Semua Bab Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik: Bab 271 - Bab 280

412 Bab

Bab 271. Sesuai Kemauanmu, Diva

Tidak lama berselang, terdengar kaca di sebelah Diva diketuk dari arah luar. Diva melihat yang mengetuknya adalah Prisya. Lagi-lagi dia melupakan kalau saat ini dia sedang bersama adiknya!Diva lalu menurunkan kacanya dan tersenyum tidak enak hati melihat adiknya ini. Tidak perlu ditanya siapa yang bisa membawa Elvan sampai kemari, sudah barang tentu jawabannya adalah Prisya. Adiknya memang sangat mengerti apa yang dia inginkan dan butuhkan saat ini.“Maaf,” ucap Diva dengan tersenyum lebar melihat wajah adiknya yang saat ini bertekuk masam.“Sudah lebih dari lima belas menit kalian di dalam, apa sudah selesai dan kami boleh masuk?” tanya Prisya dengan tatapan tajam pada Diva sembari melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.“Bo-boleh, salah sendiri siapa yang menyuruhmu menunggu di luar.” Diva berkata tanpa rasa bersalahnya.“Menyebalkan,” gerutu Prisya lalu membuka pintu di sebelah pengemudi dan masuk ke dalamnya.Hal ini membuat Elvan tersenyum ringan melihat kelakuan dua
Baca selengkapnya

Bab 272. Pembicaraan Ayah dan Ibu Diva

Sementara itu di rumah Diva.Terlihat Lukman menatap layar televisi dengan tatapan kosong, istrinya menghampiri pria itu dengan membawakan ubi rebus dan teh hangat.“Diminum dulu, Yah, tehnya.” Indah berkata dengan suara lembut pada suaminya, secara tidak langsung membuyarkan pikiran Lukman tentang Diva yang menurutnya sangat terobsesi dengan Elvan.“Mikirin Diva, ya?” tanya Indah pada pria itu. Lukman hanya tersenyum singkat.“Yah, sepertinya anak kita memang sangat menyukai pria itu.” Indah berkata sembari menghela napas berat, seolah ada beban yang menghimpit di dadanya itu.“Benar, Bu, tapi … ibu tahu sendiri, kita tidak bisa prediksi kapan hati orang lain akan berbalik.” Lukman mengeluarkan kekhawatirannya itu.Indah hanya diam, dia belum merespon kalimat suaminya ini.“Lagipula kali ini adalah pewarisnya L Tekno.” Lukman menunjuk logo di remote televisi mereka yang berlambang L Tekno.Indah mengangguk perlahan. “Betul, Yah, tapi kalau dilihat lagi, si Elvan ini cukup berbeda dari
Baca selengkapnya

Bab 273. Tentang Diva

Lukman melihat ke arah istrinya dengan tatapan yang mengisyaratkan kalau dirinya masih saja belum mempercayai hal itu.“Seperti yang Ibu dengar saat Ayah bicara dengan anak itu, Ayah hanya ingin melihat dulu, ingin membuktikan sejauh apa pria itu memperlakukan Diva.” Lukman berkata dengan berat.Indah masih diam, dia tahu suaminya pasti akan merasa sangat sedih kalau sampai dia kali ini salah memutuskan.“Yah, Ibu tahu ini berat, tapi kita juga tidak bisa menutup mata atas perlakuan baiknya pada anak kita, Diva … dan juga Ratri.” Indah menghela napas saat menyebutkan nama Ratri, rasa sakit seakan tercurah ke sana ketika dia mengingat sosok anaknya itu, melahirkan anak spesial tanpa seorang suami, belum lagi penghinaan lain yang diterimanya di usia yang masih muda.“Itulah kenapa ayah bilang, jangan sampai kita ada hutang budi dengan orang lain, tapi sepertinya Diva ini ….” Lukman diam, dia merasakan sekali beban berat itu.“Sepertinya Diva melakukan hal ini sudah mempertimbangkan selu
Baca selengkapnya

Bab 274. Kamu Berbohong, Elvan?

