Home / Rumah Tangga / Pernikahan Kontrak Satu Milyar / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pernikahan Kontrak Satu Milyar : Chapter 111 - Chapter 120

202 Chapters

Tawaran Menggiurkan

Suara itu muncul dari belakang punggung Yuna dan berhasil membungkam semua orang seketika. “Tu—Tuan ….” Dokter Rangga cepat-cepat menarik tangannya dan membenamkan pada saku jas putihnya. Wajah pria itu terlihat pucat seketika, sementara wajah dokter lain terlihat segan. Yuna tidak berbalik. Tubuhnya seakan membeku saat mendengar suara yang amat ia kenali. Suara berat Morgan. Pria itu berada tepat di belakangnya. Suasana menjadi hening dan bunyi sepatu pantofel Morgan berdentum-dentum di lantai rumah sakit yang dingin. Melalui sekat kaca di sisi dokter Rangga, ia bisa melihat raut wajah Morgan dan tatapan tajamnya saat memandang lurus ke arah pria itu. “Ini akan menjadi peringatan kedua untukmu, Dokter Galang,” ucap pria itu. Yuna tahu pria itu tidak ditujukan kepadanya, tetapi jantungnya ikut membeku dan terindimidasi mendengar keputusan Morgan. Sejak kapan Morgan menjadi begitu berwibawa dan berpengaruh? “Kau mengerti?” Dokter Rangga mengangguk satu kali. “Mengerti,” cic
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

Dokter Misterius

Wajah Yuna terlihat pucat saat wanita itu berjalan keluar dari ruangan Morgan. Hanya Cindy dan David, dua orang dokter baru seangkatan Yuna, yang berani mendekati wanita itu. “Apa yang terjadi? Kau tidak dipecat, ‘kan?” tanya Cindy dengan penuh penasaran. Pemuda tampan di sisinya, David, hanya menatap ke arah Yuna dan menunggu jawaban. Yuna menggelengkan kepala dan mengukir senyum yang dipaksakan. “Tidak. Dia hanya melakukan konsultasi denganku,” jawab Yuna, setengah berbohong. Sudah menjadi kewajiban bagi seorang dokter untuk menjaga rahasia pasien. Walaupun sesungguhnya Morgan bukanlah pasien Yuna. “Maksudmu, Tuan Morgan melakukan konsultasi? Dengan kamu?” Cindy bertanya dengan nada tidak percaya. Yuna mengangguk membenarkan. “Di antara semua dokter hebat di sini, Tuan Morgan memilih mengobrol dengan kamu?” David menambahkan, terlihat sama tidak percayanya. Namun, Yuna kembali mengangguk membenarkan meski mimik wajahnya sendiri terlihat sangsi. “Aneh, bukan? Untun
last updateLast Updated : 2024-02-04
Read more

Sosok Yang Sebenarnya

Aditya Permana, pria itu telah mendengar percakapan sang putra dengan dokter Rangga sejak tadi. Kini, pria itu berdiri di hadapan sang putra dan menatapnya dengan cemas. Jason telah berangkat pagi-pagi buta untuk mulai bekerja dan kini harus lanjut terjaga sepanjang malam. “Kamu yakin benar-benar akan melalui ini semua?” tanyanya, “Ibumu akan merasa sedih melihatmu seperti ini.” Kendati demikian, Jason menggelengkan kepala. Wajahnya terlihat lebih tegas dan tenang di balik kacamatanya. Kontras dengan wajah yang sebelumnya Jason tunjukkan di depan Rangga. “Jangan khawatir. Ini adalah hal yang biasa dalam dunia kedokteran,” ucap Jason, mencoba menenangkan sang ayah, “Lagi pula, Ayah sendiri yang berkata aku harus melewati tahap menjadi dokter sebelum menggantikan posisi Ayah.” Benar. Aditya Permana adalah petinggi di rumah sakit ini. Ia orang kedua paling berpengaruh setelah Morgan sendiri sebagai pemiliknya. Dahulu, ia jadi orang pertama yang menanamkan sahamnya di rumah s
last updateLast Updated : 2024-02-04
Read more

