Share

Bab 265. Bertemu Musuh

Penulis: Nychinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Siapa lagi yang bisa dihubungi Prisya di saat seperti ini. Tentu saja seseorang yang bisa membuat Diva tunduk dan menurut hanya dengan mendengar satu atau dua patah kata darinya, Elvan! Suara Prisya kini terdengar sangat putus asa.

Terakhir kali Diva melakukan hal ini saat putus dengan Nico, waktunya belum lama dan dia yang menemani Diva sampai toko-toko yang ada di mall itu tutup. Tidak puas sampai di sana, Diva mengajaknya duduk di cafe yang buka 24 jam! Kalau saja ayah tidak menyusul mereka ke sana, pasti Diva masih betah berlama-lama dengan kegilaannya.

"Maksudmu gila belanja?" Suara Elvan terdengar bingung.

"Ah, Maaf maksudku bukan gila belanja, tapi dia ... dia tidak belanja hanya melihat-lihat saja dan mencobanya lalu keluar tanpa membeli. Itu sedikit memalukan." Prisya berkata dengan nada berat.

"Ya kamu suruh beli saja, biar tidak malu." Elvan menjawab enteng.

"Bukan begitu, tapi ...." Prisya kehabisan kata-katanya.

"Baiklah saya mengerti. Kamu sedang bersama Diva
Nychinta

Yuk lanjut lagi nanti ya! jangan lupa votenya,ya... terima kasih! sayang kalian banyak2... hehehe❤️❤️❤️

| 51
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Dewi Yanti Bakri B
lanjut Thor lgi seru
goodnovel comment avatar
ida
lanjut dong… penasaran nih
goodnovel comment avatar
ida
jadi… sambungannya blm ada ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 266. Pelampiasan Diva

    Aura dingin menergap Prisya yang sekarang berdiri di antara keduanya. Tatapan Marissa yang merendahkan kakaknya terlihat nyata. Kemudian, Prisya mengalihkan pandangannya ke arah Diva dan dia tahu Diva bukan wanita lemah, tapi demikan, dia juga tidak ingin adanya pertengkaran di tempat ini.“Milikmu, ya?” Diva berkata dengan datar, seolah tidak terjadi apapun.“Diva, kamu benar-benar orang yang tidak tahu diri ternyata.” Marissa mencoba untuk memprovokasi Diva yang masih diam membalas tatapan wanita itu dengan dingin.“Ternyata kamu cukup berani juga datang ke tempat ini, tidak sadar diri, ya.” Marissa melancarkan aksinya.Diva masih diam dan memasang wajah datarnya.“Merasa senang ya, karena keluargamu diundang juga ke acara perusahaan nanti? Apa kamu pikir kalian pantas mendapatkan tempat di sana nanti?” Diva menghela napas sejenak lalu berkata, “Ini memang punyamu, Marissa. Ambil saja dan jangan memancing keributan. Aku juga bisa pilih yang lain.” Diva berkat santai lalu membalikkan

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 267. Itu Milikmu, Gunakan Saja

    Sampainya di depan supermarket itu, Diva segera berjalan ke arah tempat troli berada. Dengan cepat dia mengambil dua buah troli besar dan memberikannya satu kepada Prisya. Prisya yang sudah paham ini langsung menerima saja tanpa banyak protes, karena sudah jelas sekali kalau dia protes akan sia-sia saja, tidak akan digubris oleh Diva. “Kakak, kali ini kakak mau beli apa?” tanya Prisya saat mereka baru saja memasuki tempat itu. Diva melihat ke arah Prisya dan tersenyum. “Ehm … kita mulai saja dari sini!” Diva berkata santai tidak terlalu peduli dengan pertanyaan adiknya itu. Mendengar hal itu, Prisya mengangguk lemah. “Ayah suka jeruk, bagaimana kalau kita beli 5 kilo.” Diva berkata dengan santainya membuat mata Prisya terbuka lebar. “Kakak boleh marah sama ayah tapi kalau beli sebanyak itu ….” Prisya menggantung kalimatnya, tapi sepertinya Diva tidak mendengarkannya. “Lalu kita ambil ini, terus ini, lalu ini ….” Diva seolah tanpa beban memasukkan banyak barang di troli yang dia

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 268. Berikan Kesan yang Baik

