Home / Rumah Tangga / Pernikahan Kontrak Satu Milyar / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Pernikahan Kontrak Satu Milyar : Chapter 141 - Chapter 150

202 Chapters

Niat Mencurigakan

“Putra dari Aditya? Maksudmu, dokter itu adalah putra dari Pak Aditya?” Morgan menjawab dengan raut tidak percaya. Benny mengangguk membenarkan. Tepat setelah Yuna pergi, Morgan pun melanjutkan jadwalnya untuk menemui salah satu kolega bisnisnya. Sepanjang perjalanan, Morgan mencoba menggali informasi tentang Jason dari Benny. “Informasi itu sudah aku sertakan pada CV-nya, Tuan. Apakah Tuan tidak menyadarinya?” Benny bertanya. Morgan tidak menjawab. Bukan tidak menyadarinya, pria itu sama sekali tidak mengeceknya. Ini bukan kali pertama Morgan menerima dokter baru di rumah sakitnya. Hingga hari ini, rumah sakit miliknya sudah memiliki dua puluh empat cabang dan perekrutan dokter serta perawat dilakukan hampir setiap bulan. Awalnya, Morgan mengecek sendiri CV dan riwayat para dokter, hanya jadwalnya semakin padat hingga Morgan tak sempat lagi melakukannya. Pria itu baru menyadari tak hanya informasi mengenai Jason, ia pasti akan segera mengenali Yuna seandainya mengecek CV itu l
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

Lima Menit Paling Berharga

“Berhenti,” titah Morgan. Sopir yang duduk di kursi pengemudi seketika menginjak rem dan mobil yang ditumpangi pria itu pun berhenti di sisi jalan. “Ada apa, Tuan?” Sopir mereka bertanya seraya menatap sekitar. Morgan tidak langsung menjawab. Pandangannya menatap keluar jendela. Ke arah pedagang yang menjual berbagai macam kue. Perhatian Morgan langsung tersita pada jajanan berbentuk bulat bertabur wijen. Dahulu, itu adalah jajanan kesukaan Yuna. “Tunggu di sini,” ucap Morgan, kemudian melangkah keluar. Sopir pria itu terlihat heran. Tak biasanya Morgan membeli makanan di tempat seperti ini. Terlebih, Morgan adalah pria yang jarang membeli jajanan apa pun, tetapi kini majikannya itu benar-benar menghampiri pedagang tersebut dan membelinya. “Tidak biasanya Anda membeli makanan, Tuan,” gumam sopirnya setelah Morgan kembali beranjak masuk, membawa bingkisan berisi makanan yang baru saja ia beli. “Ini bukan untuk saya,” ucap Morgan seraya tersenyum, “Ayo jalan.” Sopir itu
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

Setelah Malam Itu

Morgan tidak berhenti tersenyum sepanjang pagi. Tiap kali mengingat kebersamaannya dengan Yuna malam tadi, senyum tipis akan secara otomatis terbit pada wajah Morgan. Hal itu tidak luput dari pengamatan Benny. Mereka bertemu di rumah sakit pukul tujuh dan wajah Morgan sudah terlihat berseri, nyaris mengalahkan sinar matahari pagi itu. “Sampai jam berapa Dokter Mira tertidur semalam, Tuan?” Benny bertanya. “Jam dua belas.” Morgan menjawab, kemudian menguap. “Apa—” Benny terlihat kaget. Tadi malam, karena Morgan tidak kunjung keluar, ia meminta izin untuk pulang lebih awal. Saat Benny meninggalkan rumah sakit pukul sepuluh, keduanya masih berada di dalam ruang konseling. Pria itu tidak menyangka jika mereka benar-benar akan larut tertidur di sana hingga tengah malam. “Bagaimana Dokter Mira pulang?” tanya Benny. Mendengar itu, sudut bibir Morgan kembali tertarik. Kali ini membentuk senyum yang sulit dipahami. Flashback Mata Morgan masih terpejam, tetapi setiap kali Yu
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

