram Alexander sembari berjalan mendekat. "Kau berkata padaku hanya ingin mengambil air?" katanya lagi ketika dia memeluk wanita itu dari belakang. "Aku baru ingat kita tidak memiliki makanan untuk makan malam. Jadi aku memasak."Alexander berdecak. "Memangnya siapa yang menyuruhmu memasak? Aku baru akan memanggil pelayan," ucapnya kesal, bertepatan
Baca selengkapnya

Kabar Duka

Alexander menurunkan Arandra dari gendongan punggungnya dengan hati-hati. Dia mengeluh kakinya pegal dalam perjalanan kembali ke rumah dan Alexander menggendongnya. Dan dengan cepat dia tertidur dalam gendongannya. Arandra sempat bergerak, mencari posisi yang nyaman begitu ditidurkan di ranjang. Tapi dia kembali pulas ketika Alexander melepas sepatunya, menggantikan sweater dan rok selutut yang dipakainya dengan gaun tidur yang nyaman, hingga menyelimutinya.Alexander mengusap sisi wajah Arandra. Menyingkirkan rambut Arandra yang menutupi wajahnya dengan tatapan tidak lepas darinya–selalu mengagumi kecantikan yang dimilikinya.Alexander bangkit setelah mengecup kening Arandra. Berniat ke kamar mandi ketika ponselnya di atas nakas berdering setelah dia hampir mencapai pintu kamar mandi. Alexander berbalik dan segera mengambilnya. Takut suara deringnya membangunkan Arandra."Ada apa, Yah?" tanya Alexander langsung setelah menggeser tombol hijau di layar ponselnya. Yang menelepon adalah
Baca selengkapnya

Pada Akhirnya Selalu Arandra

Kediaman keluarga Genovan sudah dipenuhi para pelayat ketika Arandra menapakkan kakinya keluar dari mobil. Namun, di antara banyaknya orang berpakaian hitam di sana, Arandra sama sekali tidak melihat kehadiran ibunya. Apakah ibunya tidak pulang? Ayahnya meninggal. Apa ibunya tidak akan pulang? Tidak. Apakah dia bahkan tahu jika suaminya meninggal?Arandra memegangi kepalanya. Tidak bisa memikirkan apapun lagi untuk sekarang. Semuanya terasa menyakitkan. Kakinya bahkan sudah tidak cukup kuat untuk menopang berat badannya sendiri ketika melihat peti berisi jenazah ayahnya yang diletakkan di tengah rumah duka.Alexander memapah tubuhnya, mengambil tempat duduk tidak jauh dari jasad Lucas. Sementara Arandra tidak berhenti mengeluarkan air mata. Wajahnya sudah sangat pucat mengingat dari beberapa jam yang lalu dia terus menangis. Arandra pasti lelah. Sangat lelah sampai wanita itu kembali pingsan saat proses pemakaman Lucas dilangsungkan. Membuat Alexander langsung melarikannya kembali k
Baca selengkapnya

Sulap Tidak Jelas

"Selamat pagi, cantik." Suara sapaan manis Alexander terdengar begitu Arandra membuka mata. Lelaki itu sudah berada di atasnya, tersenyum dengan jemarinya yang bergerak mengusap pipi Arandra. Tidak ada balasan dari Arandra. Memejamkan matanya lagi ketika Alexander mengusap bagian bawah matanya. Mata Arandra tampak bengkak. Dia menangis lagi tanpa sepengetahuannya. Membuat Alexander mendesah samar.Arandra benar-benar kehilangan senyumannya. Wajahnya yang penuh ekspresi, pipi yang selalu bersemu merah tiap Alexander mengatakan kata-kata manisnya, semua itu menghilang. Sekarang hanya ada wajah datar dengan mata yang menyimpan banyak kesedihan."Aku punya sebuah sulap. Kau mau lihat?"Kening Arandra tampak berkerut dengan pertanyaan Alexander itu. Tapi kemudian kepalanya mengangguk pelan. Alexander tersenyum dengan semangat. Lelaki itu mengambil satu lembar tisu di atas nakas. Lalu menggenggamnya, menyembunyikan di dalam kepalan tangan. "Aku akan menghilangkan tisu ini," ucapnya sambil
Baca selengkapnya

Rasa Khawatir

"Jadi bukan Lucas yang melakukan korupsi?" Alexander sedang berdiri di balkon kamarnya dengan ponsel yang menempel di telinga ketika pandangannya mengarah ke bawah.["Benar, Tuan Muda. Seseorang yang tidak bertanggung jawab menggunakan nama Mr. Genovan."]"Baguslah kalau begitu. Segera bersihkan namanya," perintahnya pada Adrian. Helaan napas keluar dari bibir Alexander. Merasa lega–meskipun telah melakukan kelalaian hingga membuat adiknya meninggal, dan menyembunyikan tindakan yang dia lakukan–setidaknya Lucas tidak pernah memberi makan istrinya dengan uang yang tidak benar. Lelaki itu masih memikirkan kehormatannya. Alexander tersenyum mengamati Arandra. Wanita itu sedang berjalan-jalan di halaman mansion. Kedua tangannya memegangi lengan Rosaline sebagai tumpuannya berjalan. "Nyonya, Tuan Alex sepertinya memanggil Anda."Arandra yang sedikit membungkukkan tubuh–memegang bunga lavender yang tumbuh dengan cantik di sisi kanan dan kiri undakan tangga teras langsung menegakkan tubuh.
Baca selengkapnya

