หน้าหลัก / Romansa / Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik / บทที่ 71 - บทที่ 80

บททั้งหมดของ Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik: บทที่ 71 - บทที่ 80

423

Bab 71. Kalau Bertemu Harus Berkenalan, Kan?

Beberapa kali Diva mengerjapkan matanya, dia tidak percaya pria itu berkata hal seperti ini padanya. “Sudah jangan banyak dipikirkan, lanjutkan saja apa yang ingin kamu kerjakan.” Elvan lalu duduk di kursi teras. Seperti yang dikatakan oleh Elvan, Diva tidak ambil pusing, sekarang dia harus menghubungi keluarganya. Diva lalu masuk ke akun pribadi dan mendapatkan nomor ayah dan ibunya. “Ketemu!” Diva berkata dengan bahagia, Elvan hanya mengamati wajah wanita itu dengan tersenyum geli, menyadari dia mulai sedikit berlebihan, Elvan segera memasang wajah datarnya kembali. Sebenarnya kalau dia mau, seharusnya dia bisa menghubungi Prisya, tapi … kalau dengan cara ini dia bisa mendapatkan informasi kontak keluarganya yang lain, kenapa tidak menggunakan kesempatan yang ada di depan mata. Diva lalu menghubungi nomor itu Setelah cukup lama, akhirnya panggilan tersambung.“Halo, ayah! Ayah ada dimana?” tanya Diva langsung saat telepon tersambung. “Kak Diva?!” Terdengar suara Prisya yang te
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 72. Tugas Tambahan

Sepanjang perjalan mereka hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. “Ayo turun.” Elvan berkata pada Diva yang masih terlihat melamun. “Ah, sudah sampai.” Diva dengan cepat melepas seatbeltnya dan menarik tuas pintu untuk segera keluar. Diva berjalan lebih dulu masuk ke lobi dengan langkah cepat. “Kenapa kamu tampak buru-buru sekali, apa aku ini hantu?” Elvan bertanya saat sudah menyejajarkan langkahnya dengan Diva. “Bukan seperti itu, aku sudah sangat lapar!” Diva berkata cepat tanpa melihat lawan bicaranya. Jelas sekali kalau dirinya sedang mencari-cari alasan saja.“Restoran ada di sebelah kanan Diva,” tegur Elvan, dia lalu menarik tangan Diva. Wanita itu terkejut dan terpaksa mengikuti langkah kaki Elvan, matanya beredar pandang dan berdoa semoga dia tidak bertemu dengan anggota keluarganya di tempat ini. Diva lega saat masuk di area restoran, setidaknya hanya kemungkinan kecil keluarganya akan makan di tempat ini. Apalagi ini restoran kelas atas dan makanannya pasti tid
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 73. Kurang Suka Kalimat Penolakan

Diva menarik napas dalam, dia tidak percaya kalau pria ini benar-benar di luar nalar! “Kenapa malah melamun lagi?” tanya Elvan lagi. “Itu … maksudku apa kamu tidak merasa kalau tiba-tiba uangmu bisa saja hilang karena kupindahkan ke rekening pribadiku?” “Lakukan saja kalau kamu mau.” Elvan berkata seolah tidak ada masalah. Diva tidak habis pikir dengan jalan pikiran Elvan. Tidak ingin terlibat perdebatan yang panjang lagi, wanita itu lalu mendecakkan lidahnya. “Terus pinnya berapa?” “0 enam kali,” jawab Elvan singkat. “Semudah itu?” Diva tidak percaya dengan apa yang baru saja disebutkan oleh Elvan. “Aku sudah menggantinya, agar kamu mudah mengingatnya," ucap Elvan sembari menunjukkan ponselnya, menyatakan secara tidak langsung kalau dia mengubahnya melalui layanan mobile perbankan yang dia miliki. "Atau kamu bisa menggantinya lagi saja dengan yang bisa kamu ingat," lanjut Elvan.“Menggantinya?” Diva melebarkan matanya lagi.“Ya, mengubah pin bisa dilakukan dimana saja saat ini
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 74. Ayah Berpesan

