Home / Romansa / Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik / Chapter 261 - Chapter 270

All Chapters of Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik: Chapter 261 - Chapter 270

423 Chapters

Bab 261. Pertanyaan Kakek

Benar seperti yang dikatakan oleh Elvan, jangan pernah membantah atau mematahkan dulu perkataan orang lain, duduk diam dan dengarkan, karena akan ada waktunya kita bicara menggunakan semua informasi yang diberikan secara tidak sadar. “Bu, ini juga yang ibu takutkan, bukan?” Diva berkata pada Indah dengan perlahan. “Keluarga mereka mengundang ayah dan ibu ke acara ulang tahun perusahaan mereka bukan untuk menjatuhkan, Bu, tapi untuk saling berkenalan. Ibu harus tahu, Elvan membawa Diva pada keluarganya dengan baik-baik, dikenalkan dengan hormat dan diperlakukan juga dengan hangat. Apa ibu pikir Elvan masih ada niat lain?” Diva mengamati perubahan pada wajah ibunya. “Diva harus jujur sekarang, kemarin Diva memang tidak lembur, tapi Diva menjaga Elvan di rumah sakit.” Terlihat Indah seolah ingin memotong ucapan Diva, tapi Diva meneruskan kalimatnya dan tidak memberikan kesempatan itu pada ibunya. “Ibu tahu kenapa? Dia diserang oleh orang lain sampai harus menjalani operasi, karena
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

Bab 262. Selama Itu Elvan, Harusnya Bisa

Menyadari ekspresinya yang mulai bocor di depan kakeknya, Elvan segera membuat suasana hatinya menjadi lebih netral. Dia berusaha kembali memasang wajah dinginnya itu di hadapan Hartono dan berdehem beberapa kali sembari melonggarkan sedikit kerah bajunya. “Apa benar begitu, El?” Hartono kembali bertanya pada Elvan, dia beranggapan bahwa kecurigaanya ini benar. “Kakek, ini kantor sebaiknya kita bicara tentang urusan pekerjaan saja.” Elvan mengelak dengan memandang datar ke arah pria itu. Dia tidak ingin urusannya ini diusik eh sang Kakek. “Ah, sepertinya benar begitu, ya? Seorang cucu dan pewaris Lux Tech Group tidak diterima oleh keluarga wanita ternyata?” Sang Kakek berkata dengan suara penekanan dan tangan yang melipat di depan dada melihat ke arah cucunya dengan tatapan prihatin. “Kek, urusan pribadi–” “Elvan, dengarkan Kakek. Kakek menyukai kepribadian Diva, dia juga bukan wanita yang lemah dan mudah ditindas, tetapi menikah adalah persetujuan kedua keluarga. Kamu bukan hany
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

Bab 263. Usaha Elvan yang Dibuka Prisya

Mendengar pernyataan dukungan itu membuat Elvan bersemangat. “Baiklah kalau begitu, nanti aku akan hubungi lagi kalau ada perlu.” Elvan berkata pada Prisya. “Tenang aku akan membantumu membawa Ayah dan Ibu ke acara ulang tahun perusahaan. Kak Elvan mengundang ayah dan ibu karena disuruh oleh keluarga, kan?” Pertanyaan Prisya ini membuat Elvan mengangguk. “Benar, tapi tenang saja di sana aku akan memastikan kalau tidak akan terjadi hal apapun.” Secara tidak langsung Elvan membuat janji ada Prisya. Prisya nampak berpikir sesuatu, membuat Elvan mengernyitkan keningnya karena penasaran. "Ada apa?" tanyanya. "Begini Kakak iparku, mari kita mengatur rencana." Prisya berkata dengan senyuman lebar. "Rencana? Rencana seperti apa?" Jelas kalau saat ini Elvan penasaran. Prisya lalu menjelaskan rencananya dengan detail pada Elvan, pria itu sesekali merespon dengan anggukan ringan. "Apa kamu yakin ini akan berhasil?" tanya Elvan dengan sedikit ragu. "Aku tidak bisa menjamin seratus persen
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