Kencan Buta Morgan

“Anda yakin akan melakukan ini, Tuan?” Benny bertanya dengan raut gugup sekaligus ragu. Untuk pertama kalinya, Benny meragukan perintah bosnya itu. Selama ini, apa pun perintah yang Morgan ucapkan, Benny akan langsung melaksanakannya. Akan tetapi, kali ini pria itu merasa ragu. Morgan mengangguk yakin. “Percayalah padaku. Aku yakin kau bisa melakukannya,” tutur pria itu, terdengar menjanjikan. Keringat dingin mulai mengalir pada pelipis Benny. Sejauh ini, Benny selalu berhasil tenang dalam menghadapi segala situasi. Ia belum pernah segugup ini sebelumnya. “Bagaimana jika Nyonya Katherine mengetahui hal ini?” Benny kembali bertanya. Pria itu berusaha mengantisipasi seluruh kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi. “Jika itu terjadi, aku yang akan mengurusnya.” Morgan menjawab dengan tenang. “Yang perlu kamu lakukan hanya masuk ke dalam restoran, kemudian mewakiliku untuk menemui wanita itu. Kau sudah sering mewakiliku pada beberapa pertemuan. Kau pasti bisa melakukannya,”
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

Ini Namanya Pemaksaan!

Bukannya menjawab, Morgan justru mengembuskan napas panjang. Ia masukkan salah satu tangannya ke dalam saku. “Apakah kamu harus selalu menjawab perintah saya dengan pertanyaan?” tutur Morgan, terdengar lelah sekaligus tidak senang. Yuna menelan saliva dengan gugup. Merasa bersalah, tetapi juga waspada terhadap sikap itu. Memang, interaksi mereka yang lebih intens belakangan ini membuat Yuna berani untuk bertanya, atau bahkan mengkritisi perintah Morgan. “Maksudku, ini di luar jam kerja, Tuan. Tentu saja aku harus bertanya agar tahu—” “Jika kamu mengetahuinya, apakah kamu menjamin kamu tidak akan menolaknya?” Morgan menyela lagi. Kali ini, wajah dan nada suaranya terdengar lebih serius. Alis Yuna mengernyit seketika. “A—apa?” Kali ini, Morgan tidak menanggapi. Pria berambut hitam itu langsung menarik tangan Yuna dan mendesaknya masuk ke dalam mobil. “Apa yang Anda lakukan, Tuan—” Yuna berusaha memprotes. “Tenang saja, saya tidak akan mengajakmu ke tempat yang aneh-aneh
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

Pesiar Tiga Hari?

Yuna tidak bisa tenang setelah tahu ia benar-benar akan pergi berpesiar dengan Morgan. Begitu pulang, Nara pun terkejut melihat Yuna membawa beberapa bingkisan. Setelah tahu Morgan mengajaknya berpesiar, keduanya segera mencari-cari alasan agar bisa membatalkan rencana tersebut, tetapi nihil. Mereka tak berhasil menemukan jalan keluar. Hingga ketika Yuna berangkat bekerja keesokan harinya, wajah wanita itu masih terlihat galau. Yuna tak bisa menceritakan masalah itu kepada Cindy maupun David. Ia benar-benar harus menelan dan merasakannya seorang diri. “Mengapa wajahmu seperti itu?” Satu suara tiba-tiba terdengar. Yuna berkedip dan tersadar dari lamunannya. Begitu menoleh, ia menemukan Jason sudah berdiri di sisinya. Pria itu membawa secangkir kopi yang masih mengepulkan asap panas. Seketika itu juga secercah harapan timbul dalam benak Yuna. “Pergi pesiar? Kamu? Berapa lama?” Pria itu bertanya setelah Yuna selesai menuturkan kisah dari sisinya. Persis seperti raut wajah Yuna,
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

Kekasih Yuna

Bahu Yuna seketika menegang mendengar suara baritone Morgan. Wanita itu mereguk saliva dengan gugup, kemudian menoleh ke belakang dengan takut-takut. “Tu—Tuan Morgan,” gumamnya, menunjukkan senyuman yang canggung, “Sebenarnya, aku baru saja berniat mengecek kondisi pasien. Kalau begitu, aku pergi sekarang.” Yuna berkelit, kemudian bergegas pergi dari sana, meninggalkan tiga pria itu. Morgan tidak berkutik. Senyum miring timbul di bibirnya saat memandangi Yuna yang berjalan semakin jauh. Tawarannya memang ditolak mentah-mentah. Namun, paling tidak, ia berhasil memisahkan mereka dan mencegah keduanya untuk menghabiskan waktu bersama. Raut lembut itu seketika berubah menjadi penuh permusuhan saat memandang ke arah Jason yang masih berada di dekatnya. Ia memandanginya selama beberapa saat, berusaha mencari persamaan pria itu dengan Aditya.“Kamu pasti Dokter Jason.” Morgan menyapa dengan suara profesional yang kaku. Ia memaksakan diri untuk menyapa. Padahal, apa yang Morgan inginkan
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

