Home / Rumah Tangga / Pernikahan Kontrak Satu Milyar / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Pernikahan Kontrak Satu Milyar : Chapter 171 - Chapter 180

202 Chapters

Melawan Restu

Morgan selalu serius dengan perkataannya. Pria itu benar-benar tidak akan pernah membiarkan Yuna pergi. Bahkan sepanjang perjalanan pulang, pria itu tidak pernah melepaskan genggaman tangannya. “Aku akan mengumumkan hubungan kita di lingkungan rumah sakit,” ucap Morgan saat mobilnya masih merayap di jalan raya. Yuna refleks menoleh ke arah Morgan dan menunjukkan sorot tidak setuju. “A—apa?” tanyanya, berharap pendengarannya salah menangkap perkataan Morgan. Belum genap satu jam semenjak keduanya resmi menjadi sepasang kekasih dan pria itu sudah ingin membuat seisi rumah sakit gempar. “Itu akan jauh lebih mudah bagi kita,” ucap Morgan. “Terlebih, itu juga akan membuat pemuda-pemuda di sekitar kamu menjauh.” Morgan menjelaskan dengan nada logis. Satu yang paling penting, pengumuman itu akan menunjukkan kepada Jason bahwa dirinyalah pemenang dari kompetisi mereka. Kini, Yuna yang terlihat memucat. Selama ini, keduanya memang dikenal dekat. Namun, di satu sisi, Yuna pun t
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

Mantan Ibu Mertua & Calon Ibu Mertua

“Ya, Ibu memang membenci Kakak,” tutur Senna kepada pria di hadapannya. Gadis itu baru saja selesai berlatih di studionya dan terkejut mendapati Morgan sudah berdiri menunggu. Kini, seperti biasa, Morgan mengajak Senna ke salah satu kedai es krim terdekat untuk mengajaknya bicara. Hanya itu satu-satunya cara untuk membuat Senna mau membuka mulut dan memberinya informasi. Morgan memandang ke arah Senna dengan wajah rumit. Ia sengaja menemui Senna untuk memastikan hal itu dan ternyata benar. Tak heran kemarin Yuna melarangnya untuk menemui mantan ibu mertua yang akan menjadi calon ibu mertuanya itu. “Saat Kakak bercerai, Kak Yuna selalu terlihat sedih dan Ibu kesal hingga berkata dia akan membuat Kakak batuk darah ataupun muntah paku,” gumam Senna.Wajah Morgan seketika menjadi pucat. Refleks tangannya memegangi lehernya dengan cemas. “Muntah paku?” Senna mengangguk membenarkan. Wajah gadis itu masih terlihat begitu tenang saat mengatakannya. “Ibu bilang dia akan mengirim makanan
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

Penyelidikan Dibuka Kembali

Benny tak pernah menyangka Morgan akan melakukan itu. Setelah lima tahun, pria itu benar-benar membongkar kasus yang hampir-hampir dilupakan. “Diracun?” Bara bertanya. Morgan mengangguk. Pria itu meraih tas hitam yang sejak tadi dibawa. Selama ini, Morgan jarang membawa tas. Semua keperluannya disediakan oleh Benny. Hanya pada keadaan tertentu, pria itu membawa tas kerjanya sendiri. Perlahan, Morgan menarik sebuah mop cokelat. Mop itu cukup tebal dan di dalamnya berisi beberapa dokumen serta bukti yang telah berhasil Morgan kumpulkan. “Dia keguguran karena keracunan arsenik,” ucap Morgan dengan nada serius, “Kata dokter, racun dalam jumlah itu tidak mungkin bisa masuk ke dalam tubuh manusia, jadi pasti istri saya diracuni oleh seseorang. Dulu, saya pernah membayar orang untuk menyelidikinya, tapi dia menipu saya dan penyelidikannya berakhir tanpa hasil yang jelas.” Morgan tidak tahu apa yang terjadi. Satu yang pasti, ia telah ditipu oleh pria yang ia bayar. Bahkan pria itu senga
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

