Home / Rumah Tangga / Pernikahan Kontrak Satu Milyar / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Pernikahan Kontrak Satu Milyar : Chapter 161 - Chapter 170

202 Chapters

Kejujuran Yang Tulus

Morgan tahu Yuna bisa merasakan detak jantung pria itu melalui tangannya. Dan Morgan tidak bercanda. Dadanya benar-benar terasa sesak saat melihat Yuna pulang bersama Jason hari ini. Sesaat, waktu seakan berhenti. Hanya derai hujan yang terdengar di antara mereka. Yuna terdiam. Tangannya berada tepat di atas dada bidang Morgan yang terasa kokoh. Meski tertutupi otot, Yuna bisa dengan jelas merasakan detak jantung pria itu. Sejurus kemudian, Yuna menggenggam tangan Morgan dan menariknya maju agar pria itu tidak kehujanan. “Detak jantung Anda tidak normal,” ucap Yuna. Dia menarik tangannya dan mengedarkan pandangan ke sekitar dengan cemas. “Tunggu di sini. Aku akan masuk sebentar. Anda bisa duduk di sini. Hanya sebentar,” ucap Yuna, memberi isyarat kepada dua kursi di teras kediaman Nara, kemudian bergegas masuk ke dalam. Morgan tidak tahu apa yang coba wanita itu lakukan. Hingga kurang dari dua menit, Yuna sudah kembali membawa stetoskop dan tensimeter di tangannya. Dengan siga
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

Rindu?

Morgan menaruh tablet miliknya di atas meja, kemudian memijat celah di antara matanya. Terhitung sudah hampir dua jam Morgan memandang data statistika dan mempelajari pertumbuhan bisnis terkini di seluruh dunia. Ia memutar lehernya untuk melakukan peregangan, kemudian mengembuskan napas panjang. Istirahat sejenak, pria itu memilih membuka nakas di dekat pahanya dan menarik sebuah foto dari sana. Di dalam, terdapat banyak foto Yuna yang diambil secara diam-diam saat wanita itu berada di Illinois. Morgan mengambil satu foto hasil USG hitam putih. Selama beberapa detik, Morgan memandanginya, kembali mengenang saat-saat ia melihat foto itu untuk pertama kalinya. Ia tak percaya dahulu ia pernah memerintah Yuna untuk menggugurkannya. Kini, Morgan harus berjuang keras untuk mendapatkannya kembali. Tiba-tiba pintu kamar Morgan terbuka dan sang ibu melenggang masuk dengan bersemangat. “Morgan, Mama sudah mendaftar wanita yang bisa kamu kencani. Coba kamu lihat foto-foto ini dan pilih sa
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Prince Charming

“Tuan Morgan ….” Yuna bergumam. Menatap tak percaya pada pria di dalam mobil tepat di sisinya. “Apa yang Anda lakukan di sini?” Yuna bertanya dengan heran bercampur bingung. “Seharusnya saya yang bertanya,” jawab pria itu, “Apakah kamu tidak langsung pulang setelah bekerja?” Alis Yuna menukik tajam. Sesaat, ia sempat merasa tersentuh dan berdegup melihat kedatangan pria itu. Namun, begitu sikap posesifnya kembali, Yuna segera teringat bahwa Morgan tetaplah bosnya yang menjengkelkan. “Aku—” Tiiin Mobil di belakang mobil Morgan membunyikan klakson. Mendesak Morgan untuk melakukan kendaraannya. “Ayo masuk,” titah pria itu. Awalnya Yuna ingin menolak, tetapi ia tahu Morgan tidak akan jalan sebelum Yuna beranjak hingga akhirnya wanita itu bergegas memasuki mobil pria itu. Jantung Yuna hampir jatuh ke bawah saat menyadari Morgan mengenakan celana pendek. Pria itu benar-benar mengenakan pakaian santai. “Sebenarnya, apa yang Anda lakukan di sini?” Yuna kembali bertanya. P
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