    Diva terdiam untuk beberapa saat, lalu segera mengambil kartu yang pernah diserahkan oleh Elvan padanya waktu itu. Kasir itu kembali mengulangi prosesnya dan transaksi disetujui dengan mulus tanpa drama.Setelah semua selesai Elvan langsung mengambil alih troli yang sudah berisi belanjaan Diva, lalu menyerahkannya pada Andi yang mengikutinya dari belakang.“Itu ….” Diva ingin berkata sesuatu tapi tertahan karena Elvan memberikan isyarat untuk tidak bertanya dulu.Setelah mereka berjalan jauh dari tempat itu, handphone Elvan berbunyi, Prisya menghubunginya.“Kakak ipar, apa kamu sedang bersama dengan Kakakku sekarang?” tanya Prisya saat panggilan tersebut terhubung.“Iya aku sudah bersama kakakmu.” Elvan lalu menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Diva.“Apa aku bisa bicara dengannya?” tanya Prisya lagi.Elvan lalu memberikan handphone yang dia pegang pada Diva.“Prisya,” ucapnya pada Diva, hal itu sontak membuat Diva mengingat sesuatu yang penting.Diva lalu menepuk keningnya dan

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 269. Aku Menyiapkannya Untukmu

    Diva merasa beruntung karena sekarang dia ada di luar bersama Elvan, entah bagaimana jadinya kalau tadi dia masih bersedih ria di kamar meratapi ayahnya yang tak kunjung memberikan restu. Kalimat Elvan ini bagaikan sebuah obat penenang yang dia dapatkan saat menghadapi masalah seperti ini. Dulu, dia selalu saja melakukan sesuatu sesuai dengan pikirannya saja tanpa banyak pertimbangan dan tanpa mendengar arahan yang menenangkan seperti ini. “Sayang, apa kamu mendengarkanku?” tanya Elvan dengan suara lembutnya itu, menyadarkan Diva dari banyak pikiran yang ada dalam otaknya itu. “Ah, iya aku dengar. Terima kasih, Van.” Diva berkata dengan menatap Elvan, membuat pandangan mereka bertemu dan menciptakan satu momen yang sangat hangat untuk keduanya. Elvan lalu mencium pucuk kepala Diva dengan lembut. Makin membuat Diva merasa nyaman dan sangat dilindungi. Pria ini benar-benar mampu menaklukan hati Diva tanpa bersisa sedikitpun. “Sayang, sekarang saatnya tunjukkan pada orang tuamu kalau

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 270. Giliran Diva

    Sesaat Diva benar-benar terkejut dengan kalimat yang keluar dari mulut Elvan. Dia tidak menyangka dengan apa yang dikatakan Elvan, darimana pria ini punya ide gila semacam ini, bukankah secara tidak langsung dia menyuruhnya boros? Atau secara tidak langsung menyuruhnya menjadi wanita matre?“Ka-kamu yakin?” Diva berkata dengan suara tercekat. “Ya, beli saja apa yang ingin kamu beli, gunakan kartu yang kuberikan padamu, jangan pakai uangmu.” Elvan menegaskan kalimatnya itu. Sekali lagi, andai kata Diva adalah wanita matre, maka dia akan sangat senang hati mendengar kalimat Elvan ini, tapi ... ini bahkan seperti sebuah beban yang diberikan Elvan padanya.'Apa ini memang sudah saatnya?' batin Diva.Diva menarik napas saat Elvan mempertegas kalimatnya itu.“Van, tapi ….”“Tidak perlu ada kata tapi, latihan saja perlahan-lahan.” Elvan berkata seolah tidak ada beban di sana. Namun, berbeda dengan Diva.Diva terpikir kalau yang dikatakan Elvan tidak ada yang salah, lingkungannya setelah ini

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 271. Sesuai Kemauanmu, Diva

    Tidak lama berselang, terdengar kaca di sebelah Diva diketuk dari arah luar. Diva melihat yang mengetuknya adalah Prisya. Lagi-lagi dia melupakan kalau saat ini dia sedang bersama adiknya!Diva lalu menurunkan kacanya dan tersenyum tidak enak hati melihat adiknya ini. Tidak perlu ditanya siapa yang bisa membawa Elvan sampai kemari, sudah barang tentu jawabannya adalah Prisya. Adiknya memang sangat mengerti apa yang dia inginkan dan butuhkan saat ini.“Maaf,” ucap Diva dengan tersenyum lebar melihat wajah adiknya yang saat ini bertekuk masam.“Sudah lebih dari lima belas menit kalian di dalam, apa sudah selesai dan kami boleh masuk?” tanya Prisya dengan tatapan tajam pada Diva sembari melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.“Bo-boleh, salah sendiri siapa yang menyuruhmu menunggu di luar.” Diva berkata tanpa rasa bersalahnya.“Menyebalkan,” gerutu Prisya lalu membuka pintu di sebelah pengemudi dan masuk ke dalamnya.Hal ini membuat Elvan tersenyum ringan melihat kelakuan dua