Ditolak Mentah-Mentah

“Kamarnya ada di lantai tujuh belas. VIP nomor 178,” ujar resepsionis kepada Morgan dan Abby. Setelah menerima tawaran wanita itu, keduanya bertolak kepada salah satu hotel terkenal di kota. Meski sebelumnya telah mendengar kabar bahwa Morgan pemegang saham terbesar di salah satu rumah sakit, Abby masih tidak menyangka jika Morgan amat kaya. Bahkan, kini pria itu bisa dengan mudahnya memesan kamar di hotel yang ia tahu sangat sulit mendapatkan reservasi di sana. “Thanks,” gumam Morgan, mengambil kunci itu dan meninggalkan beberapa lembar uang tip. Hal itu membuat senyum Abby semakin semringah.“VIP,” gumamnya seraya mengamit lengan Morgan dengan mesra. Mereka langsung menaiki lift menuju kamar yang ditujukan. Begitu tiba di dalam, Abby tampak takjub melihat interior mewah, rapi, dan nyaman dipandang itu. Ranjang yang akan mereka tempati pun berukuran besar, terlihat sangat bersih, serta menguarkan aroma wangi. “Kamu bisa bersiap, aku akan mengambil minuman di bawah,” ucap pria i
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more

Kau Memata-Mataiku!?

Begitu panggilan telepon ditutup, Benny mengembuskan napas panjang. Handuk putih kecil masih tersampir di bahunya. Setelah sepanjang hari bekerja, Benny berniat melepas penat dengan bermain gim. Namun, Morgan justru memberikan tugas lainnya. Kini, pria itu kembali berjalan menuju meja kerja yang tersedia di apartemennya. Beruntung, Benny masih menyimpan salinan dari data diri dokter baru yang bergabung dengan mereka. “Dokter Mira, mana data dirinya?” Pria itu bergumam seraya mencari-cari di antara tumpukkan berkas. “Ini dia,” gumam Benny, menarik secarik kertas. Dia mulai membacanya. Selang sedetik, matanya terbelalak. Benny membaca tiga kata yang sama berulang kali. Yuna Almira Pramudita. “Ini … tidak mungkin!” ******Hari itu, Yuna mendapatkan sif siang di rumah sakit dan ia sengaja memanfaatkan waktu luangnya di pagi hari untuk menemui Delvin. Awalnya, Yuna sempat khawatir Delvin akan sibuk dan tak bisa menemuinya, tetapi Delvin langsung menentukan tempat pertemuan merek
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more

Pria Kurang Ajar

Meja Morgan masih penuh oleh berkas yang harus ia periksa saat Yuna berjalan masuk. Menandakan bahwa pria itu benar-benar tengah serius bekerja sewaktu ia datang. Morgan berdiri bersandar pada meja kerja dengan satu tangan dimasukkan ke dalam saku. “Silakan duduk. Apa yang ingin Anda bicarakan, Dokter Mira?” tanyanya. Salah satu alis pria itu terangkat dan Yuna menatap tak percaya ke arahnya. Iris wanita itu menajam. “Apakah Anda mengirim seseorang untuk memata-mataiku, Tuan?” protes Yuna, langsung pada inti pembicaraan mereka. “Duduk dulu, Dokter Mira.” Morgan menjawab dengan tenang. Dagu tegasnya menuding ke arah sofa empuk yang kosong di ruangannya. “Tidak perlu.” Yuna langsung menolak. “Katakan padaku sekarang juga.” Yuna justru bertambah jengkel. Bagaimana mungkin dia bisa setenang itu setelah mengirim seseorang untuk mengawasi seorang perempuan? Jantung Yuna sudah bertalu-talu. Membayangkan mata-mata itu mungkin saja sudah mengirimkan foto Yuna tanpa riasan kepada
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

Mencari Pasangan

“Apa Kakak bilang!?” Senna berseru kencang. Ia baru saja pulang dari studio musik yang menjadi tempat kerjanya. Sementara Yuna mengampu pendidikan selama lima tahun untuk menjadi dokter, Senna telah menyelesaikan kuliahnya dalam jurusan seni musik. Kini, gadis itu sedang merintis karirnya sebagai komposer sekaligus penyanyi. Gadis itu memasuki kamarnya dan terkejut menemukan sang kakak tengah merapikan baju ke dalam koper. Pikirnya, Yuna akan kembali meninggalkan mereka ke luar negeri, tetapi kemudian ia menjelaskan bahwa Yuna akan tinggal bersama Nara untuk sementara waktu. “Bukankah Kakak baru saja pulang? Mengapa Ibu mengizinkannya?” tanya Senna, menatap ke arah Dewi yang duduk di ranjang sederhana kamar itu. Sebelum Yuna kembali, Dewi selalu aktif menanyakan kabar Yuna. Sehari tak mendapat kabar membuat wanita itu uring-uringan. Kini, setelah Yuna kembali, ia justru mengizinkan Yuna untuk pergi. “Rumah ini terlalu jauh dengan rumah sakit. Kakakmu sering mendapatkan sif pagi,
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