Tidak Bisa Menolak

“Apar … apartemen?” Yuna bertanya. Mendadak napas dan lidahnya menjadi gugup. “Kamu memiliki apartemen?” Morgan menggelengkan kepala. “Sekarang, belum, tapi jika sore ini kamu luang, aku bisa memilikinya sebelum sore nanti,” ucap Morgan dengan nada ringan. Ia berkata seolah membeli apartemen semudah membeli sebuah permen. Wanita itu mereguk saliva untuk melenyapkan kegugupan di benaknya. “Untuk apa aku pergi ke sana?” tanya Yuna. “Untuk apa lagi?” Morgan menaikkan salah satu alis dengan heran. “Aku berniat membeli sebuah apartemen agar kita bisa menghabiskan waktu bersama—”“Aku sibuk.” Yuna langsung menyela dengan terbata. “Aku … aku sudah memiliki janji dengan Nara,” kilah wanita itu. Ia tak memiliki janji apa pun dengan sahabatnya, tetapi jelas Yuna tak akan membiarkan dirinya dibawa begitu saja ke kediaman Morgan. “Hmph.” Morgan mendengkus dengan pasrah. Perlahan, ia kembali mendekat ke arah Yuna dan merangkul pinggang wanita itu. “Jika bukan di rumah sakit, aku pasti su
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

Interogasi dan Kecurigaan Kuat

Lastri menelan saliva dengan gugup. Tangannya setengah gemetaran saat berjalan mendekati majikannya, menyajikan minuman itu, kemudian berdiri tegak. “Pertanyaan seperti apa, Tuan?” tanya wanita itu. Selama ini, Lastri bekerja dengan jujur dan tak pernah melakukan hal-hal aneh di kediaman Spencer. Ia berani memberikan informasi, tetapi perangai kedua pria di hadapannya membuat wanita itu sedikit gugup. “Kami ingin menanyakan kejadian lima tahun lalu. Anda mungkin harus menggali ingatan Anda. Seperti yang dikatakan Tuan Morgan, Anda menjadi pengurus rumahnya lima tahun lalu. Anda pasti mengetahui insiden keracunan yang menimpa Bu Yuna,” tutur Bara, memulai sesi interogasinya. Lastri berkedip cepat, terlihat segan sekaligus gugup. Ia tak menyangka jika mereka akan mengangkat kasus lama yang sudah dilupakan. Di keluarga Morgan, mereka hampir tak pernah membahasnya. Wanita itu lantas mengangguk berulang kali. “Itu benar, tapi aku tidak melakukan apa pun. Aku berani bersumpah. Bukan ak
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

Informasi Berharga

“Apakah Anda benar-benar akan membuka kembali penyelidikan ini, Tuan?” Lastri bertanya. Bara dan Erik baru saja pergi dan Morgan kembali memasuki kediamannya saat Lastri menggumamkan pertanyaan itu. Morgan mengangguk satu kali dan seketika bibir Lastri mengulum senyum tipis. “Itu berarti, Tuan dan Nyonya benar-benar sudah kembali bersama?” tanyanya dengan bersemangat. Morgan berusaha menjaga wibawanya di depan asisten rumah tangganya itu. Namun, tiap kali seseorang menanyakan hal itu, bibirnya refleks tertarik membentuk senyum kecil. “Anda benar-benar hebat, Tuan. Akhirnya, Anda berhasil mendapatkan Nyonya kembali,” ucap Lastri dengan penuh rasa syukur. “Mendapatkan apa?” Satu suara terdengar seiring dengan Katherine yang melangkah mendekati keduanya. Raut wajah Morgan dan Lastri seketika berubah. Dari semula penuh senyum menjadi tenang kembali. Katherine menatap curiga ke arah Lastri yang sejak tadi terlihat berseri. “Morgan mendapatkan apa?” Katherine bertanya lagi. Kini, L
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Amarah Morgan

Morgan tidak tahu mengapa, tetapi amarahnya seakan langsung mencuat begitu ia melihat Nita. Satu hal lain yang membuat Morgan geram adalah perut wanita itu yang terlihat menggunduk, menandakan wanita itu tengah mengandung. Biasanya, Morgan hanya kasar saat menghadapi pria, tetapi kali ini sebuah ancaman langsung meluncur dari bibirnya, membuat Nita berhenti dengan penuh ketakutan. Jika Morgan mendatanginya setelah lima tahun berlalu, hanya ada satu alasan yang mungkin untuk terjadi. Pria itu telah mengetahui tindakannya. Nita menggelengkan kepala berulang kali. “Mohon maafkan aku, Tuan. Aku sudah bersalah. Mohon maafkan aku.” Nita berkata dengan suara gemetar. Ia refleks berlutut dan menyatukan tangannya di depan dada. Air mata bercucuran keluar dan membasahi pipinya. Ia terlihat sangat ketakutan. Kedua tangan Morgan mengepal erat. Begitu erat hingga tangannya gemetar menahan amarah. “Apa-apaan ini?” Jeno keluar dan terkejut melihat istrinya sudah berlutut dengan bercuc
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Sebuah Peringatan