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 272. Pembicaraan Ayah dan Ibu Diva

    Sementara itu di rumah Diva.Terlihat Lukman menatap layar televisi dengan tatapan kosong, istrinya menghampiri pria itu dengan membawakan ubi rebus dan teh hangat.“Diminum dulu, Yah, tehnya.” Indah berkata dengan suara lembut pada suaminya, secara tidak langsung membuyarkan pikiran Lukman tentang Diva yang menurutnya sangat terobsesi dengan Elvan.“Mikirin Diva, ya?” tanya Indah pada pria itu. Lukman hanya tersenyum singkat.“Yah, sepertinya anak kita memang sangat menyukai pria itu.” Indah berkata sembari menghela napas berat, seolah ada beban yang menghimpit di dadanya itu.“Benar, Bu, tapi … ibu tahu sendiri, kita tidak bisa prediksi kapan hati orang lain akan berbalik.” Lukman mengeluarkan kekhawatirannya itu.Indah hanya diam, dia belum merespon kalimat suaminya ini.“Lagipula kali ini adalah pewarisnya L Tekno.” Lukman menunjuk logo di remote televisi mereka yang berlambang L Tekno.Indah mengangguk perlahan. “Betul, Yah, tapi kalau dilihat lagi, si Elvan ini cukup berbeda dari

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 273. Tentang Diva

    Lukman melihat ke arah istrinya dengan tatapan yang mengisyaratkan kalau dirinya masih saja belum mempercayai hal itu.“Seperti yang Ibu dengar saat Ayah bicara dengan anak itu, Ayah hanya ingin melihat dulu, ingin membuktikan sejauh apa pria itu memperlakukan Diva.” Lukman berkata dengan berat.Indah masih diam, dia tahu suaminya pasti akan merasa sangat sedih kalau sampai dia kali ini salah memutuskan.“Yah, Ibu tahu ini berat, tapi kita juga tidak bisa menutup mata atas perlakuan baiknya pada anak kita, Diva … dan juga Ratri.” Indah menghela napas saat menyebutkan nama Ratri, rasa sakit seakan tercurah ke sana ketika dia mengingat sosok anaknya itu, melahirkan anak spesial tanpa seorang suami, belum lagi penghinaan lain yang diterimanya di usia yang masih muda.“Itulah kenapa ayah bilang, jangan sampai kita ada hutang budi dengan orang lain, tapi sepertinya Diva ini ….” Lukman diam, dia merasakan sekali beban berat itu.“Sepertinya Diva melakukan hal ini sudah mempertimbangkan selu

Bab terbaru

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Ready For "Jodoh Salah Tarik #2"?

    “Uhh ...” lenguh Kayla selagi memegang kepalanya yang terasa pening. “Kepalaku sakit sekali ….” Sembari menggerutu dengan mata terpejam, wanita bersurai cokelat panjang bergelombang itu berusaha untuk mengingat apa yang terjadi di malam yang lalu. “Minum Kay!” “Habiskan!” “Ah! Kamu kalah lagi!” “Sudah, jangan dipaksa, kamu tidak cukup kuat untuk meneguknya!” “Kamu sudah mabuk, Kay!” Kalimat-kalimat itu masih terngiang di kepala Kayla Semalam, Kayla diajak reuni oleh teman-temannya di salah satu hotel bintang lima. Awalnya, wanita itu berpikir kalau tujuan pertemuan tersebut hanyalah sebatas temu kangen berupa makan malam di restoran atau ruang khusus hotel. Sayangnya, Kayla terlalu bodoh untuk berpikir panjang, sampai-sampai dia lupa bahwa kelompok temannya yang satu ini adalah tipe yang lebih suka menghabiskan waktu dengan minum di bar. Alhasil, di sinilah Kayla sekarang, merutuki kebodohannya yang mau saja lanjut ikut di acara itu, apalagi saat teman-temanny

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (10)

