Home / Rumah Tangga / Pernikahan Kontrak Satu Milyar / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pernikahan Kontrak Satu Milyar : Chapter 91 - Chapter 100

202 Chapters

Kembali Pulang dan Sambutan Hangat

“Kamu benar-benar akan melakukan ini, Yuna?” Nara bertanya. Gadis itu langsung terperanjat kaget setelah mendengar keputusan Yuna yang akan kembali ke kediaman Morgan. Nara berpikir Morgan yang akan menyerah lebih dahulu sebelum Yuna memutuskan untuk kembali. Yuna mengangguk sebagai jawaban.“Dia tidak akan pindah sebelum aku benar-benar menuruti permintaannya,” jawab Yuna, mulai memasukkan barang-barangnya. Ia kenal Morgan dan tahu seberapa keras kepala pria itu dan Yuna tidak akan tega membiarkan Morgan menjalani kehidupan seperti itu demi mempertahankan dirinya.“Bagaimana jika pria itu kembali menyakitimu?” tanya Nara, terlihat cemas. Pertanyaan itu sukses membuat pergerakan Yuna terhenti. Gadis itu tampak termenung karena pertanyaan Nara. “Ini adalah kesempatan terakhirnya,” jawab Yuna dengan raut serius, “Jika Morgan kembali melakukannya, aku akan meninggalkannya dan tidak pernah kembali.” Nara yang semula ingin memprotes seketika terdiam mendengar jawaban itu. Bukannya i
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

Kesempatan Terakhir

“Maafkan aku, Nyonya, aku benar-benar tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi,” ucap Nita. Gadis itu telah tiba di sebuah restoran. Di hadapannya, sudah ada Lina yang duduk dengan gaya angkuh. Busana wanita itu terlihat modis dan mewah, tetapi raut wajahnya tampak terganggu. Oleh apalagi kalau bukan Morgan. “Kau yakin?” Lina bertanya dengan sengit. “Kau tidak mengatakan apa-apa kepada temanmu itu, bukan?” Nita menggelengkan kepala berulang kali. Wajahnya terlihat ketakutan. “Sama sekali tidak, Nyonya. Aku tidak pernah mengatakan apa pun, apalagi saat itu sedang tidak ada Nyonya Yuna. Aku hanya melakukan tugasku seperti biasa, Nyonya. Aku berani bersumpah,” ucap Nita dengan sungguh-sungguh. Matanya sudah berkaca-kaca berusaha meyakinkan Lina. Akhirnya, Lina mengembuskan napas panjang dan memejamkan mata sesaat. “Itu berarti, Morgan sudah membaca rencana kita,” ucapnya dengan tidak senang. Wajahnya terlihat terganggu. Mendengarnya, Nita menjadi pucat seketika. Matanya memb
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Pengakuan

DegJantung Morgan seakan berhenti detik itu juga. Bodoh, umpat pria itu dalam hati. Tak hanya wajah Morgan yang berubah pucat, Dewi dan Senna pun seketika mematung dengan heran. “Apakah Yuna bekerja? Mengapa dia bekerja?” tanya Dewi. Suaranya diliputi kecurigaan. Morgan menelan saliva dengan berat. “Bukan bekerja.” Dia mencoba berkilah. “Maksudku, kelas ibu hamil. Ya, benar. Dia mengikuti kelas ibu hamil hari ini. Sekarang pasti sudah selesai dan aku harus menjemputnya,” tutur pria itu, setengah berbohong. Ia mungkin tak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup jika Dewi tahu Yuna benar-benar bekerja dalam keadaan hamil. “Ah, begitu,” ucap Dewi, kembali terlihat ramah, “Kalau begitu, hati-hati di jalan,” ucapnya. Di belakang punggungnya, Senna menatap ke arah Morgan dengan curiga. Namun, pria itu tak mengacuhkannya dan melangkah pergi. Ia langsung mengembuskan napas panjang begitu tiba di luar. Morgan tak pernah membayangkan dia akan memiliki mertua segalak ini. ******“Apak
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

