Semua Bab Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris: Bab 151 - Bab 160

263 Bab

Beri Aku Kesempatan

“Aku sudah mengurus akte dan dokumen Adam, maaf aku menambahi sedikit nama dan nama keluarga di belakangnya,” ujar Hilbram membahas tentang putranya itu. Ayesha baru ingat, dia memang tidak bisa mengurus dokumen kependudukan Adam karena harus melampirkan beberapa dokumennya yang tidak bisa ditunjukan. KTP-nya saja sudah hilang. Belum lagi menyertakan data ayah yang tentu Ayesha tidak punya. “Terima kasih, aku sudah pernah mengusahakan mengurusnya, tapi terlalu ribet karena dokumen yang kurang lengkap.” Ayesha tidak perlu bertanya tentang bagaimana Hilbram tahu bahwa putra mereka belum memiliki identitas kependudukan setelah berusia hampir 6 bulan. Tidak sulit baginya mengetahui perkara itu. “Identitasmu juga sudah aku pulihkan. Taher akan mengurusnya besok.” Hilbram kembali menambahi. Kemudian baru teringat, dirinya belum meminta maaf secara sepantasnya tentang apa yang terjadi pada hubungan mereka selama ini. “Aku sudah memberikan hukuman pada Rahman untuk menyibukannya di per
Baca selengkapnya

Memulai Dari Awal

“Maaf, Mas. Maafin aku!” Ayesha terisak. “Aku juga minta maaf, Sha. Kita mulai semua dari awal ya?” Hilbram mengelus Ayesha. Ayesha mengambil jarak di antara keduanya, mengatakan, “Mas, aku akan coba bantu Mas mengingat sedikit demi sedikit. Kita harus berusaha agar kau tidak kehilangan hal-hal penting dalam hidupmu!” ucap Ayesha bertekad. “Terima kasih!” Hilbram tersenyum senang akhirnya Ayesha sudah tidak salah paham lagi padanya, begitupun sebaliknya. Keduanya berpelukan lagi. “Sha, jangan salah paham tentang pernikahanku dengan Thalita ya?” ucap Hilbram merasa harus membicarakannya juga. Ayesha tidak menyahut. Masih menenggelamkan kepalanya di dekapan Hilbram. Dia jadi sedih diingatkan tentang itu. Naluri seorang istri kembali mengacaukannya. “Saat berbelanja ke mall Antariksa, sebelum melahirkan Adam, aku melihat kalian berjalan mesra dengan sangat bahagia, memilih perlengkapan bayi bersama. Aku hancur sekali, Mas.” Air mata Ayesha kembali mengalir mengingat hari itu. Di
Baca selengkapnya

Harus Bersabar

Thalita mengerung kesal saat tangan kekar itu menarik dan melemparnya ke atas ranjang besar. Dia menatap dengan marah pada pria yang sangat dibencinya itu. Berani-beraninya memperlakukannya seperti ini. Lihat saja, dia akan mengadu pada Hilbram tentang sikap kasarnya.  “Aku bilang jangan ikut campur dalam hidupku!” ketusnya pada Rahman yang sudah dengan paksa membawanya pulang saat baru saja ingin menikmati hidup dengan bersenang-senang di club malam. Pemerintah Qatar sudah mulai melonggarkan kegiatan sosial. Jadinya, Thalita yang terbiasa kluyuran itu merasa menjamur di rumah saja selama pembatasan karena covid.“Aku suamimu sekarang, jadi patuhlah!” Rahman tidak berhenti dibuat kesal atas tingkah wanita yang lebih pantas menjadi anaknya itu.  Minum-minuman keras dan clubbing adalah hobinya yang sangat dibenci Rahman.“Cih! Bangga sekali kau bilang suamiku. Sejak dulu kau pasti sudah mengincar ini agar kau mendapatkan ap
Baca selengkapnya

