Home / Rumah Tangga / Pernikahan Kontrak Satu Milyar / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Pernikahan Kontrak Satu Milyar : Chapter 181 - Chapter 190

202 Chapters

Surat Perjanjian 2.0

SURAT PERJANJIAN TINGGAL BERSAMA Morgan memicingkan mata begitu melihat huruf yang dicetak tebal pada bagian kepala dokumen. Ia menatap ke arah Yuna dengan wajah tidak mengerti. “... apa maksudnya ini?” tanya pria itu, terlihat tersesat. Tangan Yuna bertautan di atas paha dengan gugup. “Itu adalah perjanjian untuk tinggal bersama.” Yuna mulai menjelaskan. “Aku sudah menulis poin-poin yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan perjanjian itu berlaku selama aku tinggal di sini.” Itu semua adalah ide Nara. Tepat setelah Yuna menjelaskan situasinya malam tadi, Nara memberikan saran agar Yuna membuat perjanjian tinggal bersama untuk meminimalisir ‘kecelakaan’ yang mungkin terjadi. Sementara itu, Morgan begitu terkejut hingga tak bisa mengatakan apa-apa. Bibir pria itu terbuka dengan tidak percaya, seakan berusaha membantah, tetapi tak ada kata-kata yang keluar. Ia mendengkus panjang dan menunjukkan seringai kecil. Jadi, seperti ini rasanya menjadi Yuna saat Morgan memberikan
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

Canggung

Beruntung, hanya ada satu kamar mandi di dalam apartemen itu dan baik Yuna maupun Morgan, berangkat bekerja pada waktu yang bersamaan. Hingga pagi ini, tepat ketika Yuna hendak beranjak ke kamar mandi, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Morgan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu baru selesai membersihkan diri. Sebuah handuk terlilit di pinggangnya dan Morgan membiarkan dada bidangnya terekspos. Rambut yang setengah basah dan tetesan air yang tersisa di otot dada pria itu membuat Yuna hampir tersedak oleh salivanya sendiri. Aroma maskulin menguar dari tubuhnya yang terlihat begitu maskulin. Refleks, wanita itu memalingkan wajahnya ke arah lain dengan gugup. Morgan mengukir senyum miring dan justru berkacak pinggang di hadapan wanita itu. “Kamu bisa memandanginya,” ucap Morgan, “Aku tidak akan memanggil polisi karena pelanggaran surat perjanjian,” lanjut pria itu, setengah menyindir. Mendengarnya, Yuna yang semula salah tingkah mendadak menjadi jengkel. Morgan selalu
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

Keputusan Nekat

Morgan mengangkat senjata api hitam itu dari kotaknya dan Benny refleks mengambil langkah mundur. Wajahnya terlihat pucat pasi karena ketakutan. “Bu—bukankah itu pistol, Tuan?” tanya Benny, menelan saliva dengan kelat. Morgan mengangguk. Kontras dengan wajah sekretarisnya, raut wajah Morgan masih terlihat begitu tenang. Benny sudah curiga saat Morgan berkata sebuah paket akan datang ke kantornya hari ini. Ditambah, ‘paket’ yang dimaksud Morgan tidak diantar oleh kurir biasa, melainkan seorang pria yang terlihat berwibawa, tegas, dan berperawakan militer. Hingga benar saja. Tak hanya pengantar paket itu yang tidak biasa, isi paketnya pun berhasil membuat jantung Benny nyaris terlepas dari rongganya. Morgan justru memperhatikannya dengan saksama. Cara pria itu memegang senjata tersebut terlihat mahir. Hingga wajah Benny menjadi semakin pucat saat Morgan membidik ke arahnya. Menunjukkan gestur seperti tentara yang siap untuk menembak musuhnya kapan saja. “Bagaimana menurutmu
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

