Semua Bab Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris: Bab 131 - Bab 140

263 Bab

Tawaran Miko

Miko sudah paham bagaimana karakter Ayesha, karenanya dia harus mematok harga agar Ayesha berpikir dia memang sedang mencari penumpang.“Kalau Ibu mau, saya bisa kok antar jemput. Kita ‘kan searah berangkat kerjanya, pas pulang saya juga sering lihat Ibu nunggu kendaraan di dekat perusahaan Al Faruq. Kerja saya antar paket kantornya di sebalah sana, Bu.” Miko membuat sebuah penawaran saat mereka di jalan.“Memangnya rumahnya di mana?”“Di Perumahan Rambutan, Bu.”Perumaahan Rambutan memang dekat dengan Perumahan Nangkajajar tempat tinggal Ayesha.“Saya punya anak tiga Bu, masih kecil-kecil juga. Lihat Ibu bawa anak jadi ingat istri saya di rumah. Makanya kalau mau kita bisa barengan kok, Bu!”“Ahaha, Tidak usah, Mas!” Ayesha tentu menolak. Tidak etis sekali harus sering menumpang pada pria asing yang tidak dikenalnya.“Mau Ibu ikut atau tidak toh saya lewat sini juga. Jadi maksud saya, kalau ibu mau ikut ‘kan lumayan dapat tambahan dari Ibu. Buat tambahan beli popok anak bayi saya.
Baca selengkapnya

Tim Penyambutan

“Sha, jangan nglamun!” Nola menyenggol Ayesha yang sepertinya tidak mendengar seseorang memanggilnya.“Hah, kenapa?” Cepat-cepat Ayesha mengemasi pikirannya.“Pak Dannil itu, dia manggil kamu sejak tadi!” bisik Nola.Ayesha melihat ke depan dan pria itu sudah memasang senyumnya. Entah mengapa Ayesha tampak jenggah sekali melihatnya. Tapi dia harus profesional.“Iya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Ayesha pada Dannil.“Bagaimana, Sha? Apa kau punya ide tentang penyambutan ini?” Dannil bertanya yang sama dengan Nola.“Ceilah, tahu saja sama yang seger-seger!” seloroh rekan pria lainnya mencandai Dannil.Yang diledek pasang wajah lempeng saja.“Dasar mata keranjang!” Verni mencebik karena ulah Dannil yang mengabaikannya, malah sok manis pada Ayesha.“Oh,  Saya pikir acara makan-makan sambil dengar pendapat, bukanlah ide yang
Baca selengkapnya

Keresahan Ayesha

“Maafin, Mas Anton, Sha!” Hanin merasa tidak enak pada sahabatnya itu ketika datang dan mendengar cerita dari ibunya tentang sikap Anton pada Ayesha.“Tidak apa, Nin. Adam aku titipkan di Daycare dekat kantor. Aku baru tahu kalau ada Daycare di sana,” ujar Ayesha memangku dan memberi dot Adam yang sudah mengantuk itu.“Pasti biayanya mahal?”“Iya sih, tapi sebanding dengan gajiku. Masih sisa banyaklah untuk beli popok Adam.”   Ayesha mengulas senyum agar temannya itu tidak terus mencemaskannya.Lagi pula, Hanin dan keluarganya sejak dulu selalu baik padanya. Sudah sering bantu-bantu selama ini. Ayesha tidak enak kalau membuat mereka repot. Mau sampai kapan Ayesha merepotkan mereka terus?  “Ya sudahlah kalau begitu!” Hanin membelai rambut Adam dan melihat bayi itu sudah tambah besar saja. Padahal baru beberapa hari tidak bertemu.“Hei Adamku sudah menua saja, be
Baca selengkapnya