Bab 264. Bantu Aku Menemani Kakakku

Prisya melihat ke arah Diva yang masih menampakkan wajah kusutnya, dia tahu kakaknya saat ini pasti sangat sedih karena meraih restu tidak semulus yang ada dalam pikirannya dan dia juga sangat paham kalau sekarang ini Kakaknya pasti sangat penasaran dengan apa yang dia katakan tentang Elvan barusan. Tentu saja Diva tidak tahu tentang Elvan ini. Kalau saja Andi tidak mengatakan padanya secara tidak sengaja, dia juga tidak akan menghubungi Elvan kembali untuk memastikannya. Akhirnya, diantara semua kelebihannya itu Prisya menemukan satu kelemahan pria itu! “Kenapa kalian sangat yakin?” Lukman bersedekap lalu melihat kedua anaknya secara bergantian. Dia sedikit tidak menyangka kalau selama ini Prisya yang dia tahu tidak pernah mau ikut campur urusan orang lain sekarang malah ikut terlalu banyak masalah hubungan Diva dan Elvan, seseorang yang berasal dari kelas atas di negeri ini. Prisya menghela napas berat lalu berkata, “Karena hati Prisya tidak ditutupi oleh rasa ego tinggi sepert
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

Bab 265. Bertemu Musuh

Siapa lagi yang bisa dihubungi Prisya di saat seperti ini. Tentu saja seseorang yang bisa membuat Diva tunduk dan menurut hanya dengan mendengar satu atau dua patah kata darinya, Elvan! Suara Prisya kini terdengar sangat putus asa. Terakhir kali Diva melakukan hal ini saat putus dengan Nico, waktunya belum lama dan dia yang menemani Diva sampai toko-toko yang ada di mall itu tutup. Tidak puas sampai di sana, Diva mengajaknya duduk di cafe yang buka 24 jam! Kalau saja ayah tidak menyusul mereka ke sana, pasti Diva masih betah berlama-lama dengan kegilaannya. "Maksudmu gila belanja?" Suara Elvan terdengar bingung. "Ah, Maaf maksudku bukan gila belanja, tapi dia ... dia tidak belanja hanya melihat-lihat saja dan mencobanya lalu keluar tanpa membeli. Itu sedikit memalukan." Prisya berkata dengan nada berat. "Ya kamu suruh beli saja, biar tidak malu." Elvan menjawab enteng. "Bukan begitu, tapi ...." Prisya kehabisan kata-katanya. "Baiklah saya mengerti. Kamu sedang bersama Diva
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

Bab 266. Pelampiasan Diva

Aura dingin menergap Prisya yang sekarang berdiri di antara keduanya. Tatapan Marissa yang merendahkan kakaknya terlihat nyata. Kemudian, Prisya mengalihkan pandangannya ke arah Diva dan dia tahu Diva bukan wanita lemah, tapi demikan, dia juga tidak ingin adanya pertengkaran di tempat ini.“Milikmu, ya?” Diva berkata dengan datar, seolah tidak terjadi apapun.“Diva, kamu benar-benar orang yang tidak tahu diri ternyata.” Marissa mencoba untuk memprovokasi Diva yang masih diam membalas tatapan wanita itu dengan dingin.“Ternyata kamu cukup berani juga datang ke tempat ini, tidak sadar diri, ya.” Marissa melancarkan aksinya.Diva masih diam dan memasang wajah datarnya.“Merasa senang ya, karena keluargamu diundang juga ke acara perusahaan nanti? Apa kamu pikir kalian pantas mendapatkan tempat di sana nanti?” Diva menghela napas sejenak lalu berkata, “Ini memang punyamu, Marissa. Ambil saja dan jangan memancing keributan. Aku juga bisa pilih yang lain.” Diva berkat santai lalu membalikkan
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Bab 267. Itu Milikmu, Gunakan Saja

Sampainya di depan supermarket itu, Diva segera berjalan ke arah tempat troli berada. Dengan cepat dia mengambil dua buah troli besar dan memberikannya satu kepada Prisya. Prisya yang sudah paham ini langsung menerima saja tanpa banyak protes, karena sudah jelas sekali kalau dia protes akan sia-sia saja, tidak akan digubris oleh Diva. “Kakak, kali ini kakak mau beli apa?” tanya Prisya saat mereka baru saja memasuki tempat itu. Diva melihat ke arah Prisya dan tersenyum. “Ehm … kita mulai saja dari sini!” Diva berkata santai tidak terlalu peduli dengan pertanyaan adiknya itu. Mendengar hal itu, Prisya mengangguk lemah. “Ayah suka jeruk, bagaimana kalau kita beli 5 kilo.” Diva berkata dengan santainya membuat mata Prisya terbuka lebar. “Kakak boleh marah sama ayah tapi kalau beli sebanyak itu ….” Prisya menggantung kalimatnya, tapi sepertinya Diva tidak mendengarkannya. “Lalu kita ambil ini, terus ini, lalu ini ….” Diva seolah tanpa beban memasukkan banyak barang di troli yang dia
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bab 268. Berikan Kesan yang Baik

