Semua Bab Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris: Bab 141 - Bab 150

263 Bab

Timbul Tenggelam

Semua orang sepertinya bekerja dengan sangat terburu-buru. Ayesha menyapa Nola yang juga baru datang kemudian sedikit bertanya padanya.“Ada meeting penting dengan perwakilan perusahaan dari jepang dan korea di Indonesia. Tadinya ‘kan meetingnya siang, tapi karena suatu hal diubah menjadi pagi hari. Makanya bagian penyelenggara keteteran!”Ayesha melihat beberapa karyawan sampai berlari-lari demi mempercepat persiapan yang seharusnya dipakai siang tapi diajukan pagi ini.Undangan ini mungkin sekalian mengenalkan kantor baru perusahaan Al Faruq di Kota Surajaya, kepada para pimpinan perusahaan yang memiliki ikatan kerja sama dengan perusahaan Alfaruq.Ayesha jadi ingat, kemarin Hilbram mengcancel sebuah meeting hanya karena ingin mengantarnya membeli keperluan Adam. Apa mungkin meeting yang ini?Kalau benar begitu, dia berlebihan sekali. Membeli keperluan Adam bisa lain waktu, tidak perlu juga sampai harus mengubah jadwal meeting hingga membuat banyak orang keteteran seperti ini. Para
Baca selengkapnya

Terluka Dalam

“Sha, letakan Adam di strollernya. Kita harus bicara!” ucap Hilbram melihat Ayesha masih menggendong Adam yang sudah tertidur itu.Mereka baru selesai berbelanja dan saat ini sedang memesan makanan di sebuah kafe. Hilbram yang suka privasi meminta satu ruangan untuknya disterilkan dari pengunjung. Ayesha sudah paham dengan hal itu.Beberapa saat kemudian, Ayesha melihat Hilbram mulai terihat serius. Sepertinya ingin membicarakan sesuatu yang penting. Bukankah semalam mereka memang berbalas pesan dan pria ini ingin menjelaskan semuanya?“Bagaimana?” tanya Hilbram saat Ayesha sudah menaruh Adam di strollernya.“Apa?” Ayesha tidak paham pertanyaan Hilbram.Hilbram menghela napas dan memperbaiki posisi duduknya. Melihat Ayesha sepertinya belum sepenuhnya bisa menerima kehadirannya kembali. Dia inginnya malam ini mengakhiri jarak diantara mereka. Ayesha adalah istrinya dan tidak boleh jauh darinya lagi.“Kau sudah tahu ‘kan kalau kita masih terikat pernikahan? Seharusnya kita tidak tingg
Baca selengkapnya

Tidak Masuk Kerja

Hilbram baru bersiap ke kantor ketika pesan dari Miko dibacanya. Ayesha mengatakan tidak ke kantor pagi ini. Hilbram menanyakan apakah Ayesha atau Adam sakit? Dan Miko menyampaikan bahwa anak dan istrinya itu baik-baik saja.Ada apa?Apa dia marah padanya?Hilbram berpikir apa kira-kira yang membuatnya marah. Perkataannya yang mana yang membuatnya tersinggung sampai marah?Mungkin nanti, selepas menyelesaikan pekerjaannya, Hilbram akan menemuinya.❤️❤️❤️“Jadi di sekolah ada kebijakan menjadwal siswa yang masuk. Hari ini kebetulan kelasku libur!” Hanin menggendong Adam dan menimang-nimangnya. Kangen sekali dengan bayi gemoy itu.“Padahal kota kita termasuk salah satu kota yang belum ada kasus Covid. Tapi Pemprov sudah menerapkan kebijakan seperti itu. Berlebihan enggak sih?” Hanin seolah tidak setuju dengan kebijakan meliburkan sekolah. Padahal sejak dulu di kota ini protokoler kesehatan sudah diterapkan dengan baik. Anak-anak yang diliburkan tidak semuanya mau belajar di rumah. Kese
Baca selengkapnya