Jangan ditanya apa yang saat ini dirasakan oleh Diva! Apa dia harus senang atau tidak. Setelah menatap Elvan yang kian menjauh, mendadak kaki Diva terasa sangat lemas, dia akhirnya memutuskan untuk duduk sejenak di sofa yang ada di lobi ini sambil mengatur napasnya.‘Apa aku tidak sedang bermimpi?’ tanya Diva pada dirinya sendiri.Untuk memastikan hal itu, Diva akhirnya mencubit keras lengan kirinya, “Auw!” teriaknya karena terasa sakit.“Ini benar-benar bukan mimpi Diva.” Diva berkata pada dirinya sendiri dengan menggumam pelan.“Tadi itu apa dia sedang menyatakan cinta?” Jika dilihat dari raut wajahnya saat ini, Diva terlihat linglung!Akan tetapi wanita ini langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak-tidak! Dia tidak menyatakan cinta, dia hanya mengatakan menghilangkan hubungan pura-pura saja. Artinya dia benar-benar memintaku untuk menjadi tunangan sungguhan?” Diva kembali berkata dengan suara tercekat di tenggorokan.“Ya Tuhan … apa aku tidak salah dengar? Dia benar-ben
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 75. Perasaan Diva

“Ah, maaf-maaf, aku tidak sengaja.” Diva dengan cepat mengambil pecahan gelas yang ada di lantai, sedangkan Prisya melihat ke arah Diva dengan sorot mata penuh makna.“Sudah, kamu duduk saja, ini biar ayah yang bersiin, nanti tangan kamu luka.” Lukman menyuruh Diva duduk di kursi dan pria paruh baya itu dengan cepat mengambil alih pekerjaan Diva. Diva makin kacau dengan pikirannya, dia duduk dengan tatapan mata kosong ke depan. Dia tidak mendengar apa yang sedang anggota keluarganya bicarakan saat ini, karena kepalanya penuh dengan dilema yang makin menggila!“Diva, kamu kenapa, Nak?” Lukman memegang lembut tangan anaknya, Diva segera tersadar dari pikiran-pikiran yang menyerang kepalanya.“Ah, tidak, Yah, Diva tidak ap-apa.” Diva berkata dengan cepat dan tersenyum.“Apa kamu masih sakit hati ditinggal si Nico itu?” tanya Lukman lagi.Diva menggeleng cepat. “Tidak, Yah, aku tidak apa-apa kok. Lagian lebih bagus tidak sampai pelaminan, kan? Pria yang selingkuh pasti akan melakukannya
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 76. Obrolan El dan Al

Setelah mengantar Diva, tampak Elvan sedang duduk di taman belakang seorang diri. Pria itu terdiam selagi menatap langit malam, melamunkan mengenai apa yang baru saja terjadi antara dirinya dengan Diva.Mengingat bagaimana wajah Diva merona dan kebingungan saat mendengar pertanyaannya, Elvan tak elak menundukkan kepala dan tersenyum manis. ‘Ah … aku benar-benar jatuh terlalu dalam …,’ batinnya sembari tersenyum, merasakan hatinya menghangat setiap kali membayangkan tentang Diva.Tiba-tiba ….“Hayo loh! Ngapain senyum-senyum sendiri?!” Suara seseorang membuat Elvan tersadar dari alam pikirannya dan langsung menoleh.Ternyata, itu Alisha!“Kamu sudah pulang?” Elvan menautkan alis, agak bingung melihat sang adik yang seharusnya masih berada di tempat pacuan kuda.“Sudah dong! Kakak tahu sendiri aku juga salah satu orang yang tidak suka kumpul di acara itu,” balas Alisha sembari tersenyum.Alisha lalu mengambil tempat di hadapan Elvan dan meletakkan dua kaleng minuman soda yang dia bawa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 77. Bertemu Teman Lama

“Kak Diva!” Suara Prisya terdengar nyaring memukul gendang telinga Diva.Diva merasakan kalau tubuhnya saat ini digoyang dengan kuat.“Prisya … kamu ngapain sih ganggu orang tidur aja.” Diva berkata dengan suara serak, kepalanya masih terasa sangat berat, karena semalam cukup lama dia merenungkan banyak hal.“Sudah jam 10 lebih! Mau rencana tidur sampe kapan? Bentar lagi mau check out nih! Atau kita extend aja, tapi kali ini kakak yang bayar!” Prisya berkata dengan semangat 45.Diva langsung duduk dan meraih jam tangan yang dia letakkan di atas nakas bersebelahan dengan handphonenya. Matanya melotot saat melihat sekarang sudah nyaris jam setengah sebelas siang.“Kok kamu gak bangunin kakak dari pagi tadi sih?” Diva bergegas ke toilet dan mencuci mukanya.“Kakak tidurnya kayak kebo! Udah dibangunin tiap jam, jawabannya entar lagi terus! Tuh muka Kakak udah bengkak karena kebanyakan tidur! ” Suara Prisya terdengar nyaring walaupun Diva sudah menutup pintu toilet dengan rapat.Tidak lama
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 78. Memintamu Langsung