Gadis Beruntung untuk Delvin

Sekujur tubuh Yuna seakan membeku mendengarnya. Dia berkedip canggung. “Apa …” “Bagaimana kalau kamu yang menjadi perempuan itu?” tanya Delvin. Pria itu memandang lurus pada manik hitam Yuna. Tatapannya terlihat lembut, tetapi juga tegas. Menunjukkan keseriusan yang mendalam saat mengatakannya. Tenggorokan Yuna bergerak naik turun dengan gugup. “Kau pasti masih berada di bawah pengaruh anggur itu.” Yuna berkilah, kemudian cepat-cepat membalikkan tubuh dan bersiap pergi. Sayangnya, tangan Delvin bergerak lebih cepat untuk mencekalnya. Seketika tubuh Yuna seakan dialiri listrik. Delvin tidak mencekalnya dengan erat, melainkan lembut dan hangat, tetapi tubuh Yuna terasa membeku. “Aku sadar, Yuna. Sesadar dirimu. Sudah lama aku ingin mengatakan Kamu tidak ingin mendengarkan kejujuranku?” Delvin bertanya. Tidak ada pemaksaan sedikit pun dalam nada suaranya. Delvin berkata dengan suara berat dan lirih hingga hati Yuna melemah. Namun, seakan mendapatkan firasat buruk, Yuna me
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

Dipermainkan Ibu Hamil

“Kita berdua libur seharian,” ucap Morgan pagi itu, “Kira-kira, apa yang harus kita lakukan?” lanjut pria itu seraya mengerling ke arah sang istri. Yuna berada tepat di sisinya. Semenjak dinamika hubungan keduanya, menikmati hari-hari damai bersama Yuna di kamar yang sama adalah hal yang langka. Hingga begitu saat itu tiba, hanya satu pikiran yang terlintas dalam benak Morgan. “Menonton film?” Yuna menerka. Morgan menggeleng dan menangkup wajah Yuna dengan gemas. “Tidak seru,” gumam pria itu. Yuna terkekeh dan mengalungkan tangan pada leher sang suami. Sudah lama ia tidak menghabiskan waktu bersama Morgan seperti ini. Kini, pria itu mulai menyatukan dahi mereka dan mencari-cari di sekitar pipi Yuna. Keduanya sudah begitu mesra dan intim, hanya perlu masuk ke dalam pemanasan saat tahu-tahu Yuna memundurkan wajahnya. Gadis itu mengendus-ngendus di udara. “Kamarnya bau.” Yuna berkomentar. Morgan, yang manik hitamnya sudah dihiasi kabut gairah, seketika mengernyitkan alis m
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Evelyn dan Lina Bertemu

“Anda memiliki tagihan sebesar 468 juta. Segera bayarkan sebelum jatuh tempo.” Notifikasi itu muncul saat Evelyn berada di dalam lift. Kaki gadis itu sudah terasa amat pegal setelah bekerja seharian. Ini kali pertama Evelyn bekerja keras dalam hidupnya. Sejak lahir, ia biasa diperlakukan bak ratu dan serba dilayani. Kini, beban di pundaknya bertambah berat setelah membaca pesan tersebut. Ia mengembuskan napas panjang. Sore ini, ia mendapat kabar bahwa saham perusahaan ayahnya berada di ambang kehancuran. Kini, ia pun terjerat utang yang jelas tidak sedikit. Begitu pintu lift terbuka, Evelyn berjalan gontai menuju flat apartemennya. Hingga hari ini, sudah tiga kali ia mendapat peringatan karena menunda pembayaran apartemen tersebut. Langkah wanita itu terhenti saat menemukan sosok sang ibu di depan pintu apartemen. “Mama …. Apa yang Mama lakukan di sini?” tanya Evelyn dengan wajah pucat. Ia tak perlu bertanya. Melihat kehadiran sang ibu saja sudah membawa firasat tidak enak dal
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Seperti Anak Remaja!

“Kemeja dua setel, celana panjang, kaus dan celana santai.” Yuna mengabsen helaian pakaian di depannya, kemudian menoleh ke arah sang suami. “Apakah ada hal lain yang kamu butuhkan?” Sejak beberapa saat lalu, keduanya tampak sibuk dengan koper dan baju-baju Morgan. Besok, pria itu akan melakukan perjalanan bisnis ke daerah Papua. Morgan berdiri di dekat Yuna dan menatap pada lemari bajunya yang besar dan menguarkan aroma khas pria itu. “Peralatan mandi?” Dia bertanya. Yuna mengangguk dan meraih sebuah tas kecil di dekat koper. “Sudah aku siapkan. Untuk celana dalam juga sudah aku lebihkan seandainya kamu harus menetap lebih lama dari yang dijadwalkan. Lalu, di sini juga ada vitamin. Kamu harus meminumnya setelah sarapan. Mengerti?” Yuna bertanya seraya menunjuk pada beberapa barang yang sudah berjejeran di dekat koper Morgan. Pria itu mengangguk dan mengecup singkat bibir Yuna. “Mengerti, Istriku yang paling pintar.” Dia memuji. Ini kali pertama Yuna membantu Morgan bersiap u
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Malapetaka