Liburan Untuk Yuna

Morgan benar-benar datang untuk menjemput Yuna keesokan harinya. Pria itu mengenakan pakaian kasual dan kembali memakai kacamata hitam yang membuatnya terlihat modis sekaligus misterius. “Anda tidak memberitahu akan ke mana, jadi aku begini saja,” ucap Yuna. Wanita itu hanya mengenakan kaus putih, dipadukan dengan celana jeans berwarna biru muda dan sweter berwarna senada. Sudut bibir Morgan refleks tersenyum memandangnya. Meski terlihat sederhana, Yuna tampak menarik dengan kaki jenjang dan pakaian putih polosnya. “Kamu cantik,” tutur pria itu, tidak terlihat ragu maupun canggung untuk mengucapkannya. Yuna tidak banyak bereaksi. Sebelum keluar dari kediamannya, Yuna telah meneguhkan perasaan dan mengubah hatinya menjadi sekeras besi hingga tak akan tersentuh oleh jurus apa pun yang Morgan keluarkan. Hingga detik ini pun, Yuna belum beranjak memasuki mobil Morgan. “Apakah Anda benar-benar akan melakukan ini, Tuan?” tanya Yuna, masih terlihat ragu. Tak seharusnya Yuna mendampin
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

Di Villa Pribadi Morgan

“Hanya ini pakaian yang sepertinya pas di tubuhmu.” Morgan berkata seraya menyodorkan sebuah kaus pria polos berwarna abu-abu kepada Yuna. Keduanya telah tiba di villa milik Morgan yang terletak tak jauh dari tempat mereka sebelumnya. Hujan dan petir masih menyambar di luar dan tubuh keduanya basah saat keluar dari mobil untuk mengakses villa. Yuna menatap ke arah kaus yang disodorkan Morgan, kemudian menggelengkan kepala. “Aku akan seperti ini saja, Tuan. Aku tidak membutuhkannya,” ucap Yuna. Datang ke villa Morgan hanya berdua saja sudah membuat Yuna merasa tak enak. “Besok kamu harus bekerja,” Morgan menegaskan, “Kamu tidak boleh sakit.” Bibir Yuna terbuka untuk mengatakan sesuatu, tetapi tak ada suara yang keluar. Morgan benar. Namun, Yuna merasa amat canggung untuk menerimanya. Hingga Morgan mulai tak sabar. Pria itu berjalan mendekat, mengambil tangan Yuna, dan menaruh kaus itu di tangannya. “Ada empat kamar mandi di villa ini, tetapi dua lainnya berada di lan
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

Satu Kejujuran

Seluruh lampu di ruangan mulai menyala satu per satu. Membuat ruang tamu luas yang semula gelap gulita itu menjadi terang-benderang. Pada saat itu, Morgan melihat wajah Yuna, tepat di dekat wajahnya. Yuna terlihat gugup. Wanita itu berkedip satu kali, kemudian beranjak bangkit. “Maaf …, aku tidak tahu ada benda itu di sini,” gumam Yuna, terlihat begitu gugup. Morgan berdeham satu kali. Perlahan, pria itu pun beranjak bangkit. Wajah tampannya terlihat sama gugupnya. “Lampunya sudah menyala. Kamu harus segera beristirahat,” ucap pria itu. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, kemudian mulai berjalan pergi meninggalkan Yuna. Wanita itu tidak langsung beranjak. Pandangannya terfokus pada sebuah lemari kaca tepat di hadapannya. Kaca itu memantulkan wajah Yuna dan membuatnya menyadari bahwa ia tidak mengenakan riasan apa pun karena mati listrik. Ada yang aneh. “Tunggu.” Yuna kembali bersuara. “Apakah … Anda tidak mengenalku, Tuan?” tanya wanita itu. Langkah Morgan seke
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

Jabat Tangan Terakhir

Morgan benar-benar bersikap profesional dan menjauhi Yuna seperti yang diminta. Pagi ini, Yuna tengah menikmati kopi bersama Cindy dan David saat melihat Morgan dan Benny melintas. Tatapan mereka bertemu dan senyum di wajah Yuna menghilang seketika. Dalam hati, ia merasa cemas karena Morgan tidak terlihat baik pagi ini, tetapi ia tak mengatakan apa pun. Sementara itu, Cindy dan David refleks mengatur napas. Mempersiapkan diri sebelum Morgan berjalan mendekati mereka. Akan tetapi, pria itu justru melenggang pergi dengan dingin seakan tak mengenal mereka. Membuat Cindy dan David refleks bertukar pandangan dengan penuh tanya. “Apakah kalian sedang bertengkar?” Cindy bertanya. Pandangan Yuna masih mengikuti punggung tegap Morgan yang berjalan menjauh. Banyak orang berlalu-lalang, tetapi pandangan Yuna tak terputus dari pria itu. Ia mengembuskan napas panjang. “Kami selalu bertengkar,” gumamnya, kemudian tersenyum pahit, “Kalau dipikir, kami tidak pernah akur. Mungkin itu penyebabb
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

