Mobil berhenti tepat di depan rumah Alif. Baik Gevan, Olin, dan Alif mulai turun dari mobil. Hari yang sudah malam membuat keadaan sekitar cukup sepi. Sedikit membantu Gevan yang sudah siap beradu amarah dengan Ibu Alif jika membuatnya kesal. "Kurang malem pulangnya," sindir Ibu Alif sambil membuka pintu. "Niatnya mau saya bawa pulang, Buk. Tapi Alif berbaik hati mau bantuin Ibuk bungkus kue," celetuk Olin. Seperti biasa, dia bersembunyi di balik punggung Gevan. "Ibuk, ini Caca dibeliin boneka sama Om Gevan." Dengan tersenyum Alif berusaha menengahi. "Iya, makasih," jawab wanita itu singkat. "Cuek banget, sini balikin!" Olin berniat kembali mengambil bonekanya, tidak serius tentu saja. Seperti dugaannya, dengan sigap Ibu Alif maju dan menatapnya tajam. "Bintitan kalau kamu ambil lagi bonekanya." "Lagian, nggak ikhlas banget bilang makasih." "Yang beliin kan cowok ini bukan kamu!" "Cowok ini calon suami saya, Buk!" Olin menatap Ibu Alif tajam. "Tetep aja bukan k
Read more