Calon Istri Morgan

Yuna merasa amat beruntung karena Morgan menolongnya pada saat yang tepat. Namun, tahu-tahu pria itu mengumumkan hubungan mereka di depan para perawat dan dokter. Membuat keadaan menjadi semakin runyam. Kini, mereka tak lagi terkejut karena serangan pria itu. Semua orang mulai berbisik-bisik karena terkejut dengan perkataan Morgan. “Maksud Anda …, Dokter Mira adalah calon istri Anda, Tuan?” Salah seorang perawat bertanya dengan sorot tak percaya. Morgan mengangguk satu kali. “Itu benar,” jawabnya. Detik itu juga, Yuna memejamkan mata dengan penuh penyesalan. “Apa?” Pria di hadapan Morgan itu mengernyitkan alis. “Bagaimana mungkin—”“Mengapa tidak mungkin?” Morgan menyela dengan nada tegas. “Sekali lagi, saya tidak mentolerir segala bentuk kekerasan apa pun. Biarkan para dokter dan istri saya melakukan tugasnya. Jika Anda membuat keributan lagi, satpam akan menyeret Anda keluar,” ucap Morgan, kemudian menghempas tangan pria itu. Kini, pria asing itu tak dapat berkutik. Para dok
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

Provokasi & Godaan

Suara Yuna seakan tertahan di lehernya mendengar pertanyaan Cindy. Sejak awal, Cindy memang menunjukkan perangai gadis yang ekstrem dan nekat. Namun, Yuna tak menyangka ia akan frontal menanyakan hal itu. “Mustahil.” David ikut bersuara, “Dokter Mira selalu menjaga jarak dengan Tuan Morgan. Mana mungkin mereka melakukannya?” tutur David, “Bukan begitu, Dokter Mira?” Yuna tidak langsung menanggapi. Ia hanya menunjukkan senyum canggung. Mereka memang belum pernah tidur bersama. Hanya saja ia dan Morgan tinggal bersama sekarang. Cindy dan David mungkin menjadi lebih terkejut jika mengetahui jarak kamar Morgan dan Yuna kurang dari dua meter. Cindy mendesis kecewa. “Sayang sekali, kau sangat menyia-nyiakan kesempatan,” gumam gadis itu seraya menggelengkan kepala. “Kapan kalian akan berkencan lagi?” Dia tiba-tiba bertanya. Iris hitam Yuna bergulir ke atas seakan berusaha mencari-cari jawaban. Masalahnya adalah mereka tinggal bersama dan bertemu setiap hari hingga Yuna tak tahu
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

Permintaan Nekat Yuna

Kata-kata itu meluncur tepat sebelum Yuna menyadarinya. Kini, tepat sedetik setelah ia menuntaskan kalimatnya, pipi Yuna terasa memanas. Ia pasti sudah gila. Ia benar-benar akan memprotes Cindy karena telah meracuni pikirannya. Suasana di antara mereka terasa canggung. Bahkan udara di sekitar keduanya terasa berbeda. “Maksudku, aku tiba-tiba tidak bisa tertidur.” Yuna mencoba menjelaskan, “Biasanya aku akan tidur bersama Senna atau Nara, tapi aku tidak bisa menemui mereka sekarang. Karena itu …, bagaimana jika kamu tidur di kamarku malam ini?” ucapnya dengan nada lebih berani. Morgan mengangguk samar, seakan mengerti, tetapi rahang dan lehernya masih terlihat kaku dan canggung. Tenggorokannya bergerak naik turun dengan gugup. “Kamu yakin?” tanya Morgan. Yuna berkedip cepat. “Apakah kamu merasa tidak nyaman?” Wanita itu balas bertanya. Jelas Morgan merasa nyaman. Malah, ia merasa sangat nyaman hingga Morgan tak tahu apakah ia akan sanggup menahan diri. Membayangkan mereka tid
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

Bertemu Ibu Mertua

“Siapa yang datang?” Yuna bertanya seraya menyusul Morgan ke arah pintu apartemen. Jantung Yuna seakan berhenti berdetak melihat wajah Katherine pada layar monitor. “Ma—Mama …,” gumamnya dengan tertegun. Ting tongTing tongSang ibu kembali menekan bel dan raut wajahnya terlihat mulai tidak sabar. “Apakah dia tidak ada di rumah?” gumam Katherine, kemudian menekan bel di depannya. Kali ini lebih cepat dan mendesak. Morgan menelan saliva dengan berat. Ia sudah berkepala tiga, tetapi keduanya terjebak dalam situasi seakan tertangkap basah setelah melakukan hal yang tidak-tidak. “Apakah kamu mengundangnya untuk datang?” Yuna bertanya. Morgan menjawabnya dengan gelengan kepala. Sudah tentu ia tak akan melakukan itu. Ia berniat menyelesaikan seluruh kasus terlebih dahulu sebelum membawa Yuna ke hadapan ibunya. Bahu keduanya berjengit kaget saat ponsel Morgan tiba-tiba berdering. Bisa diterka, itu adalah panggilan dari sang ibu. Bunyinya terus terdengar seakan menuntut untuk dijawab.
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