Adam Sakit

Ketika semuanya sedang mempersiapkan diri menyambut orang-orang penting perusahaan, Ayesha justru memikirkan cara agar tidak ikut terlibat acara itu. Dia belum menyiapkan mental dengan baik untuk melihat pria itu lagi. Ayesha berpikir bahwa dia sudah bekerja keras ikut mempersiapkan acara ini sebelumnya. Jika hanya izin ketika penyambutan setidaknya bukan jadi masalah.“Kenapa malah tidak ikut? Semua pegawai di sini ingin langsung melihat big bos dan para direksi perusahaan kita, kamu kok malah izin?” Nola heran Ayesha justru tidak tertarik dengan acara ini.“Maaf, La. Anakku sepertinya kurang enak badan!” Ayesha memang tidak berkata bohong, Adam sedikit rewel, tapi sudah diperiksakannya di bidan dekat rumahnya. Katanya hanya gejala tumbuh gigi saja. Makanya rewel dan sedikit hangat suhu tubuhnya. Namun setelah menitipkannya di Daycare tadi, sepertinya Adam sudah jauh lebih baik.Nola terperangah mengetahui bahwa Ayesha sudah punya anak. “Aku pikir kau belum...?” “Iya aku sud
Baca selengkapnya

Kedatangan Hilbram

Miko masih menemani Ayesha saat dokter membawa Adam ke ruang perawatan. Sekarang bayi itu sudah tidur dengan pulas. Sepertinya lelah sekali seharian merasa tidak nyaman dengan kondisinya. Ayesha jadi menyalahkan dirinya yang ceroboh itu.Melirik Miko dia jadi merasa tidak enak.“Terima kasih, Miko. Saya sudah merepotkanmu. Kalau kau sibuk tidak apa kok ditinggal.”“Oh, tidak apa juga, Nyonya. Barangkali masih ada yang harus saya kerjakan,” tukas Miko pada Ayesha.Ayesha baru merasa ada yang aneh. Jika tadi dia masih fokus pada anaknya, sekarang dia baru menyadari sesuatu.“Kenapa kau memanggilku nyonya?” tanya Ayesha heran. Dia hanya menduga-duga saja tapi segera dilenyapkannya. Tidak mungkin sekali hal itu.“Maaf, saya terbiasa memanggil Nyonya pada beberapa pelanggan jasa saya!” Miko dengan sopan menyampaikan alasannya.Ayesha tidak bertanya lagi. Sungguh pertanyaan yang konyol. Memangnya kenapa kalau ada orang memanggilnya nyonya?Melirik Miko yang belum juga berjingkat dan pergi
Baca selengkapnya

Penolakan

“Sha, kemarilah kita bicara sebentar!” ujar Hilbram pada Ayesha yang sejak tadi melengos dan menghindarinya itu.Ayesha tidak ingin membuka suaranya dahulu. Dadanya penuh sesak dengan segunung kekesalan. Tidak mau membuat air matanya terlihat menetes di hadapan pria ini. Dia harus ingat bahwa sudah sepakat dengan dirinya sendiri untuk mematikan rasa pada pria yang kejam ini.Tidak cukupkah bagi pria itu menyakitinya selama ini?Untuk apa masih datang hanya untuk mengatakan bahwa dirinya sudah tahu Adam adalah anaknya.Lantas mau apa kalau memang mengetahui kenyataan itu?Bukankah dia sudah menikah lagi?Merasa Ayesha mengabaikan kehadirannya, dia bangkit dan hendak menghampiri Ayesha. Namun dengan sigap Ayesha juga bangkit sambil menahan Hilbram dengan tatapan tajamnya yang penuh luka yang masih berdarah.Hatinya masih belum terima mengetahui bahwa pria ini begitu cepat berbahagia dengan wanita lain, sementara dirinya terpuruk dalam kubangan derita karena tujuan kebaikannya. Rasanya
Baca selengkapnya

Jatuh Cinta Lagi

Pagi-pagi seperti biasa, Ayesha menyiapkan segala sesuatunya sebelum Adam terbangun. Pumping ASI. Menyiapkan keperluan Adam selama di Daycare, juga menyiapkan sarapannya sendiri. Dia harus menjaga pola makannya agar Adam mendapatkan ASI yang berkualitas.Teringat tentang pria itu lagi, sebenarnya terasa enggan sekali berangkat ke kantor. Tapi tidak mungkin dia resign saat banyak kebutuhan dalam hidupnya. Apalagi belum tentu langsung dapat pekerjaan di tempat lain.Ayesha lagi-lagi harus mengenyahkan egonya demi kebaikannya dan Adam.Suara klakson mobil terdengar. Ayesha yangg sudah rapi segera mengambil Adam yang juga sudah ganteng dan wangi itu untuk digendongnya.Saat dia harus merapikan penampilannya di depan cermin, bayi lucu itu terlonjak senang dan terkekeh melihat pantulan bayangannya sendiri di cermin.“Astaga, Nak. Ketawanya renyah sekali!” Ayesha jadi tertular bahagia melihat anaknya yang sudah ceria lagi itu.“tatatatata...” ocehnya kemudian terlonjak lagi dan tertawa lepas
Baca selengkapnya