“Selamat malam, Tante,” sapa Elvan pada Indah.Wanita ini memperlihatkan wajah datarnya dan mengangguk lalu melihat ke arah kedua anaknya. Mereka membawa barang belanjaan yang cukup banyak membuat Indah mengerutkan keningnya. Kejadian ini persis seperti belum lama ini saat mantan Diva itu menikah dengan sahabatnya sendiri. Tebakannya benar kalau anaknya ini pergi berbelanja.Lalu, Elvan … pria ini cukup berani untuk turun mengantar kedua putrinya. Seharusnya Elvan bisa mendapatkan penilaian berbeda dari suaminya, secara singkat dia melihat ke dalam. Walau tidak melihat suaminya, dia yakin kalau ayah Diva ini pasti sudah tahu Elvan ada di sini.“Hai, Bu.” Prisya berkata dengan santai sambil tersenyum lebar melihat ibunya.“Tadi Prisya yang menghubungi kakak ipar untuk menjemput kami, belanjaan kami sungguh banyak, Bu.” Prisya berkata masih dengan memamerkan senyumnya, bakan sekarang Prisya sudah memanggil Elvan dengan sebutan Kakak Ipar.Prisya yang jarang mau tahu urusan orang lain se
Baca selengkapnya

Bab 275. Apa Perlu dilanjutkan Malam Ini?

Tidak hanya Elvan yang terkejut dengan pernyataan Indah ini, melainkan Diva dan juga Prisya yang saling tatap. Baru kali ini juga Elvan merasa kalau saat ini segala tindakannya bisa ditebak oleh orang lain. “Kami sudah makan sebelum menjemput Bu Diva dan Prisya, Bu,” jawab Andi cepat. Respon cepat Andi ini membuat kelegaan tersendiri untuk Elvan dan tentunya Diva, karena ucapan Indah terasa seperti sedang menguji sesuatu. “Apa benar begitu?” tanya Indah pada Elvan untuk memastikan. Elvan tersenyum cepat dan menganggukkan kepalanya. “Benar Tante, tadi sebelum mendapat telepon dari Prisya, saya sedang ada di luar bersama dengan klien.” Elvan kembali berbohong. Berbeda dari biasanya ketika menghadapi klien-kliennya, saat mengatakan kebohongan kecil untuk menyukseskan misinya, Elvan tidak pernah dilanda rasa khawatir. Kali ini Elvan merasa sedikit gugup kalau saja kebohongan kecilnya ini kembali terbongkar, karena sorot tajam dari mata ibunya Diva ini sangat mengulik masuk ke dalam
Baca selengkapnya

Bab 276. Ajakan Pergi

Di ruang makan, mereka berempat saling lempar pandang, pertanyaan demi pertanyaan tidak hanya muncul di kepala Diva dan Elvan, tapi juga pada Prisya dan Andi.“Pris, sebenernya Ayah sama Ibu kenapa?” Diva berkata setengah berbisik.“Kakak pikir aku ini cenayang? Atau aku ini jin yang bisa nebak pikiran orang lain?" Prisya memanyunkan bibirnya. Diva menghela napas dalam lalu melirik ke arah Elvan. Pria itu hanya menanggapi dengan senyuman yang mengisyaratkan padanya jangan khawatir."Ya mana aku tau kenapa, Kak. Mungkin mereka tiba-tiba dapat ilham kali.” Prisya melanjutkan kalimatnya dengan santai sembari mengambil sayur sop yang ada di mangkok besar di hadapannya.“Ah, kakak ipar kamu tidak mau makan? Sop ayam buatan ibuku ini sangat nikmat.” Prisya berkata pada Elvan yang masih melihat makanan yang disajikan di atas meja ini.Sebenarnya, Elvan jelas mempertanyakan sikap ambigu dari orang tuanya Diva ini. Tentang masalah sebelumnya saat Elvan menghadapi orang tua Diva, di sana merek
Baca selengkapnya

Bab 277. Pertanyaan Diva yang Tak Terjawab

Diva diam, dia melihat ke arah Elvan, wajah pria itu terlihat tenang saat ayahnya mengajaknya pergi keluar. Pria yang selalu menegaskan diri sebagai calon suaminya ini mengangguk patuh saat Lukman mengajaknya pergi.“Baiklah, Om.” Elvan tahu ada hal yang perlu mereka selesaikan, mungkin obrolan sesama pria.“Tapi, Yah … ini sudah malam dan Elvan perlu istirahat–”Elvan menghentikan ucapan Diva saat mata Pria itu melihatnya dengan sorot mata dalam.“Besok juga hari libur, kan? Apa kamu tidak punya waktu, Nak Elvan?” Lukman berkata dengan suara khasnya.“Tidak, Om, betul yang Om katakan, besok sudah akhir pekan. Saya tidak ada masalah.” Elvan berkata dengan sopan.Lukman lalu melihat ke arah Diva, menatap teduh wajah putrinya itu yang kini terlihat gelisah. “Diva, kamu ambil handphone kamu sama Ibu, malam ini tidurlah lebih cepat. Tidak perlu menghubungi Elvan dan khawatir berlebihan.”Elvan memperlihatkan wajah santainya pada Diva sambil mengangguk meyakinkan.“Baiklah,” jawab Diva sin
Baca selengkapnya

Bab 278. Jangan Dilepas, Kak Diva!