    Pagi itu terasa istimewa. Rumah Elvan dan Diva dipenuhi dengan dekorasi lembut berwarna pastel—biru muda dan merah muda menyelimuti ruang tamu, balon-balon cantik tergantung di setiap sudut. Sebuah spanduk besar terbentang di tengah ruangan dengan tulisan “Selamat Datang, Claudia Cantika Wongso”.Ini adalah hari dimana pesta penyambutan bayi perempuan mereka yang baru lahir, Claudia Cantika Wongso. Sebuah momen yang sudah lama mereka nantikan dan kini mereka sudah bersiap untuk merayakan kedatangan anggota baru dalam keluarga mereka bersama orang-orang terdekat.Diva berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan senyum lembut menghiasi wajahnya. Dia mengenakan gaun sederhana namun elegan, warna pastel lembut yang menonjolkan kesan anggun. Di sebelahnya, Elvan sedang menggendong Claudia yang terlelap dalam balutan selimut bayi berwarna merah muda. Auranya makin terpancar saat pria itu menggendong anaknya dengan penuh kasih sayang, menatap putri mereka dengan tatapan lembut.“Van,

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (9)

    Malam ini sungguh terasa berbeda. Diva terbangun di tengah malam dengan perasaan aneh yang tak bisa ia abaikan. Sudah sembilan bulan sejak mereka pertama kali mendengar kabar bahwa ia hamil, dan kini momen yang telah mereka tunggu-tunggu hampir tiba. Diva merasakan kontraksi yang semakin intens, dan kali ini berbeda dari yang sebelumnya—lebih kuat dan cukup teratur. Diva berpikir mungkin ini sudah saatnya. Saat dimana dia akan melahirkan hampir tiba.Elvan terbangun ketika Diva menggeliat di sampingnya, wajahnya langsung dipenuhi kekhawatiran. “Diva, kamu baik-baik saja, hehm?” tanyanya dengan suara serak, matanya masih setengah tertutup karena kantuk.Diva menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri meskipun rasa sakit semakin jelas terasa. “Elvan… aku pikir ini saatnya. Kontraksinya … semakin kuat.” Diva berkata dengan suara bergetar, wajahnya terlihat berkeringat.Elvan langsung terjaga sepenuhnya dan segera bangkit dari tidurnya. “Kamu yakin?” Matanya terbuka lebar, panik dan

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (8)

    Kehamilan Diva sudah memasuki trimester kedua, meskipun mereka dipenuhi kebahagiaan karena kabar tersebut, tidak semuanya berjalan mulus. Beberapa minggu terakhir, Diva masih tetap merasakan berbagai tantangan fisik yang sebelumnya. Seperti mual setiap pagi dan rasa ingin muntah saat mengunyah makanan, tetapi kelelahan yang tidak bisa dijelaskan tetap ada, serta perubahan suasana hati yang terkadang membuatnya merasa tidak terkendali, tetap menjadi rutinitasnya.Di sisi lain, Elvan terus belajar dan berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang dan mendukung, meskipun tantangan itu juga mulai memengaruhi dinamika hubungan mereka.Pagi itu, Diva duduk di meja makan, berusaha menghabiskan sedikit sarapannya. Namun, seperti hari-hari sebelumnya, mual datang begitu saja tanpa peringatan. Dia buru-buru berlari ke kamar mandi, meninggalkan Elvan yang masih menikmati sarapannya.“Diva!” Elvan langsung berlari mengikuti istrinya, wajahnya penuh kecemasan.Diva duduk di lantai kamar mandi, menarik

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (7)

    Beberapa minggu setelah kabar bahagia itu, kehidupan Diva dan Elvan berubah secara drastis. Mereka mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut bayi mereka, meskipun kehamilan Diva masih dalam tahap awal. Setiap malam, mereka berdua duduk bersama di ruang tamu, berbicara tentang masa depan dengan penuh semangat. Namun, di balik kebahagiaan itu, tetap akan datang pula tantangan baru yang harus mereka hadapi.Pagi ini, Diva duduk di meja makan dengan secangkir air putih hangat di depannya. Sejak tahu dirinya hamil, ia mulai lebih berhati-hati, bahkan mengganti minuman coklat kesukaannya dengan air putih hangat. Meski bahagia, perasaan cemas tidak sepenuhnya hilang dari hatinya.Elvan datang dari ruang kerja dengan laptop di tangan, meletakkannya di atas meja sambil memandangi istrinya dengan senyum. “Kamu terlihat sedikit lebih tenang hari ini. Bagaimana perasaanmu? Apa masih merasakan mual dan tidak nafsu untuk makan?”Diva tersenyum lembut, meskipun ada sedikit kekhawatiran di m

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (6)