Suasana di dalam helikopter menjadi lebih kaku dan canggung. Raut wajah Morgan membungkam serius. Terlihat jelas pria itu masih dikuasai oleh amarah yang belum tersalurkan. Sebagai sekretaris yang telah bekerja selama bertahun-tahun bersama Morgan, Benny sangat mengerti betapa pria itu hampir gila karena menahan amarah yang membuncah. Hingga helikopter itu mendarat kembali, tidak ada satu pun yang bersuara di antara mereka. “Ada pesan yang disampaikan wanita itu setelah Anda pergi, Tuan.” Benny memberanikan diri untuk bersuara begitu mereka turun. Bibir Morgan masih mengatup membentuk garis setipis kertas. Morgan menoleh ke arahnya dan seketika Benny terdiam melihat iris hitam pria itu yang masih terlihat lebih gelap seakan didominasi oleh amarah. “Apa katanya?” tanya Morgan singkat. “Dia bilang ….” Beberapa saat lalu …. Morgan telah melenggang pergi dengan raut marah. Benny dan Erik masih di sana dan suasana seketika menjadi hening sekaligus canggung. “Bisakah Anda menyampai
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Ajakan Tidak Masuk Akal

Yuna berkedip satu kali. “... apa?” tanya wanita itu dengan nada bingung. “Kamu dan aku, tinggal bersama di apartemen.” Morgan mengulangi. Kali ini dengan nada lebih serius dan optimis. Alis Yuna menukik tajam. “APA!?” Wanita itu berseru, kemudian refleks beringsut untuk menjauhi pria itu. Matanya menyipit dengan penuh kecurigaan. “Mengapa … mengapa tiba-tiba kamu ingin melakukan itu?” tanya Yuna. Terlihat jelas merasa curiga dengan ajakan Morgan. Tempo hari, pria itu berkata akan membeli apartemen dan kini Morgan justru semakin hilang akal dan mengajaknya turun tinggal di sana. Bersama. Tubuh Yuna sudah merinding hanya dengan membayangkannya. Morgan terdiam sesaat. Seakan menimbang-nimbang apakah ia harus menjelaskan alasannya secara gamblang kepada Yuna. Melihat raut serius pria itu seketika membuat Yuna mendapat firasat bahwa kali ini Morgan tidak bermain-main. “Aku sedang menyelidiki sesuatu,” ucap Morgan, mencoba menjelaskan secara bertahap. Alis Yuna masih mengernyit.
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Syarat Dari Yuna

“Kamu yakin akan pindah ke apartemen, Morgan? Mengapa tiba-tiba?” Katherine bertanya saat melihat sang putra menjejalkan baju dan kemejanya ke dalam sebuah koper. Semenjak berpisah dengan Yuna, Morgan memang menetap di rumah orang tuanya. Bukan berarti pria itu tak memiliki rumah. Morgan telah membeli beberapa properti dari keuntungan yang dia dapatkan. Bahkan, rumah lamanya bersama Yuna pun masih berdiri atas namanya. Hanya saja Morgan menjadi semakin rentan setelah Yuna pergi dan tidak senang sendirian. Ia memutuskan untuk tinggal bersama kedua orang tuanya. Sekarang, Katherine terlihat enggan untuk melepas sang putra. Meski keduanya sering terlibat pertengkaran kecil, Morgan adalah satu-satunya anak yang Katherine miliki. “Mama ingin aku segera mendapatkan seorang perempuan, ‘kan?” Morgan balas bertanya, masih sibuk memasukkan baju dan keperluannya, “Aku tidak akan berhasil jika masih tinggal di sini.” “Karena itu, kamu tidak perlu repot-repot mencari seorang wanita. Biar M
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status