Kerja Lagi

“Kau menertawaiku, huh?” Hilbram menatap bocah kecil yang kini ikut rebahan di ranjangnya. Sementara sang mama sedang mandi. Adam hanya terkekeh sembari memiringkan tubuhnya mencoba bangkit dan meraih wajah Hilbram untuk dicengkramnya. “Aku bilang jangan tertawa, dasar penganggu cilik!” Hilbram tampak gemas melihat Adam yang malah tertawa, kemudian ikut tertawa dan menciumi bayi yang menggemaskan itu. “Papapapa...” celoteh Adam sambil menepuk-nepuk pipi Hilbram. “Benar, aku papamu. Tapi kita sepakat ya, kau jangan menggangguku saat bersama mamamu. Oke?” Hilbram masih juga perhitungan mengingat kegiatan yaang baru panas itu sudah dihentikan karena Adam menangis tidak melihat mamanya saat terbangun. “Mamamama...” Hanya itu yang bisa dijawab Adam. “Kenapa? Kau bilang mamamu hanya milikmu?” Hilbram dengan isengnya menerjemahkan sendiri ocehan bayinya. Bayi itu hanya tergelak seolah menertawakan kegabutan orang dewasa yang sedang kesal di depannya itu. “Adam sudah ganteng dan wangi,
Baca selengkapnya

Kamar Pribadi Di Kantor

Setelah diantar ke lantai tempat Hilbram berkantor, Taher menyambutnya di depan pintu lift. Dengan tersenyum ramah, mempersilahkan sang nyonya untuk mengikutinya menuju ruang direktur utama perusahaan ini.Lantai ini tampak sepi. Sepertinya memang hanya untuk ruangan big bos dan para direksinya. Di depan pintu lift tadi Ayesha sekilas membaca tulisan, hanya pegawai yang punya akses saja yang bisa masuk ke lantai ini. “Silahkan, Nyonya. Tuan sudah menunggu di dalam!” Taher membukakan pintu untuk Ayesha lalu segera menutupnya lagi.Ruangan yang luas dan tampak elegan. Lalu, di mana Hilbram?“Aku di sini!” suara lirih yang tepat di telinga Ayesha mengejutkannya. Hilbram sudah berdiri di belakangnya dan tangan itu langsung menyabuk ke pinggang Ayesha. Memepetkan tubuh mereka.“Eh, Tuan!” Ayesha mencoba menahan tangan Hilbram namun justru malah terhempas di pelukan pria itu. Dia terlihat tidak tenang. Bahkan pintu itu masih bisa dibuka dari luar, tadi.Bagaimana kalau nanti ada orang y
Baca selengkapnya

Terkunci

“Nur, Adam tidak rewel?” tanya Ayesha saat sudah masuk jam istirahat namun pria ini belum juga melepaskannya. Malah terlelap dan memeluknya di samping.“Tidak, Nyonya. Adik baru saja tidur siang!” jawaban yang terdengar dari seberang membuat Ayesha lega.Tadinya ingin mengubah setelan panggilan menjadi mode video call, tapi dibatalkannya karena melihat dirinya yang masih polos dipelukan pria yang sudah mendesaknya tadi.Lihatlah, sekarang! Pria ini malah menyenyakkan diri dalam tidurnya. Tampak puas dan lega sekali. Batin Ayesha tersenyum geli dan kesal dalam waktu yang bersamaan.Bisa-bisanya pria ini menyempatkan melakukannya di jam kerja. Bukankah dia bilang akhir-akhir ini sedang sibuk di kantor?Pasti Taher di luar sedang bingung mengatur pekerjaan karena sang tuan yang sedang berduaan bersama istrinya, yang dia tidak tahu sedang apa di dalam sana.“Baiklah, Nur. Aku tidak bisa mengunjungi Adam istirahat ini. Tapi aku usahakan untuk pulang lebih cepat, ya?” tukasnya lagi pada pe
Baca selengkapnya

Takut Dicurigai

Ini masih jam makan siang. Ayesha tidak langsung turun ke lantai tempat ruang kerjanya. Bertemu Nola dan beberapa rekan yang lain sedang menikmati makanan di lounge, dia akhirnya memutuskan untuk singgah sebentar di sana.“Dari mana saja kamu?” Nola bertanya pada Ayesha yang tampak segar itu.Aroma shampo di kamar mandi ruang kerja Hilbram begitu tajam. Bahkan Ayesha bisa membaunya sendiri. Jadi merasa Nola menatapnya dengan penuh kecurigaan.“A-aku tadi dari ruangan Tuan Hilbram, lanjut menyempatkan sholat dulu.”“Aku juga baru sholat, kok tidak ketemu?” Nola masih bertanya.“Barusan kok, tadi aku lihat kamu baru keluar mushola saat aku masuk!”Duh, jadi serba salah begini ya?Tenang, Sha...Ayesha berusaha menguasai dirinya. Dia cemas sekali kalau sampai harus terlihat mencurigakan. Rasanya sudah seperti berselingkuh dengan big bos di kantor ini. Padahal big bosnya suaminya sendiri.“Aku pesan makanan dulu!” Ayesha bangkit dan mengambil makanan di rak hidangan. Melirik ke arah Nol
Baca selengkapnya