Terkilir

Selesai membersihkan dirinya Ayesha keluar kamar mandi sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk. Tidak ada pengering rambut di rumahnya.Masuk ke dalam kamar yang sedikit berantakan karena mainan Adam, Ayesha akhirnya membersihkan kamarnya dulu. Mumpung Adam masih anteng dengan Hanin.Melihat mainan-mainan yang memenuhi kamarnya, Ayesha merasa pria itu berlebihan sekali dengan membelikan mainan sebanyak ini pada anak sekecil itu. Mungkin karena sambil menggerutu, kakinya menginjak mainan kerincingan Adam hingga terpeleset.“Auhhh!” teriak Ayesha sedikit keras saat terjatuh. “Kenapa, Sha?”Mendengar suara yang tidak asing itu Ayesha terkejut, bagaimana dia ada di sini?“Jangan sentuh aku!” Ayesha menolak tangan Hilbram yang hendak membantunya, apalagi Ayesha hanya menggunakan daster rumahan pendek dan rambut masih basah. Ayesha yang terbiasa berhijab merasa malu harus dilihat seorang pria dalam kondisi demikian.Baru ketika merasakan nyeri di tangannya yang hebat, Aye
Baca selengkapnya

Aku Tidak Bisa!

Hilbram tidak tahu seperti apa rasanya menderita karena cintanya? Ayesha tidak bisa begitu saja melupakan apa yang terjadi pada dirinya.Rasa sakit  karena mencintai lebih membuatnya tersiksa ketimbang sekedar menghadapi hidup yang serba kekurangan ini.Ayesha merasa memilih untuk mengakhiri hubungan ini adalah yang terbaik. Dia tidak ingin meribetkan diri dengan perasaan yang berlebihan ini.Ayesha hanyalah gadis miskin, yang tidak akan pantas bersanding dengan Hilbram dari segi apapun. Dia ingin memilih hidup apa adanya tanpa ada keruwetan masalah.Terlalu sering diremehkan dan dipandang rendah orang lain membuat Ayesha merasa bahwa tempat yang sesuai dengan keadaannya adalah seperti saat ini. Menjalani hidup dengan bekerja keras untuk bisa membayar listrik, biaya makan, biaya kesehatan, dan lain sebagainya —bukannya menjadi istri pria kaya raya dan berkuasa ini.“Maaf, aku tidak bisa!” Lagi ucapan itu membuat Hilbram yang
Baca selengkapnya

Doa Ustad

 “Jangan kuatir, tadi sebelum aku bawa pulang, aku mampir lagi ke rumahmu ambil stok ASI-nya Adam. Amanlah!” ujar Hanin menjawab panggilan Ayesha.“Biasanya kalau malam suka kebangun dia, Nin.” Terdengar Ayesha masih terlihat mencemaskan Adam.“Its, oke! Jangan pikirin Adam dulu. Pikirin kamu sembuh dulu. Kalau tengah malam begini kamu enggak segera tidur, mana bisa cepat pulih! Adam kan butuh mama yangg kuat!” Hanin menasehati Ayesha.“Baiklah, besok pagi-pagi aku sudah pulang, kok! Tolong videoin Adam dong. Aku mau cium dan peluk jauh buat anakku...” pinta Ayesha yang sudah kengen saja dengan Adam.“Baik, tapi jangan berisik. Kasihan dia baru tidur habis ngedot!” Hanin berjalan masuk ke dalam kamar lagi untuk memvideokan Adam sesuai keinginan Ayesha.“Ahaha, maaf, dia memang kuat banget ngedotnya!” ujar Ayesha yang tahu Hanin belum masuk ke dalam kamar. Jadi masi
Baca selengkapnya

Harus Pumping

 “Aku harus pumping, tapi alat dan botolnya tertinggal di rumah.”  Ayesha tampak ragu menyampaikannya.“Baiklah, aku akan carikan di kantin rumah sakit!” ujar Hilbram bangkit segera keluar.Melihat pria yang biasanya hanya bisa menyuruh-nyuruh orang, dan sekarang malah mengerjakan apapun sendiri, hati Ayesha sebenarnya mulai melembut. Tapi masih malas untuk berpikir tentang bagaimana hubungan mereka akhirnya.Mungkin, memang ada hal yang mendesak yang membuat Hilbram tidak lekas  mencarinya waktu itu. Bisa jadi ada  sesuatu juga yang membuat Hilbram tidak membalas pesan-pesannya.Masalah pernikahan Hilbram dengan sepupunya, sudah pria itu jelaskan dan mereka sudah tidak bersama lagi.Thalita sudah dinikahkan dengan Rahman, sang asisten yang sudah dengan  kejam membuangnya. Dan Ayesha akhirnya mengerti mengapa tidak lagi melihat Rahman di samping Hilbram.Hati Ayesha yang mudah lemah it
Baca selengkapnya