Pernyataan yang keluar dari mulut Diva ini mengejutkan Prisya. Mereka tidak pernah tahu tentang hal semacam ini.“Kak Diva ngomong gitu dapet info dari mana?” tanya Prisya dengan menaikkan sebelah alisnya.Diva menarik napas sesaat sebelum menceritakan detail kejadian yang dia lewati di kamar ibunya. Wajahnya yang cukup tegang dan penasaran tergambar jelas saat menceritakan ulang kejadian barusan. Terlihat juga Prisya yang memberikan respon terkejut saat Diva mengatakannya.“Begitu kira-kira yang kakak lihat, menurutmu bagaimana? Apa kita harus menyelidikinya sendiri saja?” Diva berkata pada Prisya dengan mengerutkan keningnya, meminta pendapat.Prisya terlihat sedang berpikir sambil mengerutkan keningnya. “Kita mau menyelidikinya mulai dari mana?”Benar juga, pertanyaan Prisya barusan menyadarkan Diva akan hal ini, mau mulai menyelidiki dari mana? Keluarga Ayahnya? Sepertinya tidak mungkin, satu-satunya keluarga ayahnya adalah sang nenek dan beliau juga sudah meninggal sepuluh tahun
Baca selengkapnya

Bab 279. Kita Harus Cari Tahu

Diva merasakan hatinya menjadi hangat dan berbunga lebat. Benar yang dikatakan Prisya, mana bisa dia melepaskan pria yang sangat mencintainya ini. “Kak Diva, wajahmu memerah. Aku tahu kakak pasti seneng banget kan dibuat pengakuan begini? Mana gak makin kepanasan tuh si Marissa.” Prisya berkata sambil terkekeh. Untuk sesaat tadi Diva sudah melupakan tentang sosok Marissa, tapi adiknya ini memperingatkannya akan hal itu. Diva tahu pasti wanita itu akan berbuat makin nekat. Satu sisi Diva sangat menyukai keterusterangan Elvan untuk dirinya ini, tapi di sisi lain, dia tahu kenapa ayahnya selalu mengatakan kalau jangan pernah mengumbar kehidupan pribadimu dimanapun, karena tidak semua orang menyukai apa yang kamu perlihatkan pada mereka. “Eh, kenapa tiba-tiba murung begitu?” Prisya heran karena adanya perubahan raut wajah Diva yang cukup kontras dari senang menjadi sedikit ada beban. Diva menghela napas dalam. “Kakak bukan tidak suka, tapi suka sekali diperlakukan seperti ini, Kakak me
Baca selengkapnya

Bab 280. Nasihat untuk Elvan

Sementara itu di tempat lain.Bulan memantul di atas permukaan air yang bergelombang, suara deburan ombak yang menyapu bibir pantai mengeluarkan suara yang saling bersahutan, namun bau khas amis dari laut ini, saat menyeruak masuk mengenai indra penciuman Elvan, membuatnya ingin mengeluarkan makanan yang dia makan di rumah Diva tadi. Akan tetapi dia sadar, ini bukan saatnya menghindari hal ini.“Nak Elvan, apa kamu benar baik-baik saja?” tanya Lukman pada Elvan karena dia melihat wajah Elvan yang cukup berbeda sejak lima menit yang lalu saat mereka keluar dari dalam mobil.“Ti-tidak apa-apa, Om,” jawab Elvan singkat dengan sedikit terbata, dia berusaha untuk terus mengolah emosinya, karena saat ini hatinya mulai bergejolak hebat menahan sebuah rasa yang sangat membuatnya ketakutan. Mencoba untuk tidak memperlihatkan kelemahan terbesarnya selama ini pada orang lain.“Kamu yakin?” Lukman kembali memastikan kalau pria yang sedang bersamanya saat ini dalam keadaan baik-baik saja.“I-iya, O
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2627282930
...
42
DMCA.com Protection Status