Home / Rumah Tangga / Pernikahan Kontrak Satu Milyar / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Pernikahan Kontrak Satu Milyar : Chapter 131 - Chapter 140

202 Chapters

Hanya Untuk Malam Ini

“Maafkan aku, Bu,” ucap Yuna kepada sang ibu di seberang telepon. Wajahnya terlihat cemas karena merasa bersalah. “Ya, aku belum bisa pulang. Keadaaan di rumah sakit sangat sibuk. Aku harus sering lembur. Maafkan aku, Bu,” tuturnya, setengah berbohong. Malam ini pun, ia harus menginap di hotel karena Nara berkata orang asing yang mengintai rumah mereka masih ada. Kenyataan itu sudah berhasil membuat jengkel Yuna, sebab ia tidak memiliki seorang teman pun di hotel. Kini, sang ibu menelepon karena Yuna belum pernah kembali sejak tinggal di rumah Nara. Hal itu jelas membuat Yuna merasa bersalah. “Aku akan segera pulang setelah memiliki waktu luang. Ya, aku tidak pernah terlambat makan. Selamat malam juga, Ibu. Jangan bekerja sampai malam. Jangan lupa jaga kesehatan,” tutur Yuna dengan tulus sebelum panggilan ditutup. Yuna mengembuskan napas panjang dan menatap layar ponselnya dengan sorot rindu, kemudian mencebik sebal. “Semua ini gara-gara Morgan,” gerutunya. Meski menggerutu
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Meninggalkan Jejak

Pada akhirnya, Yuna tinggal di ruangan Morgan sepanjang malam. Ia ikut tertidur, membiarkan pria itu tertidur nyenyak di pahanya sepanjang malam. Saat Yuna membuka mata, ruangan pria itu masih gelap. Ia membuka layar ponsel dan melihat sekarang pukul empat pagi. Beruntung, Morgan masih tertidur lelap. Di antara sayup-sayup mata sembab khas bangun tidur, Yuna tersenyum menatap wajah sang suami. Ketampanan Morgan benar-benar tidak berkurang. Malah, pria itu terlihat makin matang dan dewasa. Perlahan, Yuna mengambil salah satu bantal sofa dan menaruhnya di bawah kepala Morgan sebelum ia pergi meninggalkan ruangan. Seketika itu juga ruang kerja Morgan menjadi sunyi seakan tak pernah terjadi apa pun di sana. Baru pada pukul tujuh, tidur Morgan terganggu oleh dering asing yang menguar di ruangan. Alis Morgan mengernyit karena terlalu bising. Pria itu mencoba mengabaikannya, mengingat itu bukan dering ponsel miliknya, tetapi bunyi itu terus terdengar. Makin lama makin membuat pria itu j
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Penyamaran Terbongkar

Tok tok tok Suara ketukan di pintu itu menjadi semakin mendesak, seakan memaksa untuk dibukakan. Yuna dan Nara masih membeku di tempat. Wajah mereka terlihat kaku sekaligus ketakutan. Bahkan, Nara yang biasanya mampu bersikap blak-blakan tiap menghadapi Morgan kini diam tidak berkutik. Tok tok tok “Yuna, apa kau ada di dalam?” Mata Yuna membelalak. Itu bukanlah suara seorang pria. Itu suara wanita yang amat ia kenali. “Yuna, Nara! Cepat buka pintunya!” Yuna berkedip satu kali dan langsung menyadari bahwa itu adalah suara sang ibu. Ia lantas bergegas ke arah pintu dan membukanya. Benar saja. Yang berdiri di depan pintu adalah Dewi dan Senna. Sebuah senyum penuh kelegaan terbentuk pada wajah Yuna dan Nara. “Apa yang sedang kalian lakukan? Mengapa lama sekali membuka pintunya!?” omel Dewi seraya berjalan masuk. Wanita itu membawa banyak bingkisan berisi makanan. Mendengar komentar itu, Yuna dan Nara hanya bisa saling berpandangan, kemudian meringis canggung. Kini,
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