Perseteruan

“Di mana minumanku?” Dimas bertanya kepada Lance, sekretarisnya. Dimas baru tiba di kantornya dan langsung duduk di kursi singgasananya sebagai direktur utama maskapai penerbangan itu. Kendati demikian, Dimas tak melewatkan paginya dengan memeriksa berkas ataupun jadwal. Seperti biasa, pria itu lebih dahulu meminta anggur kesukaannya. “Hari ini, Anda tidak bisa meminum minuman itu, Tuan.” Lance memberitahu dengan nada sopan. Alis Dimas langsung mengernyit dalam, lantas memukul meja di depannya dengan keras. Begitu keras hingga suaranya berhasil membuat bahu Lance berjengit kaget. “Siapa yang berani melarangku untuk meminumnya? Apakah dia berani melawan pimpinannya sendiri?” sergah Dimas dengan wajah memerah karena geram. Lance menunduk dengan segan. “Soal itu—” “Aku yang menyuruhnya.” Satu suara menyela, disusul bunyi langkah kaki diseret dan tongkat berpadu dengan lantai marmer di ruangan. Dari arah pintu masuk di belakang punggung Lance, muncul pria tua. Kepalanya sedi
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

Strategi Baru

“Bagaimana jika hal yang buruk menimpa Anda, Tuan?” Benny bertanya lagi. Meski ia sudah melakukan seluruh perintah Morgan sampai detail terkecil, tetapi kekhawatiran itu masih ada dalam benaknya. Khawatir hal yang buruk mungkin benar-benar mengancam pria itu. Bibir Morgan terkatup rapat membentuk satu garis setipis kertas. Raut wajahnya terlihat serius, tetapi jauh di dalam lubuk hatinya, pria itu juga mengalami kecemasan yang sama. “Jika hal itu benar-benar terjadi,” tutur Morgan, “Maka aku akan mengandalkanmu untuk melindungi Yuna,” ucapnya. Benny tertegun. Padahal, satu-satunya orang yang terancam bahaya adalah pria itu, tetapi Morgan justru mengkhawatirkan Yuna. Hal itu membuat Benny yakin bahwa sekalipun hidup Morgan berada di ujung tanduk, ia tetap akan memprioritaskan keselamatan wanita itu. “Itu urusan besok. Kita harus fokus pada pekerjaan hari ini,” ucap Morgan lagi, kemudian kembali menatap lembaran kertas di atas mejanya. *** *** “Apa katamu?” Dimas bertany
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more

Mobil Yang Salah

Seluruh dunia Yuna seakan runtuh saat itu juga. Seperti deja vu, ia pernah mendengar kabar yang sama lima tahun lalu. Tepat sebelum Morgan koma dan perceraian mereka terjadi. Tak hanya kecemasan, rasa takut yang sama pun mulai menyerang Yuna. Pria itu baru saja pergi dan Yuna masih bisa mengingat halus pipi Morgan. Bagaimana mungkin kecelakaan itu bisa terjadi? Yuna tak membuang waktu lebih lama. Ia menerjang kardigan di dekatnya, kemudian langsung beranjak keluar. Ia telah sepenuhnya melupakan peringatan Morgan. Begitu membuka pintu flat apartemen, Yuna bergegas menuju lift dan tahu-tahu tangannya dicekal oleh seseorang. Refleks, Yuna menoleh dengan waspada. Matanya membelalak dan memerah karena berkaca-kaca. Bahunya menurun dengan lebih tenang saat melihat bahwa Benny-lah yang melakukannya. Yuna terisak. “Benny, Morgan—” Pria itu menggelengkan kepala. Raut wajahnya tampak amat serius. “Bukankah Tuan Morgan meminta Nyonya untuk tidak pergi ke mana pun sampai dia kembali?
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status