Share

Pertunjukkan Jalanan

Penulis: Isti12
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-22 11:45:37

Aroma sedap dari dapur tercium semakin kuat ketika Alexander menapakkan kakinya satu per satu menuruni undakan tangga. Dengan celana pendek dan bagian atas tubuhnya yang telah mengenakan kaos putih, lelaki itu berjalan ke arah dapur.

Terlihat Arandra berada di sana. Sedang sibuk di balik meja pantry. Alexander berdeham, dan suaranya membuat Arandra menolehkan kepala–menemukan Alexander yang tengah bersandar di bingkai pintu dengan anggun.

Mata Alexander memicing, tampak kesal. Sementara Arandra malah tersenyum dengan lugunya mendapatkan tatapan seperti itu.

"Apa yang kau lakukan di sana?" geram Alexander sembari berjalan mendekat. "Kau berkata padaku hanya ingin mengambil air?" katanya lagi ketika dia memeluk wanita itu dari belakang.

"Aku baru ingat kita tidak memiliki makanan untuk makan malam. Jadi aku memasak."

Alexander berdecak. "Memangnya siapa yang menyuruhmu memasak? Aku baru akan memanggil pelayan," ucapnya kesal, bertepatan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Kabar Duka

    Alexander menurunkan Arandra dari gendongan punggungnya dengan hati-hati. Dia mengeluh kakinya pegal dalam perjalanan kembali ke rumah dan Alexander menggendongnya. Dan dengan cepat dia tertidur dalam gendongannya. Arandra sempat bergerak, mencari posisi yang nyaman begitu ditidurkan di ranjang. Tapi dia kembali pulas ketika Alexander melepas sepatunya, menggantikan sweater dan rok selutut yang dipakainya dengan gaun tidur yang nyaman, hingga menyelimutinya.Alexander mengusap sisi wajah Arandra. Menyingkirkan rambut Arandra yang menutupi wajahnya dengan tatapan tidak lepas darinya–selalu mengagumi kecantikan yang dimilikinya.Alexander bangkit setelah mengecup kening Arandra. Berniat ke kamar mandi ketika ponselnya di atas nakas berdering setelah dia hampir mencapai pintu kamar mandi. Alexander berbalik dan segera mengambilnya. Takut suara deringnya membangunkan Arandra."Ada apa, Yah?" tanya Alexander langsung setelah menggeser tombol hijau di layar ponselnya. Yang menelepon adalah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Pada Akhirnya Selalu Arandra

    Kediaman keluarga Genovan sudah dipenuhi para pelayat ketika Arandra menapakkan kakinya keluar dari mobil. Namun, di antara banyaknya orang berpakaian hitam di sana, Arandra sama sekali tidak melihat kehadiran ibunya. Apakah ibunya tidak pulang? Ayahnya meninggal. Apa ibunya tidak akan pulang? Tidak. Apakah dia bahkan tahu jika suaminya meninggal?Arandra memegangi kepalanya. Tidak bisa memikirkan apapun lagi untuk sekarang. Semuanya terasa menyakitkan. Kakinya bahkan sudah tidak cukup kuat untuk menopang berat badannya sendiri ketika melihat peti berisi jenazah ayahnya yang diletakkan di tengah rumah duka.Alexander memapah tubuhnya, mengambil tempat duduk tidak jauh dari jasad Lucas. Sementara Arandra tidak berhenti mengeluarkan air mata. Wajahnya sudah sangat pucat mengingat dari beberapa jam yang lalu dia terus menangis. Arandra pasti lelah. Sangat lelah sampai wanita itu kembali pingsan saat proses pemakaman Lucas dilangsungkan. Membuat Alexander langsung melarikannya kembali k

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Sulap Tidak Jelas

    "Selamat pagi, cantik." Suara sapaan manis Alexander terdengar begitu Arandra membuka mata. Lelaki itu sudah berada di atasnya, tersenyum dengan jemarinya yang bergerak mengusap pipi Arandra. Tidak ada balasan dari Arandra. Memejamkan matanya lagi ketika Alexander mengusap bagian bawah matanya. Mata Arandra tampak bengkak. Dia menangis lagi tanpa sepengetahuannya. Membuat Alexander mendesah samar.Arandra benar-benar kehilangan senyumannya. Wajahnya yang penuh ekspresi, pipi yang selalu bersemu merah tiap Alexander mengatakan kata-kata manisnya, semua itu menghilang. Sekarang hanya ada wajah datar dengan mata yang menyimpan banyak kesedihan."Aku punya sebuah sulap. Kau mau lihat?"Kening Arandra tampak berkerut dengan pertanyaan Alexander itu. Tapi kemudian kepalanya mengangguk pelan. Alexander tersenyum dengan semangat. Lelaki itu mengambil satu lembar tisu di atas nakas. Lalu menggenggamnya, menyembunyikan di dalam kepalan tangan. "Aku akan menghilangkan tisu ini," ucapnya sambil