D-Day

“Anda ingin menemuiku, Tuan?” Jason bertanya saat melihat seorang pria berjalan mendekatinya. Beberapa saat lalu, ia tiba di kafe terdekat untuk menemui seseorang dan kini pria itu langsung berdiri saat melihat sosok yang menemuinya datang mendekat. Pria itu tidak lain adalah Benny dan ia langsung duduk pada kursi tepat di depan Jason. “Aku akan langsung ke intinya,” ucap Benny, “Hubungan apa yang terjadi antara kau dan Dokter Mira?” tanya Benny tanpa berbasa-basi. Kecurigaannya tidak bisa ia tahan lebih lama. Setelah pertemuan Morgan dengan Jason pagi ini, ditambah alasan Yuna yang ikut menyeret namanya, membuat Benny tahu ia harus menemui Jason secepat mungkin. Kedua pria itu bukannya tidak saling mengenal. Beberapa kali, Benny pernah menemui Jason yang dikenalkan oleh Aditya kepadanya. Jason setengah tersenyum. Ia pikir, Benny akan memanggilnya untuk hal yang amat penting. Ia tak menyangka justru nama Dokter Mira yang akan keluar dari bibirnya. “Dokter Mira?” Jason bertanya
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

Deja Vu

Morgan hanya mengatakannya untuk menggoda Yuna. Perut pria itu tidak benar-benar terasa kosong dan ia tahu Yuna tak akan pernah mengabulkan permintaannya. Namun, siapa sangka, wanita itu benar-benar memotong makanan tersebut dan mengangsurkannya ke arah Morgan. “Ini,” tutur Yuna. Sesaat, Morgan seakan mematung. Matanya berkedip ke arah Yuna dengan tidak percaya. Apakah … Yuna tengah mencoba menyuapinya sekarang? “Anda mau atau tidak?” Yuna bertanya karena Morgan tak kunjung menyambutnya. Morgan menelan saliva, kemudian membuka bibirnya dan mengambil satu gigitan. Pandangannya kembali terpusat ke jalan raya saat ia mulai mengunyah. Secara otomatis, bibir pria itu tertarik ke samping membentuk senyum tipis. Merasakan kebahagiaan bersama Yuna yang amat ia rindukan. Jika seperti ini, rasanya seakan mereka kembali menjadi pasangan suami istri yang tidak memiliki masa lalu pahit.“Ini lagi.” Yuna kembali menyodorkan makanan tersebut ke arah Morgan dan pria itu menyambutnya dengan se
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

Menjadi Wanita Morgan

Yuna menelan saliva untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering kerontang. Ia tidak dapat mencerna kata-kata pria itu. Menjadi wanita Morgan? Bagaimana mungkin ia dapat melakukannya? Yuna menggelengkan kepala. “Sepertinya, aku tidak bisa—”“Sst.” Morgan mendesis dan menaruh satu jarinya di dekat bibir, memberi isyarat bagi Yuna agar terdiam. “Saya tidak mau menerima penolakan,” ucapnya. Pria itu sedikit menekuk tangannya, menyediakan celah bagi Yuna untuk mengamit lengannya. “Ayo,” ucap Morgan dengan nada meyakinkan. Yuna mati-matian menolaknya. Ia barus menolaknya. Akan tetapi, tak dapat dipungkiri sikap lembut dan suara teduh Morgan berhasil meluluhkan akal sehat Yuna hingga tanpa sadar ia memasukkan tangannya ke dalam cekalan Morgan. Pria itu tersenyum tipis, tetapi terlihat begitu manis. Berdua mereka melintasi area restoran yang mewah dan menggunakan tema semi-formal tersebut. Beberapa kali, Yuna kedapatan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.“Mereka mem
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
21
DMCA.com Protection Status