Ke Rumah Pribadi Hilbram

“Kenapa ke arah ini?” tanya Ayesha pada Hilbram yang melajukan mobilnya bukan di jalan yang menuju rumahnya. Dia menduga, Hilbram mengajaknya ke tempat lain.“Kamu masih sakit, Sha. Siapa yang jagain dan bantu-bantu kamu?” ujar Hilbram memberi pengertian.“Jangan mencemaskan hal itu, aku masih bisa kok melakukan aktifitas sendiri. Hanya tangan sebelah yang sakit, satunya masih aman.”Hilbram menghela napas mendengar Ayesha yang keras kepala itu. Untuk pumping saja dia masih butuh bantuannya. Bagaimana untuk yang lainnya? Apalagi Adam sedang aktif-aktifnya bergerak.“Masalahnya kamu juga harus jaga Adam, Sha!” suara Hanin menyahut dari  kursi belakang. Dia sengaja ikut untuk membantu membawa Adam. Mumpung dia tidak ada jadwal mengajar.“Kasih tahu sama Nyonya keras kepala ini, bagaimana dia bisa ngurus Adam dengan tangannya yang digerakan sedikit saja sudah kesakitan?” &ld
Baca selengkapnya

Penjelasan Taher

“Aku akan meminta pelayan mengantar obatmu, kau harus rutin minum obat yang diberikan dokter agar lenganmu cepat membaik.” Hilbram bertutur, dia tidak ingin bertanya jawab untuk beberapa nama yang tidak diingatnya.“Oh, terima kasih!” ujar Ayesha melihat Hilbram sepertinya sedang sibuk. Ponselnya beberapa kali berdering namun dirijeknya. Sejak kemarin Hilbram menungguinya di rumah sakit.Seorang pelayan terlihat masuk membawa nampan yang berisi gelas dan obat.“Aku harus ke kantor sebentar, ada sedikit hal yang harus aku kerjakan,” tukas Hilbram mencium kening Ayesha.  Ayesha sepertinya terkejut dengan kelakuan Hilbram yang tiba-tiba mencium keningnya itu. Seolah diantara mereka sudah menyelesaikan semuanya. Namun, Ayesha tidak mungkin menolak pria itu di depan pelayannya.“Layani Nyonya dengan baik!” titah Hilbram pada pelayan itu.“Baik, Tuan!” ujar Tika, sang pelayan, sebel
Baca selengkapnya

Masih Amnesia?

Ayesha meminta pengasuh membawa Adam ke tempat tidurnya saat bayi itu mulai rewel karena mengantuk. Dia membelai rambut Adam dan memegangi botol susu agar Adam bisa ngedot dengan baik. Mendengar  sang mama bernyanyi lagu tidur, mata Adam perlahan terpejam dan bayi itu dengan cepat terlelap.“Pasti capek ya, Nak? Seharian main terus!” gumam Ayesha mencium Adam dan menatapnya terlelap.Memandangi sang putra yang anteng dalam tidurnya adalah obat lelah dan sedihnya selama ini. Namun, saat ini masih ada hal yang meganggu pikirannya. Teringat ucapan Taher tentang apa yang terjadi pada suaminya selama mereka berpisah. Dadanya jadi merasa sesak membayangkan hal buruk menimpa suaminya itu.Hanin benar, ternyata ada sesuatu yang membuat mereka salah paham selama ini.Hal yang membuatnya terharu adalah, Hilbram masih mencoba mencarinya meski dia kehilangan ingatan tentang hubungan mereka.Lantas, apakah Hilbram saat ini sudah sepenuhnya meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
27
DMCA.com Protection Status