“Kamu … bertunangan dengan Elvan?!” Chelsea tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Wajahnya mengernyit dan pandangannya menyelidik.“Kalau tidak, hubungan apa yang bisa membuatku berada di tempat ini berdua saat hari libur? Apa aku terlihat ingin berdiskusi tentang urusan bisnis?” Diva berkata dengan nada sarkas.Elvan diam, dia hanya memperhatikan keadaan saja sambil bersedekap, dia melihat mata Diva yang menyimpan amarah di sana.Tania menyadari situasi yang sedikit tegang, dia dengan cepat berkata, “Ah, Diva, kamu salah paham, Chelsea tidak ada maksud untuk–”“Sayang, kalau sudah selesai makannya, apa kita bisa pergi sekarang?” Elvan berkata dengan lembut pada Diva, seolah tidak ada kedua temannya di sana.Diva mengangguk dan menjawab, “Ya, aku sudah selesai." Diva kemudian kembali melihat ke arah kedua temannya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, kami pergi dulu.” Diva lalu beranjak dari kursinya.“Ah, iya! Lain kali kita bertemu lagi, ya!” Tania berkata dengan na
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 79. Pemilik Restoran

Diva melihat senyuman Elvan yang membuat hatinya merasa damai. Perasaan ini ... sejatinya tidak bisa dibohongi, kan?“Diva, kutegaskan sekali lagi. Aku akan menunggumu, jadi jangan terlalu terbebani, hehm?” Diva menundukkan padangannya, menarik napas sesaat lalu kembali melihat ke arah Elvan. “Apa aku boleh bertanya sesuatu?” Elvan mengangguk. “Bagaimana jika kamu menemui orang tuaku tetapi mereka tidak menyetujuinya? Apa yang akan kamu lakukan?” Diva bertanya dengan nada yang tenang tetapi hati bergelombang hebat. Elvan menghela napas dan melihat ke arah Diva kembali dengan tatapan tajam. “Maka aku harus terus berusaha. Aku yakin tidak ada usaha yang sia-sia.” “Apa kamu seyakin itu?” tanya Diva lagi. “Aku sangat yakin, yang masih belum yakin itu, kamu. Apa aku benar?” DEG! Ucapan Elvan tidak salah! Benar, dia sangat tidak yakin. Tidak yakin untuk menerima maupun menolak dengan tegas. Apa dirinya sangat egois menggantung hubungan nyata ini? “Apa aku wanita kejam yang menggant
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 80. Berhadapan dengan Anggala

“Kenapa, Div?” Elvan heran karena melihat perubahan di raut wajah Diva.“Tidak apa-apa.” Diva menjawab cepat dan berusaha menetralisir riak wajahnya.“Kalau begitu, ayo masuk.” Elvan berbisik lembut di telinga Diva, lalu mengurai tangannya di genggaman Diva, beralih merangkulnya untuk berjalan masuk ke dalam.“Van,” ucap Diva lalu menghentikan kembali langkahnya dan menahan Elvan untuk melangkah masuk. “Aku ….” Diva diam, dia tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikannya pada Elvan kalau dia lebih baik pulang saja.“Elvan! Akhirnya kamu ada waktu untuk datang ke tempatku juga!” Suara itu terdengar jelas dari arah belakang Diva dan suara itu juga masih terekam dengan sangat jernih di ingatan Diva tentang kejadian yang belum lama ini terjadi. Diva mematung di tempat, tangannya terkepal kuat. Diva mencoba menahan rasa bergejolak hebat dalam hatinya.“Kamu datang dengan siap–” pria itu menghentikan ucapannya saat melihat Diva. “Gantari?!” Dia berkata dengan senyuman penuh mak
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
678910
...
43
DMCA.com Protection Status