    Setelah pulang dari liburan mereka melakukan aktivitas seperti biasa, masalah kehadiran buah hati tidak lagi menjadi sebuah penghalang besar untuk keduanya. Mereka juga sudah menjalankan program kehamilan dari dokter, walau sudah tiga bulan masih belum menunjukkan hasilnya, keduanya tetap saling memberikan dukungan satu sama lain.Hingga suatu pagi. Diva bangun dengan perasaan sedikit mual yang sudah ia rasakan selama beberapa hari terakhir. Dia berusaha mengabaikannya, berpikir itu mungkin hanya karena perubahan pola makan sejak kembali dari liburan. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan yang mengusik—sesuatu yang berbeda dari biasanya. Sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya.Elvan sudah berangkat lebih awal ke kantor. Diva berencana untuk menghabiskan hari dengan bekerja dari rumah. Tetapi, mual yang semakin kuat membuatnya sulit berkonsentrasi. Setelah sarapan, ia kembali merasa perutnya bergejolak, dan kali ini lebih parah daripada sebelumnya. Diva menunduk di depan wastafel, napa

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (5)

    Pagi hari di resort terasa lebih segar dan tenang. Diva memandang ombak yang bergulung pelan dari teras vila mereka. Ia mendekap secangkir teh hangat, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai dipenuhi berbagai pertanyaan. Liburan ini memang seharusnya menjadi waktu bagi mereka untuk beristirahat, tapi di dalam hati Diva, rasa cemas belum juga hilang.Elvan keluar dari kamar, rambutnya masih sedikit acak-acakan, tapi wajahnya jauh lebih segar daripada beberapa hari sebelumnya. “Kamu sudah bangun sejak kapan?” tanyanya sambil berjalan mendekat.Diva menoleh dan tersenyum tipis. “Baru saja.”Elvan duduk di kursi di sampingnya, menarik napas panjang sambil menatap laut. “Liburan ini benar-benar membuatku sadar betapa kita jarang meluangkan waktu seperti ini. Rasanya... aneh, tapi juga menyenangkan.”Diva memandang suaminya dan berkata, "Ya, aku juga merasa seperti itu. Ini... mungkin apa yang kita butuhkan.”Elvan tersenyum lembut, matanya menatap Diva dalam-dalam lalu berbisik lembut di

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (4)

    Pagi harinya Diva sudah melihat Prisya sibuk di dapur dengan pelayan yang ada di rumah mereka, dia terlihat mengatur makanan untuk sarapan mereka.“Wah, Kak Diva sudah bangun?” Prisya berkata dengan penuh semangat.“Kamu sibuk banget,” ucap Diva.“Iya dong, eh, Kakak ipar sudah bangun?” tanya Prisya lagi.“Pastinya dia sebentar lagi turun kok harusnya.” Diva menjawab santai.Tidak lama berselang Elvan ada di antara mereka.“Sudah sibuk sekali pagi ini.” Elvan berkata santai, dia terlihat dengan pakaian formalnya dan siap untuk ke kantor.“Kakak Ipar mau ke kantor?” tanya Prisya.“Ya, tentu saja, masih ada yang harus aku urus dengan Miko, tetapi tidak lama, tenang saja.” Elvan berkata pada mereka.“Ya, harusnya serahkan saja pada Miko, tenang saja, aku akan membantumu untuk memantaunya.” Prisya tertawa setelah mengatakan hal itu.Pagi ini setelah Elvan pergi ke kantor Prisya membantu kakaknya menyiapkan barang-barang yang harus mereka bawa untuk pergi berlibur. Keduanya sangat antusias

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (3)

    “Hasil untuk Nyonya Elvan tidak ada yang diragukan, semuanya baik dan juga untuk Tuan Elvan, tidak ada masalah.” Dokter itu berkata dengan tersenyum pada keduanya. Ucapan ini bagaikan sebuah oase di tengah gurun pasir.Artinya tidak ada yang salah dari keduanya, lantas kenapa sampai saat ini masih belum ada juga? Hal ini membuat Elvan langsung bertanya, “Lalu, kenapa masih belum juga sampai sekarang, Dok?” tanya Elvan, dia juga tahu, saat ini Diva juga ingin bertanya hal demikian.“Ini banyak faktor, Tuan Elvan. Salah satunya karena kelelahan dan pikiran.” Dokter berkata dengan suara lembut.Elvan lalu melihat ke arah Diva.“Saya akan memberikan obat pada Nyonya untuk meminumnya, nanti akan ada obat penyubur, jika masih datang bulan untuk bulan depan, hari pertama haid Nyonya dan Tuan datang kembali untuk kita melakukan serangkaian pemeriksaan lagi.” Dokter berkata pada keduanya.“Baik, Dok, kami mengerti.” Setelah melewati sesi konsultasi mereka kembali ke rumah. Walaupun mereka cuk

DMCA.com Protection Status