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Rasa Khawatir

    "Jadi bukan Lucas yang melakukan korupsi?" Alexander sedang berdiri di balkon kamarnya dengan ponsel yang menempel di telinga ketika pandangannya mengarah ke bawah.["Benar, Tuan Muda. Seseorang yang tidak bertanggung jawab menggunakan nama Mr. Genovan."]"Baguslah kalau begitu. Segera bersihkan namanya," perintahnya pada Adrian. Helaan napas keluar dari bibir Alexander. Merasa lega–meskipun telah melakukan kelalaian hingga membuat adiknya meninggal, dan menyembunyikan tindakan yang dia lakukan–setidaknya Lucas tidak pernah memberi makan istrinya dengan uang yang tidak benar. Lelaki itu masih memikirkan kehormatannya. Alexander tersenyum mengamati Arandra. Wanita itu sedang berjalan-jalan di halaman mansion. Kedua tangannya memegangi lengan Rosaline sebagai tumpuannya berjalan. "Nyonya, Tuan Alex sepertinya memanggil Anda."Arandra yang sedikit membungkukkan tubuh–memegang bunga lavender yang tumbuh dengan cantik di sisi kanan dan kiri undakan tangga teras langsung menegakkan tubuh.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Kehilangan Berulang Kali

    Rintihan kesakitan keluar dari bibir merah alami Arandra yang kini tampak memucat. Suaranya mengalun lemah. Terdengar mengalun samar di ruangan yang hening."Sakit...." Arandra menyentuh perutnya. Meremasnya kuat–berusaha menghilangkan rasa sakit yang menusuk-nusuk perutnya. Wajahnya sudah pucat pasi, sementara keringat dingin membanjiri dahinya.Arandra bergerak tidak beraturan. Membalik tubuhnya ke kiri dan kanan dengan bibir bawah digigit. Tidak tahan dengan rasa sakitnya. Matanya terpejam dengan napas yang tampak terengah-engah.Prang!Lalu suara gelas pecah terdengar ketika satu tangan Arandra tanpa sengaja menyenggol gelas yang berada di atas nakas saat mencoba untuk bangun. Arandra terjatuh dari ranjang. Bibirnya mengeluarkan rintihan sakit sementara tubuhnya meringkuk di lantai. Menekan perutnya yang terasa sakit sekali di saat air mata membanjiri wajahnya. "Alex, sakit...!""Astaga! Ara!"Suara Alexander terdengar nyaring–penuh ketakutan ketika dia baru saja membuka pintu da

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Pergi Kemana?

    Di depan jendela besar kamarnya yang menampakkan pemandangan halaman mansion di malam hari, Arandra termenung, sendirian. Matanya sayu, tidak ada semangat di wajahnya."Kenapa berdiri di sini?" Bersamaan dengan sebuah lengan yang memeluknya dari belakang, suara Alexander terdengar didekatnya.Arandra menolehkan sedikit kepalanya ke belakang. Tetesan air dari rambut Alexander yang baru selesai mandi terasa di pundaknya."Dingin, Ara." Alexander melepas pelukannya, memutar tubuh Arandra menghadapnya, dan disambut dengan tatapan sendunya–cukup untuk menyayat hati Alexander."Kau mau mandi?""Apakah aku bau?"Alexander menggeleng, tersenyum kecil sambil meletakkan telapak tangannya di satu sisi wajah Arandra. Mengusapnya pelan."Malas mandi.""Tidak apa-apa. Ayo tidur." Alexander membawa Arandra ke tempat tidur. Naik ke ranjang, Alexander merentangkan satu lengannya, dan Arandra meletakkan kepalanya di sana–masuk ke pelukan Alexander dan menenggelamkan wajah di dada bidangnya."Alex." Ara

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Mulut Manis Si Bocah Lima Tahun