Kesepakatan Baru

Jika Dokter Mira adalah benar Yuna, maka Morgan bisa menduga wanita itu akan berangkat pagi-pagi sekali, jauh sebelum ia datang, untuk mengambil ponselnya. Oleh karena itu, Morgan menggunakan taktik jitu dengan menginap semalaman di ruang kerjanya. Hingga benar saja. Tak lama setelah Morgan terbangun, ia melihat Yuna berjalan mengendap-endap memasuki ruangannya. “Kamu sudah datang.” Morgan bersuara. Bahu Yuna berjengit kaget dan wajahnya tampak terperanjat kaget melihat keberadaan Morgan di tempat duduknya. “Tu—Tuan, Anda datang lebih pagi hari ini,” sapanya, mencoba menutupi kecanggungan dengan senyum tipis. “Sengaja.” Morgan menjawab enteng. Dia menatap lurus ke arah Yuna. Sama sekali tidak menyangka jika Yuna telah berada begitu dekat dengannya selama ini. Tak hanya itu, gadis itu pun telah menipunya mentah-mentah. Morgan sudah seperti orang gila mencarinya ke sana kemari, membayar banyak orang, tetapi Yuna rupanya sengaja menyamar untuk mengelabui dirinya. Sudut b
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

Dalam Pengawasan Ketat

Tepat setelah Yuna menerimanya, saat itu juga ia menyadari bahwa ia baru saja disuap. Ya. Dengan iming-iming sebuah ponsel, Morgan memintanya untuk bekerja tiga kali lebih keras daripada biasanya. Wanita itu tersenyum miring seraya menatap bingkisan di tangannya. “Haruskah dikembalikan saja?” gumam Yuna kepada dirinya sendiri. Ia mengembuskan napas panjang dan berjalan dengan langkah gontai. Alisnya mengernyit heran melihat Jason berdiri tak jauh di dekatnya. Pria itu tengah mengobrol bersama Benny. Tanpa sengaja, Jason menoleh ke arahnya dan terlihat sama terkejutnya dengan Yuna. “Mira.” Jason berkata. Benny memandang keduanya bergantian dengan wajah penasaran. Berusaha menerka arti tatapan serius yang diberikan keduanya. Mereka tampak saling kenal. Pikiran Benny seketika teringat dengan wanita yang bersama Jason di pemakaman tempo hari. Pada hari yang sama, Yuna menghilang dari pencarian mereka. Mungkinkah … Jason yang membantunya? “Kebetulan sekali bertemu denganmu di sin
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

Penyiksaan Dimulai

Jantung Yuna seakan berhenti berdetak mendengarnya. Sedetik kemudian, ia meringis dan menggelengkan kepala. “Tidak mungkin,” bantahnya, “Dia hanya memberiku sebagai bentuk sogokan, itu saja” Ia bersikeras. Wajah David dan Cindy masih terlihat curiga, tetapi akhirnya mereka mengangguk juga. Toh, tak ada bukti lain yang menunjukkan tebakan mereka benar. Andai Cindy dan David tahu bahwa Morgan adalah mantan suaminya, seisi rumah sakit akan menjadi heboh. ******Hari pertama menjalani dua pekerjaan yang berbeda, Yuna merasa sakti. Ya. Dia benar-benar merasa sakti. Bagaimana tidak. Wanita itu mendapat sif pagi, kemudian menangani lusinan anak yang dilarikan ke rumah sakit mereka karena keracunan makanan. Begitu selesai, ia masih memiliki tanggung jawab untuk mengecek kondisi pasien yang terdahulu. Tugas itu seharusnya dibebankan kepada ia dan seniornya. Namun, seniornya itu justru izin pulang lebih awal dan membebankan seluruh tugas kepada Yuna. “Tenang saja, mereka semua sudah
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

Penyiksaan Berlanjut

“Saya akan meminta sopir saya untuk mengantarmu.” Itu adalah perkataan Morgan sebelum Yuna pulang sore menjelang malam harinya. Biasanya, Yuna akan menolaknya untuk menjaga jarak dari Morgan. Namun, kali ini ia terlalu lelah hingga menerimanya. Morgan benar-benar membuat kelelahannya bertambah-tambah. Namun, paling tidak pria itu menawarinya tumpangan pulang. Ditambah, hanya sopir Morgan yang mengantarnya hingga Yuna bisa beristirahat sepanjang perjalanan. Begitu pikiran Yuna sejak awal. Sayangnya, teror pria itu tidak berakhir begitu cepat. Tepat sebelum Yuna memejamkan matanya, ponselnya berdering tanda panggilan masuk. “Kamu sudah sampai?” Pria itu bertanya melalui sambungan telepon. Kepala Yuna bertambah pening hanya dengan mendengar suara Morgan. “Aku baru meninggalkan rumah sakit lima menit yang lalu, Tuan,” jawab Yuna dengan alis mengernyit karena tidurnya terganggu. “Saya hanya khawatir terjadi sesuatu pada sopir dan dokter pribadi saya,” ucap Morgan, “Kamu do
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

