"Tapi, aku nggak ada komputer di sini, Van! Kamu kan tahu, aku diusir dari rumah sama Ibuku.""Kasihan banget, kamu!" Kevan meledek Deyan. "Kamu ikut aku dan Omar. Kamu akan langsung kerja sama aku.""Kamu serius, Van?""Iya, aku serius," jawab Kevan. "Kalian jangan ada yang saling iri. Karena gaji kalian aku pukul rata."Semua orang angguk-angguk setuju dengan ucapan Kevan. "Dari dulu, Kevan memang selalu adil," ujar Martin. "Aku ngapain, Van?" tanya pria dengan mata sipit dan berkulit paling putih diantara kelima pria itu."Putra, kamu awasi kantor Dreamland di kota Baubau!""Buset! Kantor punya orang kaya raya di pulau Orion? Buat apaan, Van?"Putra terkejut. Namun, dia tidak berani membantah Kevan."Udah awasi aja!""Dan terakhir, Santo." Kevan menunjuk pria tinggi kurus dengan rambut panjang sebahu. "Aku mau kamu awasi kantor cabang perusahaan Wijaya Corp di kota Baubau!""Siap, Bos Kevan," sahur Santo. "Aku hapal jalanan di kota Baubau.""Mereka semua, siapa kamu, Van? Mereka
Read more