    Arandra keluar dari walk in closet–tampak segar dan rapi dengan sweater pastel dan rok semata kaki. Hanya saja binar ceria yang selalu menghiasi wajahnya sudah tidak terlihat lagi. "Kemari, Ara." Alexander memanggil–melihat Arandra berdiri diam di ambang pintu dengan tatapan kosong. Dia melamun.Arandra lantas berjalan mendekat pada Alexander. Lelaki itu duduk di tepi ranjang–baru selesai memakai jam tangannya ketika melambaikan tangan pada Arandra. Di sampingnya sudah ada sisir yang dia siapkan untuk merapikan rambut Arandra yang baru selesai mandi. Arandra duduk diam di depan Alexander. Membiarkannya menyisir rambutnya yang masih sedikit basah."Kemana semua barang-barangnya?"Alexander mengerutkan kening. Tidak terlalu jelas mendengar kalimat Arandra yang menyerupai gumaman. "Hm?" Alexander sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, melihat wajah Arandra dari samping."Baju bayi, sepatu, dan lainnya. Kemana? Kenapa sudah tidak ada di sana?" ulang Arandra.Alexander menyisir rambut

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Tentang Bayi yang Menangis

    "Kita tidak pulang ke mansion?" Arandra bertanya ketika menyadari jalan yang mereka lalui bukanlah jalan pulang. Wanita itu memandang keluar melalui kaca jendela mobil di sampingnya yang terbuka. "Kita mau ke mana?" Arandra bertanya lagi setelah tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya yang pertama. Kepalanya kini menoleh pada Alexander. Arandra menatap Alexander yang tengah sibuk menggeser-geser layar tablet dengan jemarinya, kaki kanannya diletakkan di atas kaki kiri–mengabaikan Arandra. "Kau marah padaku ya?"Alexander melirik Arandra sesaat dengan tatapan datar. "Tidak," jawabnya singkat sebelum memaku matanya lagi pada tablet di tangannya."Iya. Kau marah," simpul Arandra sendiri melihat dari sikap Alexander yang terkesan mendiaminya. "Dia hanya anak kecil, Alex. Masih kecil sekali, dan kau marah karena dia menciumku?"Wajah Alexander memang terus tertekuk sejak bocah yang diketahui bernama Maxime itu mencium Arandra. Setelah acara di panti asuhan itu selesai, Alexander dan Ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02

Bab terbaru

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Sempurna

    "Alexander! Pulang sekarang! Arandra akan melahirkan!"Alexander memacu kakinya secepat mungkin. Berlari menyusuri koridor rumah sakit setelah melewati satu jam perjalanan.Jadi ini saatnya...Setelah melalui sembilan bulan yang panjang–mereka yang masih beberapa kali bertengkar perihal masalah yang sama, Arandra yang beberapa kali kesakitan, dan Alexander yang terus diliputi ketakutan–sekarang akan berakhir. Dan semuanya akan baik-baik saja."Bagaimana Arandra?" tanya Alexander cepat begitu sampai di hadapan Anggy dan Arthur yang duduk di depan ruang persalinan. Napasnya tidak beraturan."Arandra di dalam. Cepat temani dia," kata Arthur pelan sembari menepuk bahu putranya. Sementara Anggy masih duduk dengan kepala tertunduk–berdoa untuk keselamatan menantu dan kedua cucunya.Alexander menarik napas dalam. Dia berjalan memasuki ruangan tempat Arandra akan melahirkan. Degup jantungnya berpacu dengan keras, serta tangannya yang men

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Bicara dan Bukti

    Arandra menunduk dengan kedua tangan tertaut. Punggungnya menempel di kepala ranjang, selimut menutupinya kakinya yang diposisikan lurus. "Maaf, Ibu. Pesta kejutan untuk ayahnya jadi batal karena aku," katanya merasa bersalah.Sejak Arandra bangun, Anggy sudah ada di sini dengan tatapan kesal pada Arandra Dia tidak mengatakan apapun, hanya diam saja. Jadi tidak salah jika Arandra berpikir wanita itu marah padanya."Kau pikir Ibu kesal karena itu?" balas Anggy dengan nada bicara garang.Arandra lantas mengangkat kepalanya, mendongak menatap Anggy yang berdiri di sebelah ranjang dengan kedua tangan terlipat di dada."Kau hamil. Sampai sudah berapa bulan itu? Tapi Ibu tidak tahu sama sekali," sindir Anggy. Arandra membuka bibirnya, baru tahu kenapa Ibunya kesal seperti itu. Dia menarik sudut bibirnya, tersenyum merasa bersalah. "Aku ingin memberitahu Ibu dan Ayah. Tapi belum ada waktu," berinya alasan."Belum ada waktu?" Anggy berd