Kehilangan Berulang Kali

Rintihan kesakitan keluar dari bibir merah alami Arandra yang kini tampak memucat. Suaranya mengalun lemah. Terdengar mengalun samar di ruangan yang hening."Sakit...." Arandra menyentuh perutnya. Meremasnya kuat–berusaha menghilangkan rasa sakit yang menusuk-nusuk perutnya. Wajahnya sudah pucat pasi, sementara keringat dingin membanjiri dahinya.Arandra bergerak tidak beraturan. Membalik tubuhnya ke kiri dan kanan dengan bibir bawah digigit. Tidak tahan dengan rasa sakitnya. Matanya terpejam dengan napas yang tampak terengah-engah.Prang!Lalu suara gelas pecah terdengar ketika satu tangan Arandra tanpa sengaja menyenggol gelas yang berada di atas nakas saat mencoba untuk bangun. Arandra terjatuh dari ranjang. Bibirnya mengeluarkan rintihan sakit sementara tubuhnya meringkuk di lantai. Menekan perutnya yang terasa sakit sekali di saat air mata membanjiri wajahnya. "Alex, sakit...!""Astaga! Ara!"Suara Alexander terdengar nyaring–penuh ketakutan ketika dia baru saja membuka pintu da
Baca selengkapnya

Pergi Kemana?

Di depan jendela besar kamarnya yang menampakkan pemandangan halaman mansion di malam hari, Arandra termenung, sendirian. Matanya sayu, tidak ada semangat di wajahnya."Kenapa berdiri di sini?" Bersamaan dengan sebuah lengan yang memeluknya dari belakang, suara Alexander terdengar didekatnya.Arandra menolehkan sedikit kepalanya ke belakang. Tetesan air dari rambut Alexander yang baru selesai mandi terasa di pundaknya."Dingin, Ara." Alexander melepas pelukannya, memutar tubuh Arandra menghadapnya, dan disambut dengan tatapan sendunya–cukup untuk menyayat hati Alexander."Kau mau mandi?""Apakah aku bau?"Alexander menggeleng, tersenyum kecil sambil meletakkan telapak tangannya di satu sisi wajah Arandra. Mengusapnya pelan."Malas mandi.""Tidak apa-apa. Ayo tidur." Alexander membawa Arandra ke tempat tidur. Naik ke ranjang, Alexander merentangkan satu lengannya, dan Arandra meletakkan kepalanya di sana–masuk ke pelukan Alexander dan menenggelamkan wajah di dada bidangnya."Alex." Ara
Baca selengkapnya

Mulut Manis Si Bocah Lima Tahun

Arandra keluar dari walk in closet–tampak segar dan rapi dengan sweater pastel dan rok semata kaki. Hanya saja binar ceria yang selalu menghiasi wajahnya sudah tidak terlihat lagi. "Kemari, Ara." Alexander memanggil–melihat Arandra berdiri diam di ambang pintu dengan tatapan kosong. Dia melamun.Arandra lantas berjalan mendekat pada Alexander. Lelaki itu duduk di tepi ranjang–baru selesai memakai jam tangannya ketika melambaikan tangan pada Arandra. Di sampingnya sudah ada sisir yang dia siapkan untuk merapikan rambut Arandra yang baru selesai mandi. Arandra duduk diam di depan Alexander. Membiarkannya menyisir rambutnya yang masih sedikit basah."Kemana semua barang-barangnya?"Alexander mengerutkan kening. Tidak terlalu jelas mendengar kalimat Arandra yang menyerupai gumaman. "Hm?" Alexander sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, melihat wajah Arandra dari samping."Baju bayi, sepatu, dan lainnya. Kemana? Kenapa sudah tidak ada di sana?" ulang Arandra.Alexander menyisir rambut
Baca selengkapnya

Tentang Bayi yang Menangis

"Kita tidak pulang ke mansion?" Arandra bertanya ketika menyadari jalan yang mereka lalui bukanlah jalan pulang. Wanita itu memandang keluar melalui kaca jendela mobil di sampingnya yang terbuka. "Kita mau ke mana?" Arandra bertanya lagi setelah tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya yang pertama. Kepalanya kini menoleh pada Alexander. Arandra menatap Alexander yang tengah sibuk menggeser-geser layar tablet dengan jemarinya, kaki kanannya diletakkan di atas kaki kiri–mengabaikan Arandra. "Kau marah padaku ya?"Alexander melirik Arandra sesaat dengan tatapan datar. "Tidak," jawabnya singkat sebelum memaku matanya lagi pada tablet di tangannya."Iya. Kau marah," simpul Arandra sendiri melihat dari sikap Alexander yang terkesan mendiaminya. "Dia hanya anak kecil, Alex. Masih kecil sekali, dan kau marah karena dia menciumku?"Wajah Alexander memang terus tertekuk sejak bocah yang diketahui bernama Maxime itu mencium Arandra. Setelah acara di panti asuhan itu selesai, Alexander dan Ar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status