Teror dari Morgan

Teror Morgan tidak berhenti begitu saja. Bahkan, pria itu berkata akan menambahkan seluruh pelayanan Morgan ke dalam bonus yang bisa Yuna dapatkan. Ini kali pertama Yuna mendapatkan keuntungan sekaligus teror dari pria yang sama. Semakin hari, pikirannya makin dipenuhi oleh sosok Morgan. Suaranya, keluhannya, dan perhatiannya. Kini, Cindy dan David tidak heran setiap kali melihat Yuna datang dengan wajah merengut. Bahkan hari ini, wanita itu sudah terlihat dongkol saat datang di pagi hari. “Apalagi kelakuan Tuan Morgan kali ini?” Cindy bertanya seraya melipat kedua tangan di depan dada. Yuna mengembuskan napas panjang dan menenggelamkan wajahnya pada meja resepsionis. “Dia meneleponku malam-malam karena tidak bisa tidur,” ucapnya. David berdecak dan menggelengkan kepala. Tidak habis pikir dengan kelakuan pemimpin mereka.“Sepertinya, ini sudah keterlaluan, Mira. Aku yakin kamu bisa menuntutnya sekarang.”Cindy mengangguk membenarkan. Ia amat mendukung ide tersebut. “David bena
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

Pasien Yang Menjengkelkan

Sepanjang perjalanan setelah meninggalkan kafetaria, Morgan tidak mengatakan apa pun. Pria itu hanya terus berjalan lurus. Tatapannya terlihat tajam. Sisi wajahnya tampak mengintimidasi sekaligus tegas. Bahkan, cekalan Morgan pada pergelangan tangan Yuna terasa kuat hingga Yuna merasa segan untuk memprotes. Lift terbuka dan Morgan berjalan terus menuju ruang kantornya. “Semua sudah disiapkan?” Morgan bertanya kepada Benny yang berjaga di kursi sekretarisnya. Pria itu seketika beranjak berdiri dan menganggukkan kepala. “Sudah, Tuan,” jawab Benny. Tatapan pria itu berubah saat memandang Yuna. Melihat tangan Morgan yang mencekal pergelangan tangan wanita itu, ditambah wajah Yuna yang terlihat setengah jengkel, Benny bisa langsung menyadari situasinya. Semenjak pria itu mengetahui identitas Yuna yang sebenarnya, tak pernah Morgan melewatkan kesempatan untuk mengamati Yuna. Tanpa berkata apa-apa lagi, pria yang mengenakan jas hitam itu melenggang masuk. Benny hanya bisa mena
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

Kejujuran Terdalam

Pergerakan sendok Morgan di atas piringnya sendiri berhenti seketika. Ia mengangkat wajah dan melihat Yuna tengah menatap ke arahnya dengan curiga. Entah mengapa, kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Morgan hingga tanpa sadar hampir membuat kedoknya terbongkar. Sementara itu, Yuna masih menatap Morgan dengan curiga. Selama bekerja, ia tak pernah mengungkit persoalan pribadi dan Yuna terkejut karena Morgan langsung berasumsi seperti itu. “Jangan lupa, saya pernah mengutus orang untuk menyelidiki kamu,” kilah Morgan, menggumamkan alasan yang masuk akal. Mendengarnya, kecurigaan pada wajah Yuna menghilang, kembali digantikan oleh raut jengkel. Morgan tersenyum tipis, tahu bahwa ia kembali memenangkan perdebatan itu. “Lagi pula, tidak mungkin wanita sepertimu sudah berkeluarga.” Morgan menambahkan, berusaha menguatkan alasannya. Mendengar itu, sudut bibir Yuna terangkat seakan tidak percaya. Mendadak ia merasa tertantang untuk kembali menyerang pria itu. “Sayangn
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
21
DMCA.com Protection Status