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Pemikiran Jahat

    Kelopak mata Arandra bergerak-gerak karena terusik oleh kecupan-kecupan yang mendarat di wajahnya. Perlahan dia membuka mata, lalu mendapati Alexander di depannya dengan sebuah senyuman tipisnya."Kau sudah pulang?!" Arandra langsung bangun, menerjang Alexander dan langsung memeluknya sambil tertawa riang. Alexander terkekeh kecil. "Rapatnya tadi lebih lama dari biasanya. Jadi aku pulang telat," beritahunya. "Aku menghubungimu beberapa kali. Tapi kau tidak mengangkatnya."Arandra menyengir. "Aku tidur.""Sepanjang hari?"Arandra mengangguk. "Aku bermain sebentar dengan Zzar tadi. Setelah itu kembali tidur."Alexander mengusap puncak kepala Arandra sambil mengamati wajahnya. "Wajahmu kenapa pucat?" Lelaki itu memperhatikan wajah Arandra dengan teliti, baru menyadarinya.Kening Arandra berkerut. "Memangnya iya?" Dia menyentuh wajahnya sendiri–memeriksa tanpa melihat wajahnya. "Tapi aku baik-baik saja. Mungkin karena terlalu banyak tidur," jawabnya asal. Alexander berdecak, dia akan me

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Tidak Bisa Lagi Marah

    Arandra sedikit mendongakkan kepala untuk menatap wajah Alexander. Lelaki itu berbaring di sebelahnya–menyangga kepalanya dengan satu tangan di saat tangannya yang lain mengusap kepala Arandra."Tidur," kata Alexander dengan raut tenangnya sembari terus mengusap kepala Arandra. Sudah cukup dia marah pada wanita ini. Alexander tidak bisa terus melakukannya. Arandra selalu memiliki cara untuk menghentikan amarahnya.Arandra memperlihatkan deretan giginya yang tersusun dengan rapi–tersenyum cerah. Lalu dia menempelkan wajahnya di dada Alexander, memejamkan matanya."Aku sangat menyayangimu, Ara."Arandra membuka lagi matanya, menatap Alexander. Lalu sebelah tangannya terangkat, menyentuh rahang Alexander."Alex..." Arandra menatap serius Alexander. "Aku berjanji akan melahirkan mereka dengan selamat. Mereka berdua akan baik-baik saja sampai dilahirkan nanti."Alexander mengangguk dengan senyum kecil. "Dan kau juga harus baik-baik saja," ucapnya menambahkan.Arandra tidak memberikan tangg

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Candaan Penyebab Masalah

    "Sebuah teori menyebutkan bahwa Ayah akan lebih cenderung merawat anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang jika anak tersebut mirip dengannya." Kening Arandra berkerut membaca sebuah kalimat dalam buku yang sedang dibacanya. Arandra merebahkan tubuhnya dengan posisi telungkup–mencari posisi yang lebih nyaman untuk membaca. Namun menyadari apa yang dia lakukan, wanita itu langsung beranjak bangun lagi.Arandra mengusap perutnya dengan gumaman permintaan maaf. Kemudian dia melirik Alexander yang berada di sofa dengan posisi setengah berbaring. Matanya terpaku pada ponsel di tangannya. Arandra tersenyum. "Kalian harus mirip dengan Alex ya ketika sudah lahir nanti," gumam Arandra, berbicara pada kedua anaknya. Alexander yang sempurna. Mereka harus mirip dengannya. "Kenapa?" tanya Arandra ketika kemudian Alexander menolehkan kepala ke arahnya. Di saat wanita itu yang sejak tadi memandangi Alexander, dia malah yang bertanya dengan santainya.Alexander mengarahkan kembali matanya pada