Tempat Kembali

Seakan tidak cukup dengan perpisahan mereka lima tahun lalu, kini Yuna harus merasakan perpisahan untuk kedua kalinya. Dan, sama seperti lima tahun lalu, ia tidak bisa terlelap sepanjang malam. Kepalanya seakan penuh oleh Morgan. Yuna merasa bimbang. Di satu sisi, ia ingin menerima Morgan. Ia telah menyaksikan sisi lain Morgan yang belum pernah ia ketahui sebelumnya dan hal itu selalu berhasil membuat perasaan Yuna goyah. Akan tetapi, di sisi lain, trauma itu masih ada. Yuna tak ingin mengulangi hari-hari yang penuh kesedihan. Ketika ia seorang diri, memikirkan suami dan anak yang meninggalkan dirinya. Ketika Yuna menangis sepanjang malam. Ketika Yuna merasa kesepian di tengah keramaian. Saat Yuna merasa iri pada wanita lain yang memiliki keluarga lengkap. Saat Yuna bersusah payah mengalihkan perhatian dan pikirannya dari kesedihan. Ia telah berhasil melalui masa-masa kelam itu, dan Yuna terlalu takut untuk mengulanginya. Ia tidak tahu apakah ia sanggup melakukannya. Oleh sebab i
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Tertegun

Leher Yuna seakan tercekik. Di atas nakas, ia melihat foto hitam putih yang menampilkan hasil USG. Dalam sekali lihat, Yuna bisa langsung mengenali foto itu adalah foto lawas saat ia melakukan pemeriksaan kehamilan dahulu. Alis Yuna langsung mengernyit dalam. “Foto ini …. Mengapa bisa ada di sini?” gumam Yuna. Ia menemukan lebih banyak foto dirinya yang tidak ia ketahui kapan foto itu diambil. Mulai dari saat Yuna sibuk memasak, saat wanita itu berjalan. Seluruh foto itu diambil saat Yuna tak sadar. Hingga ia pun tertegun melihat salah satu foto dirinya yang ia yakini diambil di Illinois, Amerika Serikat. Bagaimana mungkin Morgan memilikinya? Yuna membuka laci di meja Morgan dan melihat lebih banyak kenangan tentang mereka. Barang pemberian Yuna dahulu hingga cincin pernikahan mereka. Morgan masih memiliki semua itu dan perhatian Yuna tertuju pada secarik kertas lusuh yang terlipat-lipat hingga begitu kecil. Wanita itu meraihnya dan membukanya perlahan. Kertasnya terlihat
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Tulus

Setelah selesai membaca surat itu, Yuna bergegas pergi dari kediaman keluarga Spencer sembari menghubungi seseorang. Wajahnya terlihat tergesa-gesa. “Halo—” “Halo, Benny? Apakah Morgan bersamamu?” Yuna langsung bertanya. Ia begitu terdesak hingga melupakan seluruh panggilan sopan santun yang seharusnya ia tunjukkan. “Tuan Morgan menghadiri kencan buta hari ini.” Benny memberitahu. Suaranya terdengar canggung. Detik itu juga langkah Yuna terhenti. Wajahnya yang semula tergesa kini berubah kecewa. Seperti seseorang yang tertinggal pesawat, Yuna merasa ia tertinggal satu langkah. “... kencan buta?” tanya Yuna dengan tertegun. “Ya, dia menghadiri kencan buta hari ini.” Benny menjelaskan. “Seharusnya itu sudah selesai, tapi Morgan belum kembali ke kantor.” Mendengar itu, Yuna menelan saliva yang terasa begitu pahit. Bahunya masih bergerak naik turun karena habis berlari. Satu-satunya alasan seseorang tak langsung kembali setelah kencan buta adalah karena kencan buta itu te
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
21
DMCA.com Protection Status