Kedatangan Fatma

Hilbram termenung menatap kosong hadapnya untuk menunggu panggilannya bisa tersambungkan cepat. Ketika, ponselnya berdering dia segera mengambil benda itu dan mengupingnya.“Maaf, Tuan! Pak Rahman sedang menjemput anak dan pengasuhnya di bandara,” suara Damian, sekretarisnya di Qatar terdengar.“Kau tidak bisa menghubunginya?” Hilbram sedikit kesal, sejak kapan dia harus menunggu jika harus menghubungi asistennya?“Kalau saya bisa menghubungi beliau, tentu sudah saya sampaikan apa yang Tuan inginkan!” Damian masih mencoba menjelaskan.Hilbram terhenyak dan tidak mengerti dengan jalan pikiran Rahman. Sepertinya pria itu sudah mulai menunjukan taringnya untuk bisa melawannya perlahan. Hilbram harus memikirkan banyak kemungkinan dan cara agar bisa memahami Rahman dengan baik.Dibanding Rahman yang sejak kecil sudah membersamainya, Hibram sama sekali tidak memiliki kewajiban untuk mengerti dan memahami orang yang sejak dulu melayaninya itu. Rahmanlah yang punya kewajiban memahaminya.Na
Baca selengkapnya

Pertengkaran

Ayesha terkejut dengan sindiran Fatma yang merasa sudah menunggunya sejak tadi. Lalu buru-buru meminta maaf.“Maaf, Tante,” ujar Ayesha pada wanita itu.“Jangan mentang-mentang kau nyonya di sini lalu merasa seenaknya sendiri, ya?” Fatma tidak tahan ingin memarahi wanita yang sudah merebut perhatian Hilbram dari anaknya itu. “Sekali lagi saya minta maaf kalau sudah membuat Tante merasa kurang nyaman.” Ayesha masih berusaha menjaga sikapnya.“Benar, kau benar-benar sudah membuatku tidak nyaman!” Fatma menatap Ayesha yang bahkan belum duduk itu.Biar saja melihat wanita itu berdiri di sana. Fatma merasa wanita ini sungguh tidak pantas bersanding dengannya. Setelah mengetahui fakta bahwa keponakannya itu memungutnya dari rumah bordil, Fatma punya alasan untuk merasa muak pada Ayesha.Ayesha hanya menunduk. Dilihatnya tadi aura kebencian yang tersirat dari tatapan mata wanita ini, seolah menyadarkannya bahwa kastanya sangat berbeda dengan kasta wanita itu—yang merupakan putri dari kel
Baca selengkapnya

Masalah Fatma

“Heran saja dengan keluarga Tante, setiap hari bergumul dengan kemewahan, lalu mendapatkan warisan saja sudah membuat Tante dan Charlie gelap mata. Macam orang yang tidak pernah pegang banyak uang saja!” sindir Hilbram pada tantenya itu.“Charlie hanya kena tipu, Bram!” Fatma membela suaminya.“Hanya?” Hilbram tersenyum miring.Hilbram tahu Charli bukanlah seorang pebisnis. Dia hanyalah sutradara film yang bahkan tidak ada satu pun karyanya yang sukses. Lalu sok-sokan mencoba berbisnis bermodalkan harta warisan tantenya itu.Sekarang, wanita ini datang menangis-nangis karena Charli sudah tanpa persetujuannya menjual saham bagiannya—demi lolos dari tuntutan hukum orang-orang yang berinvestasi dalam proyeknya bersama temannya—yang sudah kabur membawa uang mereka.“Bisakah kau mencarikan jalan keluarnya, Bram?” Fatma yang kebingungan itu hanya butuh solusi dari Hilbram, bukannya malah dicecar banyak pertanyaan.“Setelah Charli sudah menjual saham bagian Tante, tidakkah itu sudah menyel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
27
DMCA.com Protection Status