Diva terdiam untuk beberapa saat, lalu segera mengambil kartu yang pernah diserahkan oleh Elvan padanya waktu itu. Kasir itu kembali mengulangi prosesnya dan transaksi disetujui dengan mulus tanpa drama.Setelah semua selesai Elvan langsung mengambil alih troli yang sudah berisi belanjaan Diva, lalu menyerahkannya pada Andi yang mengikutinya dari belakang.“Itu ….” Diva ingin berkata sesuatu tapi tertahan karena Elvan memberikan isyarat untuk tidak bertanya dulu.Setelah mereka berjalan jauh dari tempat itu, handphone Elvan berbunyi, Prisya menghubunginya.“Kakak ipar, apa kamu sedang bersama dengan Kakakku sekarang?” tanya Prisya saat panggilan tersebut terhubung.“Iya aku sudah bersama kakakmu.” Elvan lalu menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Diva.“Apa aku bisa bicara dengannya?” tanya Prisya lagi.Elvan lalu memberikan handphone yang dia pegang pada Diva.“Prisya,” ucapnya pada Diva, hal itu sontak membuat Diva mengingat sesuatu yang penting.Diva lalu menepuk keningnya dan
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bab 269. Aku Menyiapkannya Untukmu

Diva merasa beruntung karena sekarang dia ada di luar bersama Elvan, entah bagaimana jadinya kalau tadi dia masih bersedih ria di kamar meratapi ayahnya yang tak kunjung memberikan restu. Kalimat Elvan ini bagaikan sebuah obat penenang yang dia dapatkan saat menghadapi masalah seperti ini. Dulu, dia selalu saja melakukan sesuatu sesuai dengan pikirannya saja tanpa banyak pertimbangan dan tanpa mendengar arahan yang menenangkan seperti ini. “Sayang, apa kamu mendengarkanku?” tanya Elvan dengan suara lembutnya itu, menyadarkan Diva dari banyak pikiran yang ada dalam otaknya itu. “Ah, iya aku dengar. Terima kasih, Van.” Diva berkata dengan menatap Elvan, membuat pandangan mereka bertemu dan menciptakan satu momen yang sangat hangat untuk keduanya. Elvan lalu mencium pucuk kepala Diva dengan lembut. Makin membuat Diva merasa nyaman dan sangat dilindungi. Pria ini benar-benar mampu menaklukan hati Diva tanpa bersisa sedikitpun. “Sayang, sekarang saatnya tunjukkan pada orang tuamu kalau
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bab 270. Giliran Diva

Sesaat Diva benar-benar terkejut dengan kalimat yang keluar dari mulut Elvan. Dia tidak menyangka dengan apa yang dikatakan Elvan, darimana pria ini punya ide gila semacam ini, bukankah secara tidak langsung dia menyuruhnya boros? Atau secara tidak langsung menyuruhnya menjadi wanita matre?“Ka-kamu yakin?” Diva berkata dengan suara tercekat. “Ya, beli saja apa yang ingin kamu beli, gunakan kartu yang kuberikan padamu, jangan pakai uangmu.” Elvan menegaskan kalimatnya itu. Sekali lagi, andai kata Diva adalah wanita matre, maka dia akan sangat senang hati mendengar kalimat Elvan ini, tapi ... ini bahkan seperti sebuah beban yang diberikan Elvan padanya.'Apa ini memang sudah saatnya?' batin Diva.Diva menarik napas saat Elvan mempertegas kalimatnya itu.“Van, tapi ….”“Tidak perlu ada kata tapi, latihan saja perlahan-lahan.” Elvan berkata seolah tidak ada beban di sana. Namun, berbeda dengan Diva.Diva terpikir kalau yang dikatakan Elvan tidak ada yang salah, lingkungannya setelah ini
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
43
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status