Share

Doa Ustad

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Jangan kuatir, tadi sebelum aku bawa pulang, aku mampir lagi ke rumahmu ambil stok ASI-nya Adam. Amanlah!” ujar Hanin menjawab panggilan Ayesha.

“Biasanya kalau malam suka kebangun dia, Nin.” Terdengar Ayesha masih terlihat mencemaskan Adam.

“Its, oke! Jangan pikirin Adam dulu. Pikirin kamu sembuh dulu. Kalau tengah malam begini kamu enggak segera tidur, mana bisa cepat pulih! Adam kan butuh mama yangg kuat!” Hanin menasehati Ayesha.

“Baiklah, besok pagi-pagi aku sudah pulang, kok! Tolong videoin Adam dong. Aku mau cium dan peluk jauh buat anakku...” pinta Ayesha yang sudah kengen saja dengan Adam.

“Baik, tapi jangan berisik. Kasihan dia baru tidur habis ngedot!” Hanin berjalan masuk ke dalam kamar lagi untuk memvideokan Adam sesuai keinginan Ayesha.

“Ahaha, maaf, dia memang kuat banget ngedotnya!” ujar Ayesha yang tahu Hanin belum masuk ke dalam kamar. Jadi masi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Harus Pumping

    “Aku harus pumping, tapi alat dan botolnya tertinggal di rumah.” Ayesha tampak ragu menyampaikannya.“Baiklah, aku akan carikan di kantin rumah sakit!” ujar Hilbram bangkit segera keluar.Melihat pria yang biasanya hanya bisa menyuruh-nyuruh orang, dan sekarang malah mengerjakan apapun sendiri, hati Ayesha sebenarnya mulai melembut. Tapi masih malas untuk berpikir tentang bagaimana hubungan mereka akhirnya.Mungkin, memang ada hal yang mendesak yang membuat Hilbram tidak lekas mencarinya waktu itu. Bisa jadi ada sesuatu juga yang membuat Hilbram tidak membalas pesan-pesannya.Masalah pernikahan Hilbram dengan sepupunya, sudah pria itu jelaskan dan mereka sudah tidak bersama lagi.Thalita sudah dinikahkan dengan Rahman, sang asisten yang sudah dengan kejam membuangnya. Dan Ayesha akhirnya mengerti mengapa tidak lagi melihat Rahman di samping Hilbram.Hati Ayesha yang mudah lemah it

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Ke Rumah Pribadi Hilbram

    “Kenapa ke arah ini?” tanya Ayesha pada Hilbram yang melajukan mobilnya bukan di jalan yang menuju rumahnya. Dia menduga, Hilbram mengajaknya ke tempat lain.“Kamu masih sakit, Sha. Siapa yang jagain dan bantu-bantu kamu?” ujar Hilbram memberi pengertian.“Jangan mencemaskan hal itu, aku masih bisa kok melakukan aktifitas sendiri. Hanya tangan sebelah yang sakit, satunya masih aman.”Hilbram menghela napas mendengar Ayesha yang keras kepala itu. Untuk pumping saja dia masih butuh bantuannya. Bagaimana untuk yang lainnya? Apalagi Adam sedang aktif-aktifnya bergerak.“Masalahnya kamu juga harus jaga Adam, Sha!” suara Hanin menyahut dari kursi belakang. Dia sengaja ikut untuk membantu membawa Adam. Mumpung dia tidak ada jadwal mengajar.“Kasih tahu sama Nyonya keras kepala ini, bagaimana dia bisa ngurus Adam dengan tangannya yang digerakan sedikit saja sudah kesakitan?”&ld

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Penjelasan Taher

    “Aku akan meminta pelayan mengantar obatmu, kau harus rutin minum obat yang diberikan dokter agar lenganmu cepat membaik.” Hilbram bertutur, dia tidak ingin bertanya jawab untuk beberapa nama yang tidak diingatnya.“Oh, terima kasih!” ujar Ayesha melihat Hilbram sepertinya sedang sibuk. Ponselnya beberapa kali berdering namun dirijeknya. Sejak kemarin Hilbram menungguinya di rumah sakit.Seorang pelayan terlihat masuk membawa nampan yang berisi gelas dan obat.“Aku harus ke kantor sebentar, ada sedikit hal yang harus aku kerjakan,” tukas Hilbram mencium kening Ayesha. Ayesha sepertinya terkejut dengan kelakuan Hilbram yang tiba-tiba mencium keningnya itu. Seolah diantara mereka sudah menyelesaikan semuanya. Namun, Ayesha tidak mungkin menolak pria itu di depan pelayannya.“Layani Nyonya dengan baik!” titah Hilbram pada pelayan itu.“Baik, Tuan!” ujar Tika, sang pelayan, sebel

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Masih Amnesia?