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Mencari Jawaban Pasti

    Alexander menampilkan wajah datar di saat matanya menatap tanpa berkedip layar monitor yang memperlihatkan dua janin seukuran buah stroberi. Mereka kembar. Karena itu Arandra menyebut kata 'mereka' dalam kalimatnya sebelumnya.Apakah Alexander merasa senang? Dia tidak tahu. Setelah kehilangan anaknya yang pertama, sekarang Tuhan menggantinya dengan memberikannya dua sekaligus. Tapi apakah harus dengan taruhan nyawa Arandra? Lebih baik tidak perlu. Alexander hanya membutuhkan Arandra. "Apakah jenis kelamin bayinya sudah bisa diketahui?!"Bola mata Alexander melirik Arandra yang berbaring di ranjang–tampak antusias dengan pertanyaan yang diajukannya pada dokter. "Belum ya, Mrs. Alexander. Jenis kelamin bayinya baru bisa diketahui setelah sekitar 16 minggu kehamilan."Lalu tampak Arandra mengerucutkan bibirnya sebagai tanda kecewa atas jawaban yang diberikan dokter perempuan itu. Hanya sebentar ketika kemudian wanita itu mendongak–menatap Alexander yang berdiri di samping kepalanya den

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Menginginkan dan Menghilangkan

    Alexander tidak kembali ke kamar mereka hingga malam tiba. Dia tidak mau berbicara dengan Arandra. Ketika memiliki masalah, mereka hanya perlu saling membicarakannya–lalu masalah mereka selesai begitu saja. Tapi jangankan untuk berbicara, Alexander bahkan sepertinya tidak mau melihat wajahnya. Arandra menunduk dalam. Dia tahu dia salah. Alexander pasti sangat kecewa padanya. Arandra tidak berniat terus menyembunyikan kehamilannya darinya. Dia hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya. Arandra ingin meyakinkannya terlebih dahulu bahwa dia akan baik-baik saja dengan kehamilan ini. Tapi Alexander ternyata mengetahuinya lebih dulu. Dan sekarang lelaki itu sangat marah."Jangan didengarkan perkataan Alex tadi, ya. Dia hanya sedang marah," ucap Arandra sambil mengelus perutnya dengan sayang. Bagaimanapun anak ini adalah anaknya. Alexander pasti akan menerimanya. Arandra menghapus air matanya, kemudian menyingkap selimut–menurunkan kakinya dari ranjang. Berniat keluar untuk

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Jaminan

    Arandra memberikan gelasnya kembali ke pelayan setelah meminum sedikit airnya. Kemudian meletakkan kepalanya lagi di kepala ranjang–masih merasa pusing."Nyonya Arandra pingsan karena terlalu kelelahan." Rosaline bersuara. Lalu dia menatap Arandra dengan wajah garang–seperti seorang ibu yang siap memarahi anaknya. "Saya kan sudah bilang agar Nyonya istirahat saja. Tapi Nyonya tidak mendengarkan dan ngotot berkebun. Karena itu berakhir pingsan seperti ini."Arandra meletakkan jemarinya di pelipis–memijatnya sambil memejamkan mata. Tidak menanggapi kalimat Rosaline yang terdengar seperti omelan untuknya. Arandra hanya memajukan bibirnya sesaat. Tapi kemudian dia membuka mata cepat ketika menyadari sesuatu. Jas biru Alexander–yang lelaki itu pakai saat ke kantor tadi pagi–sudah tersampir di sandaran sofa sejak Arandra membuka matanya beberapa saat lalu."Alex sudah pulang?" tanya Arandra cepat. "Sudah, Nyonya. Saya tadi menghubungi Tuan dan memberitahukan jika Nyonya Arandra pingsan. Tu

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Harapan Setelah Kesedihan

    Alexander menusuk potongan roti tawar dengan selai blueberry di dalamnya menggunakan garpu, kemudian memasukkannya ke dalam mulut di saat satu tangannya lagi sibuk bergerak di atas layar ponselnya. "Rosaline!" "Iya, Tuan?" Wanita paruh baya yang namanya terpanggil itu bergegas menghampiri Alexander–berdiri di samping Alexander yang duduk dengan tenang di meja makan. "Kemungkinan aku akan pulang malam nanti. Kau awasi Arandra. Pastikan dia makan, tidur siang, dan meminum vitaminnya," pesan Alexander pada pelayan pribadi Arandra itu. "Baik, Tuan." Rosaline mengangguk patuh. "Apakah Nyonya Arandra masih tidur?" "Hm. Bangunkan dia saat sudah waktunya sarapan. Sekarang biarkan saja dulu. Dia–" "Alex..." Ucapan Alexander terpotong karena suara lembut seseorang yang sudah sangat dia kenali. Arandra muncul dari balik pintu ruang makan dengan gaun tidurnya yang berwarna biru–terlihat jelas baru bangun tidur dan belum mencuci wajahnya, rambutnya pun masih berantakan. "Kemari." Alexande

DMCA.com Protection Status