Tuuut Tuuut Morgan menunggu dengan gusar sembari menatap pada layar ponselnya. Ia baru saja keluar dari bandara dan kini tengah duduk di sebuah mobil yang membawanya menuju hotel sebelum pergi ke tempat pertemuan pertama. “Ck, mengapa tidak dijawab?” gumam Morgan dengan tidak sabar. Ia mencoba lagi dan kali ini Yuna langsung mengangkatnya pada dering kedua. “Halo—” “Mengapa baru dijawab sekarang?” Morgan langsung bertanya, khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada Yuna. “Aku sedang bekerja, Morgan,” tutur wanita itu di seberang telepon. Morgan menghela napas panjang. Yuna sudah berada di tempat kerja, itu berarti dia baik-baik saja. “Aku hampir terbang kembali ke sana kalau kamu tidak jawab juga,” ucap Morgan. Di kursi depan, Benny hanya bisa merapatkan bibir menahan senyum. “Katakan pada Delvin untuk tidak memberimu terlalu banyak pekerjaan,” ucap Morgan lagi. Yuna terkekeh. Entah mengapa, suaminya menjadi lebih protektif hari ini. “Baiklah,” jawab gadis itu. Pa
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

Duka

“Ada hal yang janggal dalam kasus keguguran Nyonya Yuna.” Andrew, dokter spesialis obgyn yang baru saja mengoperasi Yuna berbicara. Morgan duduk di hadapannya dengan wajah kusut. Ia belum berhasil memulihkan diri. Belum berhasil menegarkan diri selayaknya seorang ayah. Namun, kini dokter itu sudah memanggilnya dan mengatakan satu fakta penting. Betapa pun kacaunya pikiran Morgan sekarang, pria itu dipaksa untuk fokus. “Apa maksudnya, Dok?” Dia bertanya. Tanpa mengatakan apa-apa, dokter Andrew menunjukkan secarik kertas ke arahnya. “Saat cek laboratorium, kami menemukan kandungan racun arsenik dalam tubuh sang ibu. Kami juga menemukannya pada area janin. Jumlahnya tidak banyak, tetapi menyebar di mana-mana sehingga tidak langsung membunuh sang ibu, tetapi mengancam keselamatan janinnya. Tidak heran jika pasien mengalami pendarahan. Apakah sebelumnya Nyonya Yuna tidak menunjukkan gejala apa-apa?” tanya dokter itu. Morgan mengernyitkan alis dengan tajam. Manik hitamnya menatap luru
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

Aku Tahu Ini Ulahmu

“Ini ulah Tante, bukan?” Perkataan Evelyn menghentikan langkah Dimas dan Lina yang hendak masuk ke dalam mobil. Keduanya menoleh dan menatap Evelyn yang kini berdiri tak jauh dari mereka. Ketiganya masih mengenakan pakaian serba hitam dan berada di area pemakaman, tetapi sebagian besar orang telah pergi ke kediaman Morgan. Lina memberi isyarat kepada suaminya untuk masuk sementara wanita itu mengobrol dengan Evelyn. “Aku tidak mengerti apa yang kau katakan,” jawab Lina setelah sang suami masuk ke mobil. “Tante pembohong!” sergah Evelyn, “Aku tahu Tantelah yang melakukan ini!” Mendengar itu, dengan cepat amarah Lina tersulut. Ia memandang sekitar dengan waspada. “Kita masih di pemakaman. Apa yang ingin kau katakan?” tukasnya dengan geram. Wajahnya terlihat kesal sekaligus khawatir seseorang mendengar percakapan mereka. Sebaliknya, Evelyn justru menatap lurus ke arahnya dan terlihat tidak gentar. “Mengapa Tante bertindak sejauh ini? Tante baru saja membunuh seorang bay
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more
PREV
1
...
89101112
...
21
DMCA.com Protection Status