    Ayesha meminta pengasuh membawa Adam ke tempat tidurnya saat bayi itu mulai rewel karena mengantuk. Dia membelai rambut Adam dan memegangi botol susu agar Adam bisa ngedot dengan baik. Mendengar sang mama bernyanyi lagu tidur, mata Adam perlahan terpejam dan bayi itu dengan cepat terlelap.“Pasti capek ya, Nak? Seharian main terus!” gumam Ayesha mencium Adam dan menatapnya terlelap.Memandangi sang putra yang anteng dalam tidurnya adalah obat lelah dan sedihnya selama ini. Namun, saat ini masih ada hal yang meganggu pikirannya. Teringat ucapan Taher tentang apa yang terjadi pada suaminya selama mereka berpisah. Dadanya jadi merasa sesak membayangkan hal buruk menimpa suaminya itu.Hanin benar, ternyata ada sesuatu yang membuat mereka salah paham selama ini.Hal yang membuatnya terharu adalah, Hilbram masih mencoba mencarinya meski dia kehilangan ingatan tentang hubungan mereka.Lantas, apakah Hilbram saat ini sudah sepenuhnya meng

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Beri Aku Kesempatan

    “Aku sudah mengurus akte dan dokumen Adam, maaf aku menambahi sedikit nama dan nama keluarga di belakangnya,” ujar Hilbram membahas tentang putranya itu. Ayesha baru ingat, dia memang tidak bisa mengurus dokumen kependudukan Adam karena harus melampirkan beberapa dokumennya yang tidak bisa ditunjukan. KTP-nya saja sudah hilang. Belum lagi menyertakan data ayah yang tentu Ayesha tidak punya. “Terima kasih, aku sudah pernah mengusahakan mengurusnya, tapi terlalu ribet karena dokumen yang kurang lengkap.” Ayesha tidak perlu bertanya tentang bagaimana Hilbram tahu bahwa putra mereka belum memiliki identitas kependudukan setelah berusia hampir 6 bulan. Tidak sulit baginya mengetahui perkara itu. “Identitasmu juga sudah aku pulihkan. Taher akan mengurusnya besok.” Hilbram kembali menambahi. Kemudian baru teringat, dirinya belum meminta maaf secara sepantasnya tentang apa yang terjadi pada hubungan mereka selama ini. “Aku sudah memberikan hukuman pada Rahman untuk menyibukannya di per

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Memulai Dari Awal

    “Maaf, Mas. Maafin aku!” Ayesha terisak. “Aku juga minta maaf, Sha. Kita mulai semua dari awal ya?” Hilbram mengelus Ayesha. Ayesha mengambil jarak di antara keduanya, mengatakan, “Mas, aku akan coba bantu Mas mengingat sedikit demi sedikit. Kita harus berusaha agar kau tidak kehilangan hal-hal penting dalam hidupmu!” ucap Ayesha bertekad. “Terima kasih!” Hilbram tersenyum senang akhirnya Ayesha sudah tidak salah paham lagi padanya, begitupun sebaliknya. Keduanya berpelukan lagi. “Sha, jangan salah paham tentang pernikahanku dengan Thalita ya?” ucap Hilbram merasa harus membicarakannya juga. Ayesha tidak menyahut. Masih menenggelamkan kepalanya di dekapan Hilbram. Dia jadi sedih diingatkan tentang itu. Naluri seorang istri kembali mengacaukannya. “Saat berbelanja ke mall Antariksa, sebelum melahirkan Adam, aku melihat kalian berjalan mesra dengan sangat bahagia, memilih perlengkapan bayi bersama. Aku hancur sekali, Mas.” Air mata Ayesha kembali mengalir mengingat hari itu. Di

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Harus Bersabar

    Thalita mengerung kesal saat tangan kekar itu menarik dan melemparnya ke atas ranjang besar. Dia menatap dengan marah pada pria yang sangat dibencinya itu. Berani-beraninya memperlakukannya seperti ini. Lihat saja, dia akan mengadu pada Hilbram tentang sikap kasarnya. “Aku bilang jangan ikut campur dalam hidupku!” ketusnya pada Rahman yang sudah dengan paksa membawanya pulang saat baru saja ingin menikmati hidup dengan bersenang-senang di club malam. Pemerintah Qatar sudah mulai melonggarkan kegiatan sosial. Jadinya, Thalita yang terbiasa kluyuran itu merasa menjamur di rumah saja selama pembatasan karena covid.“Aku suamimu sekarang, jadi patuhlah!” Rahman tidak berhenti dibuat kesal atas tingkah wanita yang lebih pantas menjadi anaknya itu. Minum-minuman keras dan clubbing adalah hobinya yang sangat dibenci Rahman.“Cih! Bangga sekali kau bilang suamiku. Sejak dulu kau pasti sudah mengincar ini agar kau mendapatkan ap

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Kerja Lagi

    “Kau menertawaiku, huh?” Hilbram menatap bocah kecil yang kini ikut rebahan di ranjangnya. Sementara sang mama sedang mandi. Adam hanya terkekeh sembari memiringkan tubuhnya mencoba bangkit dan meraih wajah Hilbram untuk dicengkramnya. “Aku bilang jangan tertawa, dasar penganggu cilik!” Hilbram tampak gemas melihat Adam yang malah tertawa, kemudian ikut tertawa dan menciumi bayi yang menggemaskan itu. “Papapapa...” celoteh Adam sambil menepuk-nepuk pipi Hilbram. “Benar, aku papamu. Tapi kita sepakat ya, kau jangan menggangguku saat bersama mamamu. Oke?” Hilbram masih juga perhitungan mengingat kegiatan yaang baru panas itu sudah dihentikan karena Adam menangis tidak melihat mamanya saat terbangun. “Mamamama...” Hanya itu yang bisa dijawab Adam. “Kenapa? Kau bilang mamamu hanya milikmu?” Hilbram dengan isengnya menerjemahkan sendiri ocehan bayinya. Bayi itu hanya tergelak seolah menertawakan kegabutan orang dewasa yang sedang kesal di depannya itu. “Adam sudah ganteng dan wangi,

Latest chapter

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Hadiah Spesial

    “Selamat ulang tahun, Sayang!” bisik Hilbram di telinga Ayesha yang semalaman terlelap manja dalam dekapannya itu. Mata itu terbuka perlahan. Melihat suaminya sudah nampak berseri dia hanya menunduk malu. Rona pipinya jadi kemerahan. “Kenapa? Kau tidak suka hadiahku semalam?” Hilbram mengelus pipi yang kemerahan itu. “Hadiah yang mana?” Otak Ayesha sudah blank saja sepagi ini. “Hmm?” Hilbram menatapnya heran, apa sudah lupa hadiah yang diberikannya? Apa maksud Ayesha menanyakan hadiah yang mana? Hilbram jadi menahan senyumnya. “O-oh, suka, kok, Mas. Terima kasih!” dengan cepat Ayesha menjawab. Dia akan bertambah malu kalau saja sampai ketahuan memikirkan hadiah satunya lagi. Mudah-mudahan Hilbram tidak memahami maksudnya. “Terima kasihnya untuk hadiah yang mana?” Hilbram malah menggodanya. Ayesha mencebik sebal dan membuat Hilbram terkekeh. Apa pria ini benar-benar ingin membuatnya malu habis? “Benar ‘kan kata orang, setelah mengalami pertengkaran dan masalah, membuat hubung

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Memohon Pengertian

    Saat Hilbram meraih jemari itu dan menciuminya, Ayesha baru tersadar seharusnya menarik tangannya dari suaminya itu. Dia masih bingung dengan dirinya sendiri, sementara Hilbram terus berusaha memepetnya.“Sebelum meninggal, Kakek benar-benar memohon padaku agar menjaga dan menyelamatkan anak-anaknya. Aku terlibat janji yang tidak bisa aku ingkari—pada pria yang sudah memberikan hidup dan segalanya padaku. Aku harap kau bisa memakluminya, Sha. Setelah ini aku janji hidup dan matiku hanya tentangmu dan anak-anak kita,” ucap Hilbram berharap Ayesha memberinya sedikit pengertiannya.Kata-kata yang ditandaskan Hilbram semakin membuat Ayesha merasa begitu egois. Dia gelisah namun tidak lagi bisa berkutik dengan banyak alasan lagi untuk menghindar.“Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, Sayang. Aku harap kau mengingatnya dengan baik.”Hilbram sungguh tidak sabar dengan keadaan yang bertele-tele ini. Dia mereng

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Deep Talk

    “Aku baru tahu kalau sering berhubungan bisa membuat persalinan lancar.” Hilbram sepertinya sengaja mengulas perkataan dokter tadi saat mereka sudah di jalan pulang. Ayesha memang pernah membaca hal seperti itu, tapi tidak menyangka kalau dokter tadi menyarankannya begitu. Mana belum-belum dia sudah bilang janji, lagi, akan melakukan saran dokternya. “Itu kalau tidak sungsang, kalau sungsang percuma juga melakukannya!” Ayesha sedikit sebal karena pria ini seolah tampak bersemangat setelah mendengar hal itu. Pasti di kepalanya yang mesum itu sudah membayangkan tidur bersamanya. “Sepertinya kau keberatan kalau lahiran normal? Tidak apa juga sih, kita bisa pindah ke kota untuk proses persalinanmu.” “Enggak begitu, aku justru mau lahiran normal. Adam dulu lahir normal, kalau bisa adiknya juga harusnya lahir normal. Lagian, lahir dengan alami akan baik juga bagi kesehatan bayinya.” Sebenarnya Ayesha menyembunyikan kenyataan kalau dirinya takut jika membayangkan tubuhnya dibedah. Tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Saran Dokter

    Kata-kata Ayesha seperti panah yang menancap tepat di jantung Hilbram. Pria ini sudah dikubangi perasaan yang bersalah sepanjang waktu. Terisak tanpa suara dan menangis tanpa air mata. Menyesap luka-luka batinnya seorang diri. Dan kini, mendengar langsung kekecewaan sang istri, perasaanya laksana kertas yang diremas-remas hingga meski di luruskan lagi bekas itu tetaplah sulit dilenyapkan.Matanya memerah dan dia hanya bisa menunduk sedih. Ingin sekali dia bersimpuh di kaki Ayesha dan bersujud padanya agar wanita itu tahu, dia sungguh merasa bersalah. Hatinya remuk mendengarnya mengalami semua ini.Namun wanita itu sudah bangkit dan terburu meninggalkannya. Sepertinya, Ayesha masih sangat terluka. Hilbram jadi sedih dan cemas menatap pintu kamar itu. Apakah istrinya di dalam sana sedang menangis?Dia jadi merasa kehadirannya sangat tidak ada gunanya.Ayesha berusaha mengontrol dirinya. Dihelanya napas panjang kemudian dia mulai se

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Jadi Gugup

    Mbok Sri masuk untuk mengambilkan minyak dengan aroma eucaliptus. Dia mengatakan Ayesha menyukai aroma itu karena membuatnya merasa tenang dan nyaman.Hilbram mengambil botol minyak itu dan bergegas hendak ke kamar Ayesha. Namun Mbok Sri yang suka bertutur itu merasa harus memberitahunya dulu. “Habis mijit di kaki, biasanya Mbak Ayesha minta diolesi di perutnya. Soalnya kadang suka terasa gatal kalau tidak diolesi minyak,” Mbok Sri memberitahu apa adanya. Mereka suami istri, jadi sekalian agar Hilbram tahu kebiasaan istrinya itu.“Oh, baik, Mbok!”“Tapi ingat, Mas. Tidak boleh dipijit perutnya, hanya di olesi dengan lembut.” Perempuan itu mengingatkan, siapa tahu Hilbram tidak paham bahwa wanita hamil tidak boleh dipijit di bagian perutnya.“Iya, terima kasih atas penjelasannya, Mbok.”“Kalau begitu saya suapi Den Adam dulu ya, Mas. Sekalian mau bilang, ha

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Minta Dipijit

    Adam terlihat senang sekali melihat kambing yang diikat di halaman samping rumah. Anak kecil itu menyodorkan rumput pada moncong kambing itu, yang kemudian segera dilahap kambingnya.Hal seperti itu saja sudah membuat Adam tertawa senang dan heboh sekali. Dia terlihat sangat bahagia apalagi sang papa sudah ada di dekatnya.“Papa, mana Pus?” Adam tiba-tiba menghampiri Hilbram karena teringat kucingnya.Saat pergi bersama kakeknya naik kereta mengelilingi kota Zermatt waktu itu, Adam membawa serta kucingnya. Sayangnya, dia harus meninggalkannya di stasiun Kota Visp ketika terjadi pengejaran. Tidak di sangka, Adam mengingat kucingnya itu lagi. “Oh, nanti kita cari pus lagi, ya?” jawab Hilbram lembut.Hilbram mengangkat Adam dan mendudukannya di pangkuan. Dia rindu sekali dengan putranya itu. diciuminya Adam dan sedikit bercanda dengannya.Bocah itu sudah banyak bicara sekarang. Padahal baru 4 bulan mer

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tawa Ayesha

    Elyas sudah bersiap di depan rumah untuk di antar Miko ke stasiun kereta terdekat, mengingat sudah memutuskan akan berangkat sendiri dengan kereta api. Dia tidak ingin Miko meninggalkan Ayesha meski sudah ada anak buahnya yang lain berjaga.Adam merajuk pengen ikut, tapi entah apa yang disampikan Miko hingga anak kecil itu tidak lagi merajuk. Kini kembali ke sang mama yang masih berdiri di teras untuk melepas sang ayah.Sayang sekali, tiba-tiba ada tamu tidak di undang yang membuat Elyas tidak bisa segera masuk ke dalam mobil Miko.“Lho, Pak Carik? Ada apa?” sapa Elyas melihat pria yang waktu itu memberitahu ada surat untuknya, kini datang pagi-pagi padanya.“Saya bukan Pak Carik lagi, Pak. Pak Cariknya sudah tidak cuti. Jadi sudah tidak gantin tugas lagi.”Miko yang awalnya tampak awas mulai menatap pria itu sedikit santai. Sepertinya bukan pria yang berbahaya.“Ehem, okelah, Pak Tono mau apa?&rdquo

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Bawaan Orok

    “Anak pintar makan yang banyak, ya!” tutur Ayesha pada Adam agar mau makan dengan lahap.“Ya, Mama...” sahut bocah lucu itu sambil terus mengunyah makanan yang sudah disuapkan ke dalam mulutnya.“Adik makan?” Adam menunjuk-nunjuk perut Ayesha yang membuncit itu, di dalam sana Adam sudah paham bahwa ada mahluk yang akan dipanggilnya adik.“Iya, Adik nanti makan sama Mama. Adam harus makan banyak biar kuat, biar besok bisa jagain adiknya.” Ayesha memberi pengertian pada anaknya yang tidak tahu apa sudah bisa memahaminya atau belum? Usianya baru 2 tahun lebih beberapa bulan. Masih sangat dini seharusnya memiliki seorang adik. Apalagi mengingat rumah tangganya kini mulai retak. Ayesha terkadang sempat berpikir, apakah keputusannya meminta cerai adalah hal yang tepat?Suara mobil terdengar di halaman rumah membuat Adam yang sedang disuapi Ayesha bangkit dan berlari keluar. Ayesha jadi ikut pen

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Membagi Tanggung Jawab

    “Om Bobby, aku pasrahkan perusahaan di Indonesia saat ini atas nama Farin. Itu haknya sebagai cucu keluarga Al Faruq. Tolong jaga untuk keponakan dan tanteku. Aku yakin, Om bisa melakukannya dengan baik," tutur Hilbram di depan para anak dan menantu keluarganya itu.Saat ini, dia akan melepas seluruh tanggung jawab untuk melindungi mereka dengan memberikan kekuasaan sehingga mereka bisa mengatur dan melindungi diri mereka masing-masing.Hilbram harus mengambil langkah ini meski akan keluar dari wasiat kakek neneknya yang menyerahkan sepenuhnya perusahaan Al Faruq atas namanya. Hilbram tidak ingin lagi mengabaikan keluarga kecilnya hanya untuk memenuhi tanggung jawabnya yang lain.“Tentu, Bram. Aku akan berusaha mengelolanya dengan baik.” Bobby menampakan kesanggupannya menerima tanggung jawab yang besar itu dari Hilbram—yang seharusnya semua ini adalah miliknya.“Terima kasih, Bram!” Hamida ber

DMCA.com Protection Status