Perhatian Hilbram

Kantor mereka sudah pindah ke gedung baru yang lebih bagus. Ada banyak wajah-wajah baru, sepertinya pegawai lama dari Kota Pusat yang di mutasi ke Kota Surajaya.Ayesha baru ingat, ada peraturan di kantor agar memakai masker. Lalu dia mengambil masker di tasnya dan menggenakannya. Dia jadi ingat, tadinya dia ingin menyamarkan diri dengan memakai masker agar tidak diketahui Hilbram. Ternyata pria itu sudah lebih dulu tahu tentang dirinya yang bekerja di kantor ini.Ayesha jadi berpikir lagi, bagaimana harus bersikap tentang hubungannya ini. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya. Mungkin ajakan Hilbram untuk berbicara harus dia terima. Mereka harus bicara agar tidak lagi ada kesalahpahaman diantara keduanya. Kalau memang berakhir, maka harus diakhiri dengan baik. Bukankah itu yang diinginkannya sejak awal?“Bagaimana anakmu? Sudah lebih baik?” tanya Nola yang tahu anak Ayesha baru keluar dari rumah sakit. Dia juga yang memintakan Ayesha izin tidak masuk kerja kemarin.“Oh, sudah,
Baca selengkapnya

Membatalkan Meeting

Karena tidak sedang membawa Adam, Ayesha memutuskan pulang dengan menaiki kendaraan umum.Dia tidak menunggu Miko karena kantor mulai memberlakukan pulang lebih cepat di masa pembatasan kegiatan masyarakat ini.Miko pasti masih sibuk antar barang. Pekerjaannya memang mengantar paket, sambil menumpangi orang yang searah dan memberinya tips seikhlasnya. Pria muda itu memang pekerja keras, jadi penasaran dengan istri dan tiga anaknya.Pria semuda itu sudah punya tiga anak. Katakanlah dia seumurannya, 26 tahun. Jika menikah muda usia 20 tahunan, artinya setiap anak mereka baru berumur satu tahun istrinya sudah hamil lagi. Ayesha hanya menggelengkan kepala melihat orang dengan pemikiran senekat itu memutuskan membina rumah tangga lebih awal.Tapi, benar tidak sih tentang Miko ini? Ayesha tiba-tiba meragukan sesuatu. Apalagi ada hal janggal dari pekerjaannya itu. Antar paket tapi seketika Ayesha menelponnya dia pasti langsung datang. ‘Sudahlah Ayesha, jangan mengurusi urusan orang! Urus
Baca selengkapnya

Berbalas Pesan

Ayesha resah sejak tadi mencoba memejamkan kedua matanya tapi tidak juga bisa terlelep. Padahal biasanya dia sudah terlelap jam begini. Dia bangkit dari tidurnya dan duduk termenung di atas ranjang. Entah apa yag dipikirkannya. Hanya untuk mengusir kejemuan, dia iseng membuka ponselnya. Memeriksa barangkali ada pesan yang belum terbaca atau sekedar melihat status teman-temannya. Tiba-tiba pesan dari Hilbram masuk ke ponselnya. [Kenapa masih online jam segini?] Pesan itu terbaca di netra Ayesha yang tidak sengaja menekan layar tepat di nomor yang bahkan belum diberinya nama itu. Ayesha tadinya enggan membalas. Tapi statusnya sudah centang biru. Mulai ada rasa tidak enak jika mengabaikannya. Apalagi mereka ada janji besok siang untuk belanja keperluan Adam. “Balas tidak ya?” gumamnya sendiri berperang dalam keraguan. Sepertinya berat untuk mengubah sikapnya dengan beramah tamah membalas pesan yang tidak penting itu. Ayesha tidak mau akhirnya menjadi nyaman dengan obrolan ini.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
27
DMCA.com Protection Status