Pertemuan Pertama

“Kau bilang tidak ingin terlibat dengan mantan suamimu lagi, tapi sekarang kamu bangun pagi-pagi dan bersiap,” komentar Nara. Gadis itu masih mengenakan piyama dan menggelengkan kepala menyaksikan Yuna sudah mandi sepagi ini. Kini, wanita itu tengah memoles wajahnya agar tidak terlihat seperti dirinya. Yuna mengembuskan napas panjang. Jangankan Nara, ia pun mengasihani dirinya sendiri. Mereka sepakat mengambil waktu tiga jam untuk Morgan. Itu berarti Yuna harus datang tiga jam lebih awal atau pulang tiga jam lebih lama. “Paling tidak, aku bisa mendapatkan tiga puluh juta hari ini,” gumam Yuna, berusaha menghibur diri. Nara yang baru terbangun seketika membelalak mendengarnya. “Kau … apa!? Berapa?” sergah wanita itu. Yuna hanya terkekeh ke arahnya. “Aku akan berangkat sekarang,” ucapnya, mengambil tas dan jaketnya. Hari masih pagi, bahkan beberapa kabut masih terlihat di udara saat Yuna berangkat menuju tempat kerjanya. Saat ia tiba, tak ada satu pun dokter baru d
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more

Buka Sekarang?

Yuna amat membenci hal ini. Dalam mimpi pun, ia tak pernah membayangkan akan meminta hal seperti ini kepada Yuna. “Saya buka? Sekarang?” Morgan justru bertanya dengan tangan berada di ikat pinggang. ‘Besok, Pak,’ jawab Yuna dalam hati, merasa jengkel. Hal ini sudah terasa berat baginya, dan Morgan membuatnya tambah gugup. “Benar, sekarang, Tuan. Kalau besok juga tidak apa-apa. Saya akan pergi sekarang,” ucap Yuna sembari menunjukkan senyum penuh kesabaran. Tepat setelah mengatakannya, Yuna memutar tubuh dan bersiap beranjak pergi, tetapi tangan Morgan dengan cepat menahannya. Yuna berhenti seketika. Aliran listrik seakan menjalar dari tangan Morgan ke seluruh tubuh Yuna, membuat pipi wanita itu terasa memanas. “Saya hanya bercanda,” kekeh Morgan. Benny yang menyaksikan tampak tertegun. Ini kali pertama Morgan bersikap fleksibel kepada dokternya. Biasanya, pria itu akan mengomel tiap kali dokternya melakukan kesalahan. “Saya akan membukanya sekarang,” ucap Morgan. Refleks, B
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more

Yang Seharusnya Tidak Dilihat

Tidak hanya mengejutkan, tetapi luar biasa mengejutkan hingga Yuna merasa kehabisan kata-kata. “Pasti habis memeriksa Tuan Morgan.” Cindy berkomentar, melirik ke arah Yuna dengan penuh rasa penasaran. Yuna hanya bisa menanggapi dengan seringai canggung. Ia membuka botol air mineral tersebut dan sedikit terkejut karena begitu mudah untuk dibuka. Wajah Yuna tampak tertegun. Apakah … Morgan sengaja membukakan botol ini untuknya? “Tapi, sebenarnya penyakit apa yang diderita Tuan Morgan?” David bertanya. Yuna yang tengah menenggak air mineral itu nyaris tersedak mendengar pertanyaannya. Cindy maupun David pasti terkejut jika Yuna memberitahu kenyataannya. Bahwa ia baru saja menyaksikan bagian paling tertutup dari tubuh pria itu. “Aku tidak bisa memberitahunya,” ucap Yuna, berkilah. “Kalau begitu, apakah kau melihat sesuatu yang hebat pada dirinya?” Cindy ikut bertanya dengan nada antusias. Alis Yuna justru mengerut, setengah tidak memahami pertanyaan Cindy. Ia bertanya s
